Artikel

 

Seri Sikap Hati :

-. Rasa Rendah Diri .-

(inferiority)

Oleh 

Budimoeljono R.

Apakah Rasa Rendah Diri?
Rasa Rendah Diri adalah keadaan emosi yang mengakibatkan munculnya berbagai perasaan negatif seperti kegelisahan, rasa tidak aman, rasa tidak mampu, takut gagal, dsb.
Rasa Rendah Diri dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar, yaitu: (a) Perasaan Rendah Diri Sadar (Inferiority Feelings) - mendorong dan memotivasi orang untuk hidup dan berkembang; (b) Perasaan Rendah Diri Tak Sadar (Inferiority Complex) - melumpuhkan kehidupan seseorang. Orang yang menderita inferiority complex, benar-benar merasa diri inferior, sehingga muncul perasaan gelisah, tidak aman, tidak ada apa-apanya, takut, tidak punya kepercayaan diri, tanpa tahu persis apa sebabnya.
Orang yang mengalami Rasa Rendah Diri, entah sadar atau tak sadar, akan tampak dari: (a) Tanda nyata, misalnya: keringat dingin, gemetaran, kata terputus-putus, tidak berani bertatapan mata, tidak berani bicara, dsb.; (b)Tanda tak nyata, misalnya: selalu berpakaian bagus sebab tanpa itu merasa kurang diterima, selalu menyanggah pembicaraan sebab takut dianggap tidak tahu apa-apa, mencari kesibukan di tengah pertemuan-pertemuan untuk mendapatkan rasa aman dan dibutuhkan, dsb.
Dengan kita mengenal sekilas soal Rasa Rendah Diri, kita semakin mengenal keunikan kepribadian yang diciptakan Allah ini. Sehingga, seharusnya kita semakin menghargai diri kita dan Allah Sang Pencipta.

Apakah Penyebab Rasa Rendah Diri?
Berdasarkan pengalaman hidup manusia, penyebab timbulnya Rasa Rendah Diri dapat dibedakan menjadi paling tidak lima faktor, yakni:
1. Realita Non Primer.
· Realita Rasa Rendah Diri yang ada pada setiap manusia, karena tidak ada seorang pun yang sempurna.
· Pada umumnya tidak berpengaruh serius dalam kehidupan seseorang, karena bisa diterima.
· Misalnya, seorang laki-laki bisa merasa rendah diri ketika berhadapan dengan seorang laki-laki lain yang pandai memasak tapi tanpa merasa harus bisa memasak, atau seorang yang baru belajar main tenis bisa merasa rendah diri di tengah-tengah pemain tenis unggulan tanpa merasa harus belajar tenis lebih baik (kecuali memang bertujuan untuk menjadi juara tenis).

2. Realita Primer.
· Ketika perasaan Rendah Diri menjadi persoalan utama dalam diri seseorang, maka pengaruhnya dapat serius.
· Misalnya, seorang alumnus fakultas kedokteran merasa rasa rendah diri dalam pertemuan dengan rekan-rekan sekelasnya yang "laris" dan prospektif dengan memiliki tempat praktik di beberapa Rumah Sakit, sementara ia hanya praktik di Puskesmas daerah terpencil. Akibatnya ia bisa menjadi iri hati, apatis terhadap pekerjaannya, atau bahkan mungkin marah kepada Tuhan, dsb.

3. Pengenalan diri yang buruk.
· Tidak sedikit orang yang sesungguhnya memiliki kemampuan tetapi gagal melihat dan memperlakukan dirinya dengan tepat.
· Pengenalan diri yang buruk ini dapat disebabkan oleh sikap lingkungan:
- yang cenderung mengecilkan dirinya, uumpama: sering dikata-katai "bodoh", atau "jelek".
- yang menuntut lebih dari kemampuannyaa, contoh: orangtua perfeksionis, yang menetapkan standar-standar yang tidak realistis pada anaknya, dapat dipastikan akan menghasilkan perasaan gagal pada diri anak.

