Tes untuk
mengetahui antibodi HIV pertama tersedia pada 1985. Baru
setelah tes dapat diperoleh, muncul berbagai pertanyaan
tentang bagaimana cara memakai tes tersebut. Umumnya, orang
dapat dibagi dalam dua kubu: mereka yang setuju dengan tes
secara sukarela dan mereka yang mengusulkan tes wajib.
Gagasan wajib
melakukan tes itu ditolak oleh sebagian besar negara akibat
biaya dan masalah logistik yang terkait.3
Tiga negara yang mewajibkan tes adalah Kuba (75 persen warga
dites), Bulgaria (45 persen dites) dan bekas Uni Soviet (30
persen). Karena HIV tidak ditularkan melalui hubungan biasa
sehari-hari (yaitu, bukan virus yang diangkut udara) tetapi
melalui perilaku tertentu, tes wajib untuk seluruh penduduk
dilihat sangat mahal, secara ilmiah tidak dapat dibenarkan,
dan dapat menimbulkan perlakuan tidak adil.
Di negara lain,
kelompok tertentu dijadikan sasaran dan dites, sering kali
tanpa persetujuan dari yang bersangkutan. Kelompok ini
mencakup narapidana, pekerja seks, pengguna narkoba dalam
tempat pemulihan, dan perempuan hamil.
Penolakan
terhadap tes wajib berarti program harus mengembangkan
strategi untuk membujuk orang yang berisiko terinfeksi HIV
untuk melakukan tes HIV karena akan bermanfaat untuk mereka.4
Orang yang
mengusulkan tes sukarela secara luas menganggap bahwa jika
seseorang mengetahui apakah ia terinfeksi HIV atau tidak
akan menjadi unsur penting dalam mendorong terjadinya
perubahan. Berarti, orang dengan HIV akan menerapkan
penggunaan narkoba atau hubungan seks yang lebih aman untuk
melindungi pasangannya, dan orang yang memakai narkoba
bersamanya. Untuk mereka yang HIV-negatif, ini akan
mendorong perubahan perilaku agar meyakinkan bahwa mereka
tidak tertular HIV di masa yang akan datang.5
Sebaliknya, ada
yang menganggap bahwa setiap orang yang menyuntik narkoba
dan melakukan seks yang tidak aman harus mengubah
perilakunya, terlepas apakah mereka HIV-positif atau tidak.
Karena pesannya sama, tes tidak dibutuhkan dan dapat
meningkatkan perlakuan tidak adil, stigmatisasi dan
pengucilan. Daripada melakukan tes secara massal, mereka
mengusulkan program pendidikan massal sebagai gantinya.
Banyak negara di
Asia melakukan gabungan antara tes wajib, tes sukarela dan
surveilans sentinel.