HOME       ARTIKEL       KONSULTASI       GOSSIP      KATA BIJAK      TENTANG GUNTORO
Kembali ke daftar artikel
MENGENAL TES HIV
Mungkin kita sering bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan sih tes HIV dan apa aja yang perlu diketahui tentang tes HIV tersebut, apakah penting  dan diperlukan ? simak saja ulasan pada tulisan curhat kali ini. Tes HIV merupakan suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan seseorang positif terinfeksi HIV atau tidak. Tes ini diperlukan  paling tidak agar seseorang bisa tahu sedini mungkin akan status kesehatan dirinya, apakah selama ini positif terinfeksi HIV/AIDS atau justru sebaliknya.

Kesadaran untuk ber-tes HIV sendiri di negara kita diakui masih amat rendah, hal ini dimungkinkan karena orang yang mau tes merasa takut apabila kerahasiaan akan bocor, tidak siap mental untuk menerima hasil tesnya (bila positif) karena di masyarakat masih ada saja diskriminasi terhadap ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan berbagai alasan lain. Padahal apabila kita sendiri merasa selama ini berperilaku beresiko, misalnya pernah melakukan hubungan seks dengan orang yang kita tidak yakin riwayat seksualnya, pernah transfusi darah, pakai jarum suntik narkoba secara bergantian tanpa disterilkan dulu, maka sebaiknya kita perlu untuk melakukan tes HIV.

Semakin kita segera tahu posisi kesehatan kita, maka banyak hal positif yang bisa kita perbuat ke depan. Tes HIV juga bermanfaat untuk kepentingan penanggulangan HIV/AIDS, karena dapat menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV/AIDS di masyarakat yang disebut dengan surveilans. Dan yang paling penting, bila seseorang melakukan tes HIV dan dinyatakan positif maka akan memberikan kesempatan pada orang tersebut untuk segera memulai pengobatan, karena makin cepat seseorang tahu status HIVnya maka semakin besar manfaat dari pengobatan tersebut, serta menjadi lebih waspada terhadap berbagai hal yang dapat membahayakan dan memperburuk  kesehatannya. Beberapa ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) bertekad melakukan berbagai hal positive setelah mereka mengetahui terinveksi HIV, misalnya dengan aktif di organisasi AIDS dan menyumbangkan tenaganya untuk berbagai kegiatan pencegahan AIDS.

Bagaimana prosedur tes HIV ?

Tes ini sifatnya sukarela, artinya bahwa orang yang akan melakukan tes berdasarkan atas kesadaran diri sendiri dan tanpa paksaan dari siapapun. Dan yang pasti apapun hasil diagnosa secara laboratoris (hasil postif atau negatif) harus dijamin kerahasiaan dan tidak diperbolehkan untuk disebarluaskan, bila perlu tes ini bisa saja anonim (tanpa nama), misalnya untuk keperluan survei kesehatan. Beberapa aturan main yang disebut di atas tentu nggak hanya sebatas itu, yang tak kalah penting untuk dilakukan di saat orang akan melakukan tes HIV adalah konseling. Pada konseling pra test, yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang akan melakukan tes diambil maka dilakukan konseling dulu. Sebelum menjalani tes seseorang perlu menyadari dan tahu akan arti positif dan negatifnya untuk kehidupan selanjutnya. konseling pra tes ini juga sangat membantu apakah seseorang dapat menerima hasil positif secara rasional. Selain itu, konseling pra test mempunyai manfaat untuk membantu seseorang berperilaku yang lebih aman dari infeksi HIV, meyakinkan terhadap keputusan yang diambil mau tes atau tidak, mempersipakan dan membantu seseorang bila hasilnya nanti positif.

Bagaimana cara kerja tes HIV ?

Kita semua udah pada tahu bahwa ukuran sebuah virus HIV kecil sekali, sehingga kebanyakan saat dilakukan tes labaratorium sulit mendeteksi sang virus dalam sampel darah, namun apabila dalam darah seseorang udah mengandung virus selama beberapa bulan (kurang lebih 3 bulan) maka dalam tubuhnya akan menghasilkan antibodi yang gunanya untuk melawan bibit penyakit yang masuk, salah satunya virus HIV. Antibodi yang dihasilkan tubuh inilah yang digunakan untuk melacak ada atau tidaknya HIV dalam darah. Umumnya tes darah yang dilakukan menggunakan tes ELISA. Bila pada saat tes ELISA hasilnya positif maka akan dikonfirmasi dengan tes Western Blot. Kedua tes ini hanya mampu digunakan untuk melacak antibodi yang dihasilkan tubuh, jadi bukan melihat virusnya. Karena ELISA merupakan salah satu metoda tes yang memiliki sensitivitas tinggi namun spesifikasinya rendah, sedangkan Western Blot adalah tes yang mempunyai spesifikasi tinggi namun sensitivitasnya rendah, maka dua metode ini biasanya akan dipadukan. Namun disamping itu, sebenarnya ada juga tes yang mampu digunakan untuk mendeteksi virus HIV yaitu dikenal dengan sebutan NAT dan PCR, akan tetapi biayanya sangat mahal.