4. Kegagalan Berkali-kali.
· Kegagalan berulang kali berpeluang besar menimbulkan rasa rendah diri, berawal dari perasaan kecil, putus asa, marah terhadap lingkungan, apatis, bahkan menghina diri.
· Kegagalan dalam dosa berkali-kali pun dapat membuat orang Kristen menjauhkan diri dari pertemuan ibadah.
5. Sebab Lain-lain.
· Penilaian mayoritas, umpama: orang kampung biasanya dianggap sebagai "orang bodoh" sehingga kebanyakan dari padanya merasa rendah diri ketika datang ke kota.
· Perlindungan yang berlebih-lebihan (over protection). Misalnya, anak-anak yang dimanja dan jarang dibiarkan belajar menghadapi kesukaran hidup, akan cenderung menjadi orang yang berkepribadian lemah, mudah frustrasi terhadap kegagalan dan tantangan hidup.

Apa Keunikan dari Rasa Rendah Diri?
Perilaku seseorang yang mengalami Rasa Rendah Diri, adakalanya negatif - seperti iri hati, marah, benci, tapi kadangkala positif - seperti sabar mendengar, rela bekerja. Bersamaan dengan itu, terdapat dua kecenderungan sikap hati menghadapinya:
1. Menikmati.
Tidak sedikit orang yang mengatakan terus terang akan keadaan rendah dirinya (misal: kehidupannya yang tidak karuan, keluarga berantakan, dsb.) karena tahu bahwa dengan pengakuan itu akan menimbulkan simpati dan belas kasihan orang lain.

2. Memanfaatkan.
Pada umumnya, orang-orang yang ingin sukses dan ingin lebih superior dari orang lain, adalah orang yang memanfaatkan inferiority. Kebanyakan orang dalam kelompok ini mempunyai kepekaan yang tinggi dan mempunyai keinginan sukses dalam hal yang ia keluhkan. Misalnya, seorang ibu yang terus menerus mengatakan "Saya tidak pandai memasak", sebenarnya ingin (selama ini belum berhasil) pandai memasak atau ingin dikenali sebagai orang yang pandai memasak (ia berharap pujian yang dapat membuat dirinya lupa akan kekurang-pandaiannya memasak).

Bagaimana Mengatasi Rasa Rendah Diri?
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi rasa Rendah Diri. Kita akan membandingkan kedua cara yang sering dipakai.
1. Melawan dengan cara yang tidak sehat.
· Menyembunyikan perasaan rendah diri dengan terus mencoba mematikannya, misal dengan cara menunjukkan rasa percaya diri secara demonstratif. Kelihatannya ia kuat, padahal dalam hatinya ia merasa tidak aman.
· Mengaktifkan reaksi psikosomatis, melalui bentuk-bentuk sakit perut, ashma, pusing, dsb. Sehingga sewaktu tekanan datang, reaksi ini segera muncul, dan akibatnya ia memanfaatkan rasa rendah dirinya sebagai alasan untuk tidak lagi memikul tanggung jawabnya.
· Membanggakan perasaan rendah dirinya. Dengan cara menceritakan inferiority-nya ke mana-mana ia akan mendapatkan simpati dan "maaf" atau maklum dari orang lain.
· Mengembangkan "roh kritik". Senang mencela dan menjelek-jelekkan orang lain adalah bukti dari perasan Rendah Diri, yakni perasaan tidak cukup dan tidak puas terhadap realita kehidupannya. Di satu pihak, dengan mengritik orang lain ia menemukan kambing hitam dari ketidakpuasanya, dan di pihak lain ia menemukan "perasaan superior".

