: 00.30 Wib Selasa, 2 Mei 2000
Mari
Tingkatkan Doa bagi Kedamaian Aceh Pembunuhan, penindasan, pengrusakan, serta berbagai bentuk kekerasan
lainnya, tidak hanya bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, tapi juga
mengingkari hukum Tuhan. Oleh karena itu, manusia diwajibkan untuk memulihkan
sendi-sendi kehidupan yang rusak itu, sembari meningkatkan doa kepada Allah SWT
agar badai kelabu di Aceh segera berlalu.
Sekolah
dan Kantor Camat Musnah Dibakar Dua
sekolah, masing-masing SMU 1 Krueng Sabe (Aceh Barat) dan SDN Lhok Pawoh (Aceh
Selatan), serta sebuah kantor camat di Aceh Timur, Senin (1/5), musnah setelah
dibakar orang tak dikenal.
1.350
Karyawan MOI tak Berani ke Kantor Sedikitnya 1.350 dari 2.150 karyawan Mobil Oil Indonesia (Exxon Mobil)
Lhoksukon, Aceh Utara tak berani bekerja di kantor, karena situasi yang
mencemaskan. Kalaupun karyawan dibenarkan bekerja di rumah masing-masing, tapi
mereka sangat cemas, karena isu perusahaan terancam tutup.
PULANG - Angkut
anggota Brimob pulang dari mengawal sidang Koneksitas pembunuhan Tgk Bantaqiah
Cs
Kamra
Dibacok, Martinis Ditembak
Granat
dan Tembakan Hunjam Lhokseumawe
Lanjutan
Sidang Koneksitas: Jaksa 'Undang' Istri Tgk Bantaqiah
Polisi
Serbu Kampus, Dua Mahasiswa Tewas
Pertokoan
Simpang Lima Heboh Lagi IMB Dituding Menyimpang
Bercumbu
di Bangku RSU, Dimandikan Air Got
Bupati
Tolak Hadiri Sidang
PT
ASS Terlibat Permainan Harga Beras
Guru
Bakti Dapat Tunjangan dari Pemda
JPS-BK
Aceh Barat Tahap Pertama Disalurkan
Seruan Ulama dan Tokoh Masyarakat
Mari Tingkatkan Doa bagi Kedamaian
Aceh
Serambi-Banda
Aceh
Pembunuhan,
penindasan, pengrusakan, serta berbagai bentuk kekerasan lainnya, tidak hanya
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, tapi juga mengingkari hukum Tuhan.
Oleh karena itu, manusia diwajibkan untuk memulihkan sendi-sendi kehidupan yang
rusak itu, sembari meningkatkan doa kepada Allah SWT agar badai kelabu di Aceh
segera berlalu.
Demikian rangkuman pendapat yang disarikan Serambi dari sejumlah tokoh
Aceh, baik itu ulama, mahasiswa, santri (thaliban), birokrat, dan pihak GAM.
Mereka dihubungi dan menghubungi Serambi secara terpisah, Senin (1/5),
sehubungan dengan terkuaknya rencana gencatan senjata antara pihak pemerintah
(TNI/Polri) dengan GAM sebagai upaya memulihkan situasi Aceh.
Ketua Umum Majelis Ulama Aceh, Dr
Tgk H Muslim Ibrahim MA, mengatakan mengupayakan jalan damai merupakan suruhan
agama yang disebutkan Allah dalam al-Quran. Bersamaan dengan itu, bermunajat ke
hadirat Allah juga merupakan keharusan agar apa yang diupayakan (damai, red.)
cepat menjadi kenyataan.
Damai, kata dosen pasca-sarjana IAIN Ar-Raniry itu, adalah salah satu
arti dari kata Islam. Sedangkan arti lainnya adalah selamat dan menyerahkan diri
kepada Allah. "Makanya setiap bertemu antara sesama Islam disuruh mengucapkan
Assalamualaikum."
Dalam Islam, katanya, banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang
memerintahkan agar melakukan musyawarah bila terjadi persengketaan. Dengan cara
itu, semua perseteruan akan bisa diselesaikan dengan cara yang
sejuk.
Sedangkan
pembunuhan, kekerasan, dan berbagai tindakan yang membawa murka Allah, pasti
akan bertentangan dengan agama. Bahkan tindakan seperti itu juga bertentangan
dengan tujuan perdamaian secara universal. "Sejak dulu majelis ulama telah
menyerukan agar memasyarakatkan Qunut Nazilah dalam setiap shalat. Tujuannya,
memohon kepada Allah agar semua bencana yang menimpa Aceh bisa segera
reda."
Tapi, ujarnya
lagi, setelah mendengar bakal ada upaya damai yang diawali dengan perjanjian
gencatan senjata antara pihak TNI/Polri - GAM, maka ulama kembali berseru untuk
memanjatkan doa. "Tujuan doanya meningkat lagi, yaitu memohon agar perdamaian
itu bisa segera terwujud."
Untuk itu, ia berharap kepada semua lapisan masyarakat agar saling
menjaga, mengekang diri, dan bersabar dari segala emosi. "Mudah- mudahan saja
doa secara serentak ini akan mengakhiri pertumpahan darah yang sangat
menyengsarakan banyak orang."
Sedangkan Amri, salah seorang Presidium BEMA IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
berpendapat, upaya damai itu sudah sejak lama didengungkan dan diharapkan para
mahasiswa. "Bahkan mahasiswa punya prinsip yang keras. Yaitu menentang setiap
kekerasan yang dilakukan oleh siapa saja. Baik itu oleh TNI/Polri, GAM atau
pihak-pihak lainnya."
Mahasiswa, katanya, selalu berupaya melakukan berbagai hal yang bisa
diterima oleh banyak orang. Langkahnya mengarah pada perjuangan penegakan moral,
membela hak-hak masyarakat yang tidak berdosa. Dengan demikian, perbuatan yang
ujung-ujungnya membuat penderitaan rakyat jangan sampai terjadi lagi di
Aceh.
Sebagai contoh,
katanya, mahasiswa IAIN melakukan berbagai kampanye dan menggelar sejumlah
spanduk yang substansinya anti terhadap kekerasan. Arahnya juga menuju pada
suasana damai bagi rakyat Aceh. Untuk itu, mahasiswa akan mendukung setiap upaya
damai yang dila- kukan siapa saja.
