Sedikit
cerita tentang Pas Band
PAS
dibentuk di kota Bandung pada awal 1991 dengan
cara yang menggebrak. Musiknya sangat keras-menghamtam
telinga cenderung kasar dan ada FUCKnya pula mirip
musik Amerika periode awal 1990an.
PAS
bener-bener hadir tanpa modal apa-apa, kecuali
sejumput cita-cita jadi musisi profesional. Seperti
menggunakan kacamata kuda, empat pemusik itu sama
sekali nggak pernah menggubris masukan sejumlah
produser. Termasuk usul buat ganti nama, karena
dianggap nggak komersil.
Jatuh Bangun Pas Band
Sekali
waktu Yukie (yang waktu itu masih berambut gondrong)
dan Bengbeng harus puas tiduran di bawah mobil
Kijang sewaan, sekedar menghindari dari terik
matahari Jakarta yang menyengat. Semangkok bakso
murah yang rasanya nggak keruan cukuplah mengganjal
perut mereka. Ihwal Trisno dan Richard berada
diruang tamu sebuah perusahaan rekaman di kawasan
Grogol, Jakarta Barat. Untuk menawarkan demo mini
album. Tentu dengan perut yang juga nggak kalah
ribut akibat menahan lapar. Berbagai penolakan
dari produser akhirnya mengantarkan personel PAS
pada satu keputusan : mereka harus gerilya.
Berbekal
duit hasil pinjaman sebesar Rp.15 juta, PAS dan
manajer Samuel Marudut, Bikin rekaman dan menjualnya
sendiri mini album 4 Through The Sap (1993).
Langkah
ini bukan tanpa resiko, karena mereka sama sekali
nggak bisa membayangkan apakah proyek mimpinya
bakal mendapat respons. Setidaknya balik modal.
Maklum sebagai grup underground pertama yang menempuh
jalur indie, mereka nggak ubahnya meraba dalam
gelap.
Tapi
barangkali itulah bayaran yang harus ditebus untuk
sebuah mimpi bernama Idealisme. Bahwa akhirnya
album ini terjual 5000 biji, tentu itu lebih dari
sebagai reaksi pasar atas kreativitas mereka.
Pemilik sebuah perusahaan rekaman besar di Jakarta
terpesona oleh model musik seperti itu. "Wah
musik mereka gila. Itu musik masa depan. Aku mau
ambil mereka," Kata Bos itu kalem. Seperti
bercanda? Eehh dua bulan kemudian ucapan itu terbukti.
PAS
berpindah tangan dari indie label ke perusahaan
major label. Mata para penggemar musik keras menjadi
terbuka. Musik keras yang tak ada manis-manisnya
ternyata tidak harus melata dipasar sempit indie
label. Terbukti pula PAS mampu mempesona sekian
ribu penggemar musik alternatif lewat konser-konser
mereka yang atraktif.
|