2. Melawan dengan cara yang sehat.
· Mengenali dan menghargai anugerah/talenta yang diberikan Allah. Rasa Rendah Diri pada umumnya timbul oleh karena:
1) Tidak mengenali anugerah dan kelebihan yang diberikan Allah. Oleh karena itu:
- perlu mengenali inferior-nya (misal: Paulus menyadari inferiornya dalam berkotbah dibandingkan Apolos, Kis.18:24 bandingkan dengan 1Kor.2:4; dalam percaya dirinya, 1Kor.15:9).
- sekaligus mengenali superior-nya (missal: Paulus pun menyadari kelebihan anugerah Allah baginya, 2Kor.12:1-5, 11:23-33, 2Kor.10:7-8; dan memakai kelebihan itu semaksimal mungkin sehingga ia berani berkata "aku sudah mengakhiri pertandingan yang baik", 2Tim.4:7-8).
- mengenali Rasa Rendah Diri berarti juuga menguasainya, supaya tidak menjadi penghambat pertanggungan jawab hidupnya (misal: kepada Timotius, Paulus menasehatkan supaya tidak menghina diri karena masih muda, 2Tim.4:12).
2) Tidak menghargai anugerah/talenta yang diberikan Allah.
- membuat standar sendiri sehingga timbbul penilaian diri yang tidak klop dengan yang sesungguhnya dimiliki. Dalam Roma 12, 1 Korintus 12, dan Efesus 4, dikatakan tentang kesatuan tubuh Kristus dengan masing-masing anggotanya. Allah telah memberikan kepada setiap anggota fungsi dan tempat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya (1Kor.12:18). Dan, disinilah munculnya perasaan Rendah Diri, yakni ketika mencoba menilai bahwa ada orang yang diberi kehormatan lebih dari pada yang lain, padahal tidak demikian seharusnya (1Kor.12:22-24).
- ingin menjadi orang lain. Yesus menggajarkan tentang menghargai talenta yang diberikan Allah (Mat.25:14-30). Dikatakan, ada seorang yang tidak menghargai talentanya. Dan apa yang terjadi dengannya?
· Mengubah konsep diri yang buruk.
1) Kita dipanggil untuk mengenali kelemahan kita, bukan untuk memikirkan diri lebih rendah dari yang seharusnya.
2) Yesus mengajarkan tentang konsep diri yang tepat (Mrk.12:31).
- Contoh orang yang gagal dengan konsepp diri yang salah: seorang pelajar yang pernah gagal dalam ujian matematika, bisa mengembangkan konsep diri yang buruk bahwa ia memang tidak berbakat matematika.
· Berjuang mengatasi sumber Rasa Rendah Diri.
1) Mengenali sumber Rasa Rendah Diri adalah baik, tetapi bukan berarti pasrah diri dengan keadaan rendah diri itu.
2) Ketika manusia jatuh ke dalam dosa pertama kali (mula-mula inferiority terjadi dalam dunia), Allah mengutuki tanah sehingga menjadi kesulitan yang harus dihadapi manusia yang berarti juga menjadi sumber rendah diri (Kej.3:17-18). Tetapi bukan berarti membuat manusia untuk menyerah apa adanya tanpa perjuangan (Kej.3:19). Dan lagi, perintah untuk menguasai dunia tidak dicabut oleh Allah (Kej.1:28).
3) Contoh orang yang mampu berjuang dari Rasa Rendah Dirinya ialah: Winston Churchill dan Rockefeller yang dianggap bodoh semasa SD-nya, ternyata berhasil mengatasi Rasa Rendah Diri-nya dan menjadi pemimpin kelas dunia. Franklin D. Roosevelt, adalah penderita polio pada masa kanak-kanak, telah berhasil menjadi presiden Amerika Serikat.
4) Celakanya, banyak orang yang gagal mengatasi Rasa Rendah Diri-nya oleh karena tidak mau mengatasi kelemahan bahkan menikmatinya. Banyak orang berkanjang dalam dosa tanpa mau membuangnya.

· Memperbaiki konsep kristiani yang salah.
1) Banyak orang Kristen yang sulit membedakan antara Rendah Diri dengan Rendah Hati.
2) Rendah Diri adalah sikap emosi negatif yang menghasilkan tingkah laku yang merugikan, sedangkan Rendah Hati adalah sikap emosi positif yang lahir dari pengakuan yang tulus bahwa segala sesuatu yang dimiliki, baik kelebihan maupun kekurangannya, diterima sebagai anugerah Allah.
3) Orang yang Rendah Diri akan mengatakan "aku memang orang berdosa" dengan maksud lari dari tanggung jawabnya (Luk.17:5). Sedangkan orang yang Rendah Hati akan berkatan seperti dicatat dalam Roma 7:18, 25; 8:1-3.




Kepustakaan
Susabda, Yakub B. tanpa tahun. Pastoral Konseling. (Jilid 2). Malang: Penerbit Gandum Mas.