Hal senada juga dikatakan Tgk H Syech Syamaun
Risyad LC. Mantan Ketua Umum OC KRA ini berpendapat, apapun yang dilakukan untuk
kebaikan akan mendapat dukungan masyarakat luas. Ketika dimintai tanggapannya
atas nama tokoh Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk Syamaun Risyad menolak.
Sekretaris HUDA ini minta agar Serambi menghubungi Abu Panton di Kabupaten Aceh
Utara. Namun setelah beberapa kali dihubungi, ketua lembaga ulama dayah itu
belum berhasil dimintai tanggapannya.
Sedangkan H TU Bulqaini Tanjungan, Rais 'am
Pengurus Besar Thaliban Aceh yang mengaku sedang berada di Jakarta, menyatakan
sangat mendukung upaya damai yang diawali perjanjian gencatan senjata antara
pihak TNI/Polri - GAM. Bahkan ia telah menyampaikan kepada anggotanya di seluruh
Aceh agar memanjatkan doa supaya proses perdamaian itu bisa berlangsung
cepat.
Seharusnya,
tambah Bulqaini yang mengaku baru pulang dari Kalimantan, upaya ke arah
perdamaian itu harus dilakukan sejak dulu. Karena rakyat Aceh sudah sangat rindu
melihat semua konflik berakhir dengan damai.
Ia menegaskan, organisasi Thaliban akan
mengutuk dan mengecam apabila ada pihak yang ingin menggagalkan upaya damai ini.
Sebab, cara penyelesaian melalui jalur ini merupakan jalan tengah yang
menguntungkan semua pihak.
Sementara itu seorang birokrat, H Baharuddin Daud SSos, Camat Kuta Baro,
Aceh Besar, Sos yang ditanyai Serambi, menyatakan rasa gembira atas upaya damai
tersebut. Secara serius, ia mengatakan, upaya itu perlu sesegera mungkin
terlaksana.
"Baik
secara pribadi atapun secara jabatan, saya sangat mendukung upaya musyawarah
antara TNI/Polri-GAM guna mencari jalan keluar dari konflik yang berkepanjangan
ini. Insya Allah jika itu terwujud, darah tidak lagi berceceran di Aceh,"
ujarnya.
Menurut H
Baharuddin, musyawarah mufakat untuk mencari penyelesaian suatu masalah sangat
sesuai dengan ajaran agama. Untuk itu, camat ini mengharapkan semua pihak juga
mendukung usaha mulia ini. Sehingga masyarakat kembali bisa hidup tenang dan
tenteram.
Sementara
itu, Panglima AGAM wilayah Meurehom Daya Abu Arafah melalui juru bicaranya Abu
Tausi yang menelepon Serambi, kemarin sore, juga menyatakan dukungan terhadap
upaya penyelesaian melalui jalan itu. Diharapkan upaya damai jangan lagi
diselingi dengan tindakan yang merugikan dan menyengsarakan
rakyat.
Jika ada yang
tertangkap tangan membuat kerugian seperti membakar sekolah dan tempat-tempat
umum, katanya, AGAM tidak segan-segan mengambil tindakan tegas. "Untuk
orang-orang bersenjata yang melakukan pekerjaan seperti itu, bila ketahuan akan
dilakukan hukuman tembak di tempat." (ed/mis)
To Indek:
Sekolah dan Kantor Camat Musnah Dibakar
Serambi-Banda
Aceh
Dua sekolah,
masing-masing SMU 1 Krueng Sabe (Aceh Barat) dan SDN Lhok Pawoh (Aceh Selatan),
serta sebuah kantor camat di Aceh Timur, Senin (1/5), musnah setelah dibakar
orang tak dikenal.
Api yang marak di SMU 1 Krueng Sabe menghanguskan tiga ruang bersama
isinya plus gedung perpustakaan yang baru selesai dibangun. Ini kasus pembakaran
kedua yang menimpa lembaga pendidikan itu dalam kurun waktu setahun terakhir.
Dalam insiden pembakaran pertama sekitar Mei tahun lalu lima ruang belajar
musnah dilalap si jago merah.
Kepala SMU 1 Krueng Sabe Drs Mujahiddin A Rani kepada Serambi menyatakan
api juga melenyapkan seluruh perlengkapan sekolah dan bahan Ebtanas yang baru
saja dibeli. "Seluruh guru sangat terpukul dan sedih dengan terjadi aksi
pembakaran tersebut," katanya.
Menurutnya, sewaktu sejumlah guru yang
tinggal di mess bersama masyarakat setempat mengetahui kebakaran, kobaran api
sudah membesar sehingga ruang kepala sekolah, guru dan tata usaha plus gedung
perpustakaan tidak mungkin diselamatkan lagi. Sementara dua ruang belajar yang
baru saja disulutkan api berhasil diselamatkan, meski pelakunya sudah menyirami
minyak di sekeliling bangunan itu. Api yang disulutkan di atas tumpukan meja dan
kursi berhasil dipadamkan dewan guru bersama masyarakat setempat.
Akibat kebakaran itu, jelas
Mujahiddin, sekarang sekolah itu hanya tersisa dua ruang belajar. Sedangkan lima
ruang belajar lain sudah terlebih dulu dimusnahkan ketika terjadi kasus
pembakaran pertama sekitar bulan Mei tahun lalu. "Kami tidak tahu bagaimana
pelaksanaan Ebtanas 1999/2000 yang tinggal beberapa pekan lagi karena semua
perlengkapan dan bahan lainnya yang baru saja dibeli termasuk tiga unit mesin
ketik musnah terbakar," ujarnya.
Drs Mujahiddin memperkirakan total kerugian
kebakaran yang menghanguskan tiga ruangan plus gedung perpustakaan yang selesai
dibangun tahun lalu itu mencapai 200 juta. Taksiran kerugian itu, belum termasuk
harga buku bacaan dan bangku belajar yang baru saja diserahkan kepada sekolah
tersebut.
Sedangkan
kebakaran yang menimpa SDN Lhok Pawoh, Kecamatan Sawang, Aceh Selatan, pada hari
Minggu menghanguskan tiga ruang belajar dan satu ruang dewan guru. Dalam
peristiwa subuh pagi itu, tidak ada menelan korban jiwa, namun kerugian materil
diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.
Kapolres Aceh Selatan, Letkol Pol T Kemala
melalui Wakapolres, Mayor Pol Drs Supriadi Djalal kepada Serambi, Senin (1/5)
membenarkan adanya terjadi peristiwa pembakaran gedung SDN Lhok Pawoh, Sawang,
Minggu (30/4) sekitar 05.30 WIB.