Apa sih gunanya tes?

Manfaat secara umum dengan dilakukannya tes HIV diantaranya untuk mengetahui perkemabangan kasus HIV/AIDS, meyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk transplantasi tidak terinfeksi HIV dan segera mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Namun prinsip yang harus diinget adalah bersifat sukarela (tanpa paksaan), rahasia (hasil hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan konselor), keputusan apapun tetap ditangan klien (semua keputusan baik sebelum dan sesudah tes merupakan keputusan klien). Selain manfaat secara umum, manfaat untuk orang yang melakukan tes HIV yaitu pertama, meningkatan kesehatan dan pengobatan, karena ini merupakan titik awal untuk segera memperoleh pencegahan dan pengobatan infeksi yang lainnya (infeksi opportunistik), kedua,   akan dapat memilih keputusan yang tepat yang berkaitan dengan rencana hidup, karena ini merupakan titik awal dalam membuat keputusan di masa depan, ketiga dapat ikut mencegah penularan ke orang lain yang belum terinfeksi dan keempat lebih dapat merencanakan kehidupan yang lebih positif dengan cara membantu orang lain, misalnya turut berpartisipasi aktif mengkampanyekan pencegahan AIDS.

Menurut data terakhir yang dilaporkan sampai dengan bulan september 2001, kasus HIV/AIDS di Indonesia berjumlah 2313 orang, padahal perkiraan badan dunia UNAIDS (United Nation AIDS) pada tahun 2000 di Indonesia yang terinfeksi HIV/AIDS berjumlah 52.000 orang. Dari data yang ada, jumlah terbanyak adalah kategori kelompok umur produktif. Apalagi secara kumulatif , penularan melalui penggunaan narkoba suntikan sekarang ini menduduki peringkat kedua dengan jumlah total sampai dengan akhir september tahun ini sejumlah 449 setelah menggeser peringkat penularan melalui hubungan seks heteroseksual. Kendatipun jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia kelihatnnya masih sedikit, namun tentu saja angka yang kita dapatkan selama ini tidak menjamin kondisi yang sebenarnya. Ingat dengan fenomena gunung es, data yang muncul hanya menggambarkan situasi dipermukaan, sementara kasus yang tidak diketahui jauh lebih banyak. Angka kasus ini adalah dari orang-orang yang sudah melakukan tes HIV. Padahal berapa banyak sih yang mempunyai kesadaran melakukan test HIV secara sukarela? Walaupun merasa perilakunya beresiko, belum tentu bersedia melakukan test.

Dimana bisa melakukan test HIV

Sayangnya tidak semua klinik atau rumah sakit menerima permintaan Test HIV. Di Jakarta, test bisa dilakukan di RSCM (POKDISUS) telponnya 3903838 / 3905250, YPI (Yayasan Pelita Ilmu)   telponnya  8354691 / 8311577, atau di laboratorium klinik swasta tertentu. Biayanya berkisar antara Rp. 47.000 sampai sekitar Rp.150.000. Biaya konseling biasanya gratis, dan hasil test bisa diambil seminggu kemudian (karena harus melalui cross check apabila hasilnya positif) kalau kamu ada di Jogya, kamu bisa test di PKBI DIY, telponnya 0274-513595 (biayanya Rp. 30.000 ).
Nah, temen-temen kalau selama ini kamu merasa dag-dig-dug-der terhadap status HIVmu, mengapa nggak langsung konsultasi aja ke youth center di daerahmu atau klinik yang melayani tes HIV, tentu agar kamu lebih mantap dalam memilih keputusan hidupmu untuk masa yang akan datang tanpa harus dihantui oleh perasaanmu sendiri. Bagaimana?

(Tito, Pusat Studi Seksualitas PKBI Jogjakarta, dan Guntoro Utamadi, PKBI Pusat )