Malang, 30
Juli 2005
Kegiatan
edutainment untuk deseminasi informasi permasalahan
HIV/AIDS melalui paduan kegiatan edukakasi dan
entertainment, kembali digelar IGAMA Malang. Kali ini
tajuk acara yang diusung "Pemilihan Q Model Peduli AIDS
2005". Acara dilangsungkan di Ballroom Grand Palace Hotel,
Jl. Ade Irma Suryani 23 Malang pada tanggal 30 Juli 2005.
Suasana
hotel berbintang dengan nuansa arsitektur Eropa, tepatnya
arsitektur Romawi yang megah dan kokoh pada malam itu
tidak seperti biasanya. Selain menyuguhkan acara rutin
operet peduli AIDS yang kali ini diberi tajuk "Metamorphosex",
IGAMA juga meampilkan beberapa tarian dan atraksi menarik
lainnya, seperti playback, fashion show, games dan
doorprize.
Acara
pemilihan Q Model 2005" diikuti oleh 41 peserta dengan 2
kategori, yaitu kategori gay dan waria. Beberapa
peserta lomba selain berasal dari kota di wilayah Malang
Raya juga ada beberapa yang datang dari Pasuruan, Blitar,
ediri dan Surabaya.
Ketenangan
hotel yang menjadi tempat bermalam para tamu hotel tidak
seperti biasanya karena malam itu dipanaskan oleh
kehadiran beberapa pengunjung gay dan waria dengan
dandanan yang glamour dan khas. Suara teriakan dan
lengkingan binan-binan.
Melalui
acara edutainment ini, diharapkan informasi mengenai
HIV/AIDS dapat diterima oleh pengunjung yang mayoritas gay
dan waria. Selain itu, pemilihan ini menguji pengetahuan
para gay dan waria yang menjadi peserta lomba dalam segala
sesuatu yang berhubungan dengan HIV/AIDS serta
permasalahan erkini entang kota Malang dan pengetahuan
umum lainnya.
Para peserta
lomba Q Model ini sebelumnya menjalani serangkaian
kegiatan pra-acara seperti test tertulis tentang
pengetahuan HIV/AIDS yang dilaksanakan pada Sabtu 30 Juli
2005 jam 10.00 pagi. Karena memang sebagian peserta bukan
orang-orang yang concern terhadap masalah HIV/AIDS,
sebagian besar merasa kesulitan menjawab
ertanyaan-pertanyaan tertulis yang diajukan panitia acara.
Dari 41
orang peserta akhirnya dipilih menjadi 20 finalis yang
disaring lagi melalui pertanyaan-pertanyaan oleh juri. Dua
puluh finalis yang telah berhasil maju ke babak berikutnya
ini diberikan waktu dan kesempatan untuk menunjukan
pengetahuan mereka dalam HIV/AIDS di depan tiga orang juri,
Dr Ine dari prakisi desain dan dunia model, Dra Atfiah
dari Dinas Pariwisata Malang yang terbiasa
menyelenggarakan pemilihan Kakang dan Mbakyu Malang, serta
juri dari praktisi perhotelan. Para juri ini
diupayakan independen dan terjaga kenetralannya yang juga
kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan bagi para
finalis.
Disela-sela
penantian siapa yang bakal terpilih menjadi juara,
disajikan operet peduli Aids dengan tajuk "Metamorphosex"
yang menggambarkan kehidupan nyata anak manusia yang
mengalami perubahan dari laki-laki tulen yang terperangkap
dan bergaul dengan para waria, hingga akhirnya larut dan
ikut-ikutan berdandan dan melacurkan diri di jalan.
Perubahan identitas pria ini yang akhirnya harus menerima
akibat terkena infeksi HIV/AIDS digambarkan dalam sajian
gerak dan lagu. Tidak lupa pesan-pesan tentang bahaya AIDs
dan penggunaan kondom dituturkan oleh dokter dan petugas
outreach.
Secara umum,
sajian acara malam itu sukses dan menghibur walaupun masih
terdapat banyak kekurangan-kekurangan.