Pada saat itu, warga di sekitar lokasi
terkejut melihat api yang membesar menjilat satu-satunya sarana pendidikan dasar
yang ada di daerah tersebut. Dengan gerak cepat warga langsung memberi
pertolongan. Namun pertolongan secara manual, menyiramkan air dengan ember, tak
mampu menghadang ganasnya si jago merah. Kecuali, tiga ruang belajar yang
terletak berdampingan.
Di lokasi kebakaran ditemukan satu jerigen putih berisikan dua liter
bensin dan sumbu kompor sepanjang 4 meter. Menurut saksi mata, saat ditemukan
sebagian sumbu kompor itu sudah dimasukkan dalam jerigen tersebut dan sebagian
lainnya diulur keluar gedung itu. Sejauh ini polisi belum berhasil meringkus
pelaku pembakaran
Begitu cepat
Pembakaran oleh orang tak dikenal juga menimpa kantor Camat Rantau
Seulamat, Aceh Timur, dan kini tinggal puing-puing, setelah dilalap si jago
merah sekitar pukul 22.30 WIB, Minggu (30/4). Mengutip laporan camat Drs Said
Alwi, Bupati Aceh Timur melalui Kabag Tata Pemerintahan Setwilda, Zulfatir Manaf
BA kepada Serambi Senin (1/5) mengatakan api barasal dari belakang kantor. Api
begitu cepat menjalar ke seluruh bangunan kantor camat yang terletak tidak jauh
dari jalan raya Banda Aceh-Medan itu. Sehingga tidak satupun isi kantor yang
dapat diselamatkan.
Semua arsip, peralatan administrasi kantor serta mobiler hangus
terbakar. Namun, tidak ada korban jiwa dalam musibah kebakaran tersebut.
"Kerugian yang dialami belum diketahui pasti, tapi dapat ditaksir mencapai
ratusan juta rupiah," kata Zulfatir.
Sementara itu Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol
Drs Abdullah Hayati melalui Kasat Serse, Lettu Pol Nuroddin mengaku telah
melakukan penyelidikan ke TKP. Katanya, ada indikasi kantor camat itu dibakar
oleh pihak-pihak tertentu.
Dari hasil penyelidikan aparat Polres, ditemukan barang bukti seperti
tutup jerigen dan sandal yang tertinggal di lokasi itu. Pihak Polres menduga
berat para pelaku pembakaran kantor camat itu adalah GBPK.(tam)
To Indek:
1.350 Karyawan MOI tak Berani ke
Kantor
Serambi-Lhokseumawe
Sedikitnya 1.350 dari 2.150 karyawan Mobil
Oil Indonesia (Exxon Mobil) Lhoksukon, Aceh Utara tak berani bekerja di kantor,
karena situasi yang mencemaskan. Kalaupun karyawan dibenarkan bekerja di rumah
masing-masing, tapi mereka sangat cemas, karena isu perusahaan terancam
tutup.
Pengamatan
Serambi kemarin di lingkungan perusahaan eksplorasi gas itu, terlihat suasana
sepi termasuk di kantor Poin A, Nibong Kecamatan Tanah Luas yang biasanya banyak
didatangi warga dan para kontraktor. Suasana seperti itu juga terlihat di Desa
Alue Drien Landing, dan di lapangan sumur di Blok-A Tanah Merah Kecamatan
Lhoksukon. Kalaupun ada, hanya petugas Satpam proyek dan puluhan aparat keamanan
yang berjaga dengan senjata siap tembak.
Terhambatnya aktifitas perkantoran, setelah
perusahaan itu dihujani bom serta berbagai aksi teror yang dilakukan kelompok
tak dikenal. Misalnya peristiwa penculikan karyawan, aksi pembakaran, penembakan
pesawat, perampasan mobil dan berbagai aksi lainnya yang tidak pernah terungkap
selama ini.
Sumber
Serambi di perusahaan itu, kemarin, menyebutkan jumlah karyawan tetap saat ini
sebanyak 600 orang, kontrak 1.200 orang, dan supir 350 personil. Selain itu ada
150 karyawan Indocater yang menangani pelayanan makanan. Dari jumlah tersebut
hanya separuh di antaranya yang bekerja di kantor, selebihnya terpaksa bekerja
di rumah masing-masing.
Keterangan diperoleh Serambi di kalangan kontraktor MOI, sejak awal
bulan April lalu sebagian aktifitas perkantoran di Poin A Blang Jruen Aceh Utara
dihentikan, dan belum diketahui kapan dibuka kembali. Namun, aktifitas produksi
dan managemen perusahaan berjalan lancar. Dari dua bagian tersebut kini dilayani
sekitar 800 karyawan tiap hari.
Menurut sumber yang layak dipercaya, mulai
fakumnya kegiatan lapangan sejak diculik dan ditembaknya karyawan MOI termasuk
Suroso (43). Namun penghentian total kegiatan drilling (pengeboran) sumber
minyak setelah terjadinya penembakan pesawat terbang angkutan jenis "Beechcraft"
seri 1900 Delta PK-TRW di bandara MOI. (tim)
To Indek:
Kamra Dibacok, Martinis Ditembak
Serambi-Sigli
Seorang warga Lhoksukon, Aceh
Utara, tewas ditembak pria berpakaian loreng, Minggu (30/4). Masih pada hari
yang sama, seorang anggota Kamra Kecamatan Sungaimas, mengalami luka berat
setelah dibacok pria tak dikenal.
Di Lhoksukon, Aceh Utara, Martinis (46),
dihadang oleh dua pria berpakaian loreng di kawasan Panteraja, Kecamatan
Trienggadeng, Pidie. Sore itu, sekitar pukul 19.30 Wib, korban bersama dua
temannya, Mawardi (28), dan Razali Ishak, sedang menuju Sigli dengan mobil
pikab.
Ketika sampai
di kawasan Panteraja, jelas Mawardi, mobil mereka distop oleh orang berbaju
loreng dengan senjata siap tembak. Ia juga melihat beberapa diantara mereka
dalam posisi mengendap di pinggir jalan raya Banda Aceh-Medan.
"Ketika mobil saya hentikan, satu
peluru sudah bersarang di kepala Martinis, yang duduk di bagian samping kiri,"
jelasnya kepada wartawan di RSU Sigli, Senin (1/5). Korban kemudian terkulai
berlumuran darah di jok depan.
Dua pria berbaju loreng kemudian bangun
dengan senjata siap tembak. Ia memerintahkan Mawardi dan temannya untuk turun.
Sedangkan korban yang sudah dalam kondisi tidak bernyawa lagi, diperintahkan
untuk diletakkan di atas badan jalan raya.
Setelah mengeluarkan kata-kata ancaman,
Mawardi dan temannya diminta segera minggat. Namun ketika ditanya mayat korban
harus dibawa kemana, menurut Mawardi, pria berbaju loreng itu mengatakan "kemana
kamu suka".
Ternyata,
masih menurut Mawardi, mayat Martunis dibawa ke RSU Sigli, dan sempat disimpan
di ruang mayat sebelum dijemput keluarganya.
Dibacok
Di Sungaimas, Aceh Barat, anggota keamanan
rakyat (Kamra) Polsek Sungaimas, Aceh Barat, Naban (35) alias Ibrahim, Minggu
(30/4) sekitar pukul 14.00 Wib, juga dibacok oleh orang tak dikenal. Hingga saat
ini, korban masih dalam perawatan.
Menurut Kapolres Aceh Barat Letkol Pol Drs
Her Aris Sumarman, korban dibacok di perbatasan Desa Kajeung dengan Desa Gedung.
Ketika itu Naban sedang berangkat dari rumah menuju Polsek Sungaimas untuk
menjalankan tugas.
Sebelum dibacok, korban yang mengendari sepeda motor lebih dulu distop,
dan begitu korban berhenti, pelaku langsung menghujamkan parang ke tubuh korban.
Meski terluka, korban masih mampu melarikan diri. Sedangkan kendaraannya
terpaksa ditinggalkan di lokasi kejadian. Dan secepat itu, korban dilarikan ke
RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh dengan truk pengangkut kerikil. Korban tiba di rumah
sakit itu sekitar pukul 16.00 Wib sore.
Direktur RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh dr T
Amir Hamzah Sp.PD didampingi Kepala Instalasi UGD Juliandi kepada Serambi
kemarin menjelaskan, korban mengalami luka bacok pada bagian kepala sebelah kiri
yang panjangnya sampai 7 Cm, lebar 3 Cm dan dalamnya mencapai 1,5 Cm. Korban
juga mengalami luka bacok pada bahu kanan yang panjangnya 9 Cm, lebar 5 Cm dan
dalamnya mencapai 5 Cm.
Menurut T Amir Hamzah, saat ini korban sedang dirawat secara intensif di
komplek TPA Meulaboh setelah mendapat perawatan di RSU Cut Nyak Dhien.
(tim)
To Indek:
Granat dan Tembakan Hunjam
Lhokseumawe
* Dua Tewas, Satu Luka
Serambi-Lhokseumawe
Ledakan granat dan rentetan tembakan senjata
api menggelegar di wilayah Lhokseumawe dan Bayu selepas Isya tadi malam.
Sementara menjelang Maghrib kemarin, seorang anggota Koramil Makmur, Bireuen,
tewas ditembak dan satu mayat dalam kondisi membusuk ditemukan di Desa Banda
Masen, Lhokseumawe.
Rentetan tembakan di kawasan Lhokseumawe terdengar menyebar di beberapa
sudut. Mulai dari Kelurahan Simpang Empat, Lancang Garam, Kelurahan Lhokseumawe,
Kampung Jawa, dan perbatasan Kelurahan Tumpoek Teungoh. Bahkan di Desa Ujoeng
Blang.
Membahananya
suara tembakan di kota gas itu menyusul adanya ledakan granat di sekitar Bank
Indonesia, markas Kodim 0103, dan Pendopo Bupati Aceh Utara sekitar pukul 19.50
WIB. Di antara riuhnya suara tembakan, di pertigaan Jalan Samudera-Diponegoro
tampak siaga satu unit mesin perang (panser) milik TNI-AD dengan puluhan
personel mengendap di sekitarnya.
Sementara sekitar pukul 21.30 WIB dua unit
panser dan sejumlah truk serta mobil pasukan aparat keamanan melakukan patroli
di kawasan Kecamatan Banda Sakti. Sebelumnya, Mapolsek Bayu di pinggir jalan
raya Medan-Banda Aceh juga digranat dengan GLM namun tidak mengenai sasaran.
Penggranatan itu juga ditimpali dengan rentetan tembakan aparat yang membuat
warga ketakutan. bahkan ada ibu-ibu yang pingsan.
Masyarakat di kawasan Kota Lhokseumawe
mengaku sangat ketakutan saat suara tembakan berantai terdengar menyebar di
kawasan Pasar Inpres, Simpang Empat, Lancang Garam, dan Lhokseumawe. Apalagi,
dalam ledakan granat di samping kantor Bank Indonesia, seorang karyawan
Jamsostek, Darmawan mengalami luka-luka terkena serpihan.
Sejauh ini tidak ada laporan korban
jiwa dalam peristiwa saat azan Isya tersebut. Namun, seorang wartawan Serambi
yang hendak melakukan peliputan ke RS Kesrem Lhokseumawe sempat terjebak di
antara rentetan tembakan sebelum akhirnya dihardik petugas untuk balik arah di
antara desingan peluru.
Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal yang didampingi Perwira
Penghubung Penerangan, Kapten AM Kamal, menjelaskan tengah malam tadi, dalam
penggranatan di Lhokseumawe ada beberapa bangunan yang mengalami rusak ringan
akibat terkena serpihan. Di antaranya rumah Dandim Letkol Inf Suyatno dan Kasdim
setempat.
TNI
tewas ditembak
Sementara itu dari Kecamatan Makmur dilaporkan, seorang anggota Koramil
setempat, Koptu Fendi Hasibuan, Senin (1/5) sekitar pukul 18.00 WIB, tewas
ditembak sipil bersenjata di kawasan Ulee Gle, ibukota Kecamatan
Makmur.
Menurut
Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal, Fendi mengembus nafas terakhir
di ruang ICU RS Kesrem Lhokseumawe, pukul 19.00 WIB tadi malam. Korban mengalami
luka tembak di tangan dan lambung hingga banyak mengeluarkan darah dalam
perjalanan sejauh 43 Km dari Ulee Gle menuju Lhokseumawe.
Sementara itu dalam proses
pencarian jasad polisi yang diinformasikan tewas dibunuh setelah diculik bulan
puasa lalu, di Desa Banda Masen, Kecamatan Banda Sakti, sore kemarin, aparat
keamanan menemukan sebuah kuburan baru berisi mayat yang masih berpakaian
lengkap sekitar pukul 18.00 WIB.
Setelah diidentifikasi, mayat itu dipastikan
bukan anggota polisi yang hilang. Namun, menurut kapolres, mayat yang kini telah
difadhukifahkan dan disimpan di RSU Lhokseumawe adalah seorang sipil dan kuat
dugaan sebagai korban tindak kekerasan GBPK.
Mayat korban dikubur dalam keadaan terbungkus
goni. Kedua kakinya diikat dan mengenakan kemeja panjang (terlipat hingga siku),
celana hitam, serta berikat pinggang lambang Hankam. Di dalam liang tempat
korban disembunyikan, aparat juga menemukan sebatang besi berukuran 100 cm yang
diduga dipergunakan pelaku untuk membawa mayat korban dari tempat pembunuhan ke
lokasi penguburan. (tim)
To Indek:
Lanjutan Sidang Koneksitas: Jaksa 'Undang'
Istri Tgk Bantaqiah
Serambi-Banda
Aceh
Jaksa
Penuntut Umum kemarin mengundang Manfarisyah, istri almarhum Tgk Bantaqiah untuk
menjadi saksi dalam peradilan Koneksitas di PN Banda Aceh. Undangan itu
diumumkan setelah muncul keluhan terbuka Manfarisyah tentang 'betapa sulitnya
menjadi saksi pembantaian suaminya'.
"Kami tidak tahu di mana alamatnya, sehingga
sulit mengirimkan surat panggilan. Saya harapkan Manfarisyah dapat hadir Rabu
depan. Menyangkut pengamanan, akomodasi, dan lainnya akan kami berikan. Namun,
sebelum hadir ke pengadilan, saya harapkan dia dapat bertemu dulu dengan jaksa
penuntut umum di Kejaksaan Negeri Banda Aceh," kata Jaksa Nuraini
AS.
Pernyataan
Nuraini AS itu merupakan jawaban atas statemen Manfarisyah yang mengaku tak
pernah diminta, atau dihubungi agar menjadi saksi dalam kasus pembunuhan massal
di Beutong Ateuh. Manfarisyah sengaja mengeluarkan pernyataan itu karena jaksa
penuntut umum (JPU), pada sidang sebelumnya membacakan pernyataan Kontras selaku
kuasa hukum keluarga korban. Isinya, keluarga korban menolak memberi kesaksian
karena masih trauma, ketakutan, serta tak mendapat jaminan keamanan yang
layak.
Pernyataan
yang ditandatangani oleh Aguswandi Br itu 'dibantah' oleh Manfarisyah. Menurut
wanita tegar ini, ia dapat mengendalikan rasa takut dan perasaan traumatik, tapi
tak pernah diberikan kesempatan menjadi saksi. Padahal, bersama anaknya, ia
melihat dan mengalami langsung seluruh rangkaian peristiwa yang menewaskan 56
korban warga Beutong Ateuh itu.
Ngantuk
Lanjutan kasus persidangan kemarin
menghadirkan Zainuddin Aman Dollah (50), Warga Desa Paya Kolak Aceh Tengah,
sebagai saksi terdakwa Taleb Aman Suar. Majelis hakim sempat berkali-kali
memperingatkan saksi karena keterangannya banyak yang bertentangan dengan hasil
pemeriksaan yang di-BAP-kan penyidik.
Saksi mengakui, ia ikut dalam operasi ke
Beutong Ateuh dengan TNI. Ia bergerak dari Lampahan, Aceh Tengah bersama Letkol
Sudjono, Kasi Intel Korem 011/LW. Agar terlihat sebagai anggota TNI, ia
diberikan pakaian loreng dan senjata panjang M 16. "Letkol Sudjono minta saya
ikut sebagai penunjuk jalan," kata Zainuddin Aman Dollah. Alasan
keterlibatannya, menurut Zainuddin, karena dia bersama keluarga diancam bunuh
oleh Kelompok Tgk Bantaqiah.
"Sekitar April 1999 lalu saya ketemu dengan warga Beutong Ateuh yang
mengingatkan, bahwa saya akan dibunuh oleh kelompok Tgk Bantaqiah. Ternyata
peringatan itu benar-benar saya alami. Serombongan kelompok Tgk Bantaqiah dengan
mengendarai mobil Hardtop datang ke rumah saya. Tapi saya bisa lolos dan
akhirnya minta perlindungan ke Kodim," kata Zainuddin Aman Dollah.
Masih menurut saksi, Tgk Bantaqiah
sebelum pindah ke Beutong Ateuh pernah tinggal di Toa Gegelungi. Selama tinggal
di Gegelungi, kata saksi, Bantaqiah paling senang berjudi. "Taleb Aman Suar
adalah kawan Bantaqiah berjudi," kata saksi seraya menunjuk ke arah Taleb Aman
Suar yang duduk di kursi terdakwa.
Pada saat kejadian penembakan Tgk Bantaqiah
dan pengikutnya, saksi mengaku hanya lima meter dari lokasi dayah. "Saya waktu
itu berada di tepi pagar dayah, dan semua kejadian itu dengan jelas saya
saksikan," katanya.
Seperti keterangan banyak petugas lainnya di persidangan, saksi
mengatakan, sebelum tragedi penembakan terjadi, ia melihat anak Tgk Bantaqiah
mengambil HT, dan kemudian dirampas kembali oleh aparat sambil melakukan
pemukulan. Melihat putranya dipukul, kata saksi, Tgk Bantaqiah mengeluarkan
perintah dengan kata-kata "serbu si pai". Mendengar perintah Tgk Bantaqiah itu,
puluhan lelaki yang semula dikumpulkan dalam posisi duduk di halaman dayah,
langsung bangun mengejar Kapten Anton dan prajurit TNI lainnya dengan senjata
tajam terhunus.
"Saya
lihat tiga lelaki yang mengejar Kapten Anton yang jaraknya tinggal setengah
meter saja. Pada waktu itulah terdengar suara letusan senjata satu-satu.
Sehingga yang mengejar Kapten Anton roboh. Sedangkan yang lainnya langsung
tiarap," ujar Saksi.
Tapi keterangan saksi ini terus dikejar oleh majeli hakim. "Suara
tembakan yang kamu dengar itu, satu-satu apa berupa rentetan," tanya hakim.
"Yang saya dengar satu-satu. Tapi karena banyak yang menembak seolah
kedengarannya seperti rentetan pak hakim," ujar saksi.
Menurut Saksi, ia juga melihat korban
luka-luka dikumpulkan dekat jembatan. "Waktu itu saya lihat ada korban yang luka
sambil merintih minta minum. Tapi ketika berdiri untuk mengambil air yang saya
berikan, tiba-tiba saja ia roboh ditembak di tempat itu," katanya. "Siapa yang
menembaknya," kata hakim. "Tidak tahu saya Pak," tandas saksi
enteng.
Majelis hakim
juga menanyakan kepada saksi, apakah melihat terdakwa Aman Suar di lokasi
penembakan. "Ada pak hakim. Waktu itu saya lihat dia menembak secara membabi
buta tanpa arah. Tapi saya tak tahu siapa yang terkena tembakannya," jawab
saksi.
Menjawab
pertanyaan majelis, pada bagian lain saksi mengaku ikut satu mobil bersama
Letkol Sudjono dalam satu truk bersama para korban luka-luka yang dibawa ke
Takengon. Tapi baru sekitar 10 menit perjalanan, truk diperintah berhenti oleh
Letkol Sudjono, selanjutnya ia menyuruh Letnan Azmi menurunkan enam terdakwa
yang dibawa ke arah jalan kecil. "Tapi, pada waktu itu saya langsung tertidur
dan tak tahu apa yang terjadi," kilahnya.
Jawaban itu kontan mengundang tawa
pengunjung. Soalnya, seperti keterangan sebelumnya, saksi baru 10 menit naik
truk terbuka, tapi bisa langsung tertidur meski sempat mengintip ada enam orang
diturunkan dari dalam truk. Akibatnya, majelis hakim sempat berkali-kali
memperingatkan dan membentak saksi. "Apa saudara tidak mendengar suara letusan
senjata setelah keenam korban itu dibawa ke jalan kecil," tanya hakim. "Saya
tidak mendengar letusan pak Hakim, karena saya sudah tertidur," tegasnya dengan
nada enteng.
Karena
penasaran atas jawaban saksi, majelis hakim membacakan jawaban saksi di BAP yang
bertentangan dengan jawaban yang diberikannya di persidangan itu. "Apa
keterangan saudara di BAP ini betul apa tidak," tanya hakim. "Betul Pak," ujar
saksi seraya menambahkan, bahwa ketika diambil keterangannya untuk BAP di Mabes
Polri, berlangsung sampai dinihari. "Polisi yang memeriksa saya saja sempat
ngantuk-ngantuk, apalagi saya Pak hakim," tandasnya sehingga pengunjung
tertawa-tawa geli.
Sebelum saksi dimintai keterangannya di persidangan itu, saksi pertama
yang tampil adalah Pratu Erwin Siregar, anggota Kostrad yang ikut dalam operasi
tersebut.
Persidangan
yang berlangsung sekitar dua jam itu ditutup dan diundurkan sampai Rabu (3/5)
mendatang untuk mendengar saksi-saksi lainnya. (tim)
To Indek:
Polisi Serbu Kampus, Dua Mahasiswa
Tewas
Serambi-Medan
Dua mahasiswa Universitas Nommensen
Medan, kemarin, tewas tertembak ketika sepasukan polisi menyerbu kampus di Jalan
Perintis Kemerdekaan itu. Serbuan yang menurut polisi untuk membebaskan rekannya
yang disandera mahasiswa, juga berakibat 19 mahasiswa luka berat dan puluhan
lainnya luka ringan.
Kedua korban yang tewas itu adalah Kalvin Nababan (25), mahasiswa
Fakultas Ekonomi angkatan 1996 dan Rikardo Silitonga (23), mahasiswa Fakultas
Teknik Elektro angkatan 1997. Hingga tadi malam sekitar pukul 20.00 WIB mayatnya
masih berada di rumah sakit umum Dr.Pirngadi Medan guna memperoleh visum et
repertum.
Sementara
itu 19 mahasiswa yang luka-luka berat belum diketahui jati dirinya satu persatu,
karena sampai tadi malam masih dirawat secara intensif di RS Elizabeth Medan.
Sedang yang mengalami luka-luka ringan dirawat di RS Melati Medan dan semuanya
sudah diperkenankan pulang.
Seorang saksi mata, Ade Silalahi, pegawai Biro Rektor Universitas
Nommensen, kepada Serambi tadi malam mengatakan, sepasukan polisi tiba-tiba
masuk menggebrak kampus tersebut.
Tanpa tembakan peringatan, kata Ade,
oknum-oknum polisi yang belum diketahui satuannya, langsung saja melepaskan
tembakan secara gencar ke arah mahasiswa. "Tak diketahui lagi berapa kali suara
tembakan yang dimuncratkan polisi itu," kata Ade Silalahi.
Tembakan itu membuat ratusan
mahasiswa sempat kucar-kacir menyelamatkan diri, disertai teriakan-teriakan
histeris minta tolong.
Dalam situasi yang cukup panik, tiba-tiba dua di antara ratusan
mahasiswa yang menyelamatkan diri itu, Kalvin dan Ricardo, tiba-tiba roboh
bersimbah darah setelah diterjang timah panas. Beberapa teman korban, berupaya
memberikan pertolongan pertama, namun Kalvin tewas di tempat, dan Richardo
sempat dibawa ke rumah sakit, namun jiwanya tak tertolong lagi, dan tewas di
rumahsakit.
Malah
Rektor B Ricson Simarmata pun tak luput dari tendangan dan pukulan petugas yang
mengamuk dan menghancurkan seluruh gedung kampus itu.
"Bahkan, mahasiswa yang sudah tertembak dan
diamankan di klinik kampus juga mereka pukuli pakai senapan," tutur Junita
kepada Astaga.com sambil terus terisak.
"Mereka sama sekali tidak mencerminkan
sebagai petugas, dan ini sudah tindakan semena-mena dan anarkis. Kami akan
tuntut polisi," kata Rektor Ricson Simarmata.
Menurut keterangan kasus itu berawal, ketika
pada pagi harinya mahasiswa Nommensen demo ke Mapolda Sumut menuntut rekan
mereka Panal (26) dibebaskan. Namun, demo itu dibubarkan dengan tembakan,
sehingga mahasiswa pulang ke kampus.
Dua polisi yang kebetulan melewati kampus,
Sertu Suherman (anggota Sabhara Polsek Delituai) dan Sertu Ngalao Surbakti
(anggota Sabhara Poldasu) ditangkap mahasiswa dan sempat diamankan dalam
kampus.
Kapolda Sumut
Brigjen Pol Soetanto menegaskan, masuknya petugas ke kampus itu bukanlah
penyerangan. "Melainkan upaya petugas untuk membebaskan rekan mereka yang
disandera mahasiswa," katanya.
Mengenai tuntutan pembebasan Panal -- yang
memicu demo -- Kapolda menolak memenuhi. "Hal itu jelas tidak dapat saya
lakukan. Masak penjudi pakai didemo supaya dibebaskan. Mana mungkin saya
kabulkan," ujarnya.
Kadispen Polda Sumut Letkol Polisi Drs H.Amrin Karim menambahkan, dua
mahasiswa yang tewas itu bukan ditembak, tapi akibat dampak kerusuhan tersebut,
yang sama-sama ingin menyelamatkan diri. Namun, Amrin tak merinci jati diri
kedua anggota polantas yang disandera itu, serta masib keduanya.
Menurut Simarmata, mahasiswanya
menyandera petugas dengan maksud agar polisi membebaskan rekan-rekan mereka yang
ditangkap saat demonstrasi di Mapolda Sumut, Senin pagi tadi.
Unjuk rasa mahasiswa ini sendiri
dimulai sejak Jumat lalu. Mahasiswa Nomensen menuntut teman mereka, Panal (26)
yang ditangkap 6 April lalu karena kasus judi togel, dilepaskan.
Ade Silalahi memberikan keterangan
lain, kedua oknum Polri yang "disandera" itu saat dicegat di depan kampus
tersebut tak mengaku dirinya sebagai anggota Polri, karena saat itu keduanya tak
memakai uniform dinas kepolisian.
Pertengkaran pun terjadi, namun untuk menjaga
hal-hal yang tak diingini dari mahasiswa terhadap dua oknum yang diduga anggota
Polri tadi, maka pihak kampus segera melerai dan mengamankan kedua oknum tadi ke
salah satu ruangan Fakultas Hukum Univ.Nommensen.
Tak berselang lama, kata Ade Silalahi,
tiba-tiba ratusan mahasiswa setempat dikejutkan puluhan oknum polisi yang
menerobos masuk ke kampus tersebut, sambil melakukan penembakan yang diarahkan
ke arah mahasiswa yang ada di kampus itu.
Keterangan lain menyebutkan, beberapa
mahasiswa di kampus tersebut, mencegat oknum polisi itu untuk "disandera"
sebagai solidaritas mereka terhadap sejumlah temannya yang melakukan unjukrasa
ke Polda Sumut yang terletak di kawasan Jalan Medan-Tg.Morawa,--sekitar tujuh
kilometer dari kampus tersebut. (lau/*)
To Indek:
Pertokoan Simpang Lima Heboh Lagi IMB
Dituding Menyimpang
Serambi-Banda
Aceh
Setelah
sempat "diam" beberapa saat, anggota DPRD Banda Aceh kembali mempersoalkan
pembangunan pertokoan Simpang Lima. Kali ini, Ketua Komisi A dan Ketua Komisi C
DPRD setempat menuding developer melakukan penyimpangan IMB (izin mendirikan
bangunan). "IMB-nya untuk pusat perkantoran swasta. Kenyataannya untuk
pertokoan," ungkap Luqman.
Masalah pertokoan Simpang Lima diangkat lagi oleh kalangan legislatif
melalui rapat konsultasi antara Komisi A DPRD Banda Aceh dengan pihak eksekutif,
Senin kemarin.
Ketua
Komisi A, Zoelfikar Sawang SH kepada Serambi seusai memimpin rapat konsultasi
dengan eksekutif mengaku ikut mempersoalkan IMB "Pertokoan Simpang Lima" itu.
Bahkan, Said M Zain, salah seorang anggota Komisi A mengecam tindakan developer
yang dinilainya hanya mengedepankan bisnis. "Kita tidak ingin pembangunan di
kota Banda Aceh terus menyalahi Perda dan tata ruang kota," kata
Said.
Secara lebih
tegas, kepada Serambi, Ketua Komisi C DPRD Banda Aceh, Drs A Arief Luqman MS
mengungkapkan, IMB yang dikeluarkan Walikota Banda Aceh bukan untuk pertokoan,
tetapi untuk pembangunan perkantoran swasta.
Dalam rapat konsultasi itu, ikut juga
Kadispenda Banda Aceh, T Saifuddin TA yang sekaligus "dihadiahi" sejumlah
pertanyaan oleh anggota dewan.
Menanggapi pertanyaan seputar pemasangan
baliho (bilboard) yang mencantumkan nama "Pertokoan Simpang Lima" -- padahal
izin sesuai IMB adalah perkantoran swasta -- T Saifuddin mengakui pihaknya
teledor saat mengeluarkan izin pemasangan baliho yang berdiri di sekitar
bundaran Simpang Lima tersebut.
Ketua Komisi C DPRD Banda Aceh, A Arief
Luqman mendesak Dispenda untuk mencabut izin pemasangan baliho tersebut karena
isinya dinilai tidak sesuai dengan RUTRK (rencana umum tata ruang kota) dan RTRK
(rencana tata ruang kota) yang berlaku hingga 2003.
Mengenai permintaan itu, Kadispenda Banda
Aceh yang ditanyai Serambi seusai rapat konsultasi dengan pihak dewan mengakui
pihaknya teledor mengeluarkan izin.
Keteledoran itu, kata Saifuddin, karena saat
izin pemasangan gambar (bilboard) diajukan oleh pihak pelaksana, pihaknya tak
mengetahui apakah materinya sesuai dengan IMB atau tidak. "Saya baru mengetahui
ada masalah ketika mengikuti rapat konsultasi dengan komisi A DPRD," kata
Saifuddin.
Sementara
menurut Arief Luqman, pembangunan di kawasan Simpang Lima itu seharusnya
berpedoman pada IMB yang dikeluarkan walikota. Jika ingin mengubah bentuk
bangunan, developer seharusnya mengajukan kembali izinnya. "Jangan seperti ini.
Developer seenaknya mengutak- atik IMB dari pusat perkantoran swasta ke pusat
pertokoan. Ini gejala tidak sehat," ujar Luqman, yang juga Ketua PKB Banda
Aceh.
Dia
menambahkan, karena tidak sesuai dengan IMB, calon pembeli toko bisa saja
dirugikan apabila suatu saat nanti Pemda Banda Aceh melarang mereka berjualan di
tempat tersebut.
Selaku wakil rakyat, kata Arief Luqman, pihaknya tak ingin melihat
warganya tertipu apabila kelak tak bisa menggunakan lokasi itu untuk berjualan.
"Kalau untuk kantor, silahkan saja, karena memang IMB-nya untuk perkantoran,"
tegas Arief Luqman.(rs)
To Indek:
"Bercumbu" di Bangku RSU, Dimandikan Air
Got
Serambi-Banda
Aceh
Sepasang
remaja dipergoki "bercumbu" di bangku ruang tunggu (ruang rawat bedah wanita)
RSU Zainoel Abidin, Senin dinihari kemarin. Sebelum diamankan Satpam rumah
sakit, keduanya sempat dimandikan air got oleh para keluarga pasien yang mengaku
geram dengan kelakuan insan berlainan jenis itu.
Ihwal tertangkapnya kedua remaja tersebut --
akhirnya diketahui berinitial Har dan Ati -- ketika seorang keluarga pasien
tanpa sengaja mengintip keluar dari jendela ruang rawat bedah wanita. Ternyata
di bangku ruang tunggu terlihat sepasang remaja sedang "bercumburia". Waktu itu,
suasana rumah sakit sedang sepi, karena hampir semua pasien bersama keluarganya
sedang tidur pulas.
Selanjutnya, keluarga pasien mengontak petugas Satpam RSU Zainoel Abidin
melaporkan kelakuan pasangan remaja itu. Bersamaa dengan tibanya anggota Satpam,
ternyata puluhan warga (umumnya keluarga pasien sudah mengerubungi pasangan
itu). Tak ayal, sambil melakukan interogasi, pasangan Har-Ati sempat dimandikan
dengan air got.
Komandan Satpam RSU Zainoel Abidin, A Rani bersama anggotanya Suwardi R
yang ditanyai Serambi kemarin membenarkan mereka terpaksa mengamankan Har dan
Ati karena berbuat tidak senonoh di komplek rumah sakit. Pasangan itu sempat
diamankan dari pukul 05.00 sampai pukul 10.00 kemarin.
Setelah diinterogasi, Ati adalah pekerja di
bagian cleaning service RSU Zainoel Abidin. Sedangkan Har penduduk satu desa di
Kecamatan Meuraxa dan sehari-hari bekerja sebagai penjual pisang
molen.(rs)
To Indek:
Sidang Gugatan Rp 13 Milyar
Bupati Tolak Hadiri Sidang
Serambi-Lhokseumawe
Bupati Aceh Utara Tarmizi A Karim dan bupati
H Karimuddin Hasybullah SE dan menolak hadir ke persidangan perkara perdata
gugatan Rp 13 milyar di PN Lhokseumawe, Senin (1/5). Walaupun keduanya telah
dipanggil secara resmi oleh jurusita PN setempat, untuk diminta keterangan yang
mereka ketahui dalam perkara proyek Reklamasi Rawa Pusong.
"Kami nilai Tarmizi A Karim dan
Karimuddin itu pengecut, karena takut terhadap Badan Pemeriksa Keuangan
Pembangunan (BPKP) Pusat dan Aceh, apabila keterangan mereka sebagai saksi ahli
dapat mendukung seluruh dalil gugatan kami sebagai penggugat," ujar Sopian Adami
SH, kuasa hukum penggugat.
Sopian merasa terkejut terhadap sikap kuasa hukum lawannya yang
berkeberatan untuk dipanggil saksi ahli dan didengar keterangan dari tim BPKP
Pusat dan daerah.
Dari beberapa saksi ahli yang diminta dihadirkan oleh kuasa hukum PT BPA
pada sidang sebelumnya, hanya dari Kantor Perbendaharaan Kas Negara (KPKN)
Lhokseumawe, yang memenuhi surat panggilan jurusita PN Lhokseumawe, kata
Sopian.
Bendahara I
KPKN Lhokseumawe, Hj Rosmiati yang dihadirkan oleh Pengadilan Negeri (PN)
setempat dalam lanjutan sidang perkara perdata gugatan Rp 13 milyar di PN
Lhokseumawe, Senin (1/5) menjelaskan bupati dan kepala instansi tidak berhak
secara langsung membuat dan menandatangani perjanjian pembororongan pekerjaan.
Kecuali pimpro yang ditunjuk dan diangkat melalui surat keputusan
(SK).
"Setahu saya,
bupati atau kepala kantor dalam setiap perjanjian pemborongan pekerjaan hanya
berhak mengetahui saja, seperti yang disebut dalam Kepres atau Kepres No 16/1994
pasal 67 dan No 17/2000 pasa 42," ujar Rosmiati.
Ditanya Hakim Ketua Roosdiana AR SH, atas
alat bukti yang pernah diajukan baik dari tergugat dan penggugat, saksi Rosmiati
mengatakan yang benar adalah seperti alat bukti P-1, T-10a dan T- 10b. Bunyinya
antara lain; surat perjanjian pemborongan pekerjaan konsolidasi tanah kabupaten
Aceh Utara No.592/188/Pimpro/1991-1992. Bukti ini adalah menunjukkan adanya
perjanjian yang telah ditandatangani dan disetujui bersama.
Berkenaan dengan apa yang
dibenarkan oleh saksi ahli itu, Sopian menanggapi, berarti apa yang
disebut-sebutkan selama ini bahwa PT BPA pekerjaan yang disubkan oleh PT Alfa
Aksara, itu jelas rekayasa bel.(h)
To Indek:
PT ASS Terlibat Permainan Harga
Beras
Serambi-Sigli
PT ASS dituding ratusan pemilik
kilang padi dan pedagang di Kabupaten Pidie, ikut terlibat dalam permainan harga
beras. Perusahaan yang selama ini telah menjadi mitra kerja Dolog Aceh, dengan
leluasa membeli beras dengan harga murah dan kemudian mempasokkannya ke sejumlah
Dolog daerah lain.
Terciumnya terjadi kongkalingkong antara PT SS dengan Kepala Dolog Aceh,
menurut sejumlah pedagang dan pengusaha kilang padi daerah itu, setelah mereka
menemukan bukti, lewat surat pengantar dari perusahaan tersebut. Surat pengantar
itu ditujukan kepada kepala Sub Dolog Aceh Tengah dan Aceh Timur dan diberikan
kepada setiap pengangkutan.
Dengan berhasil ditemukan bukti tersebut, maka para pedagang dan pemilik
kilang padi secara tegas menuding, dalam permainan harga beras yang dinilai
sangat merugikan petani padi, Kepala Dolog Aceh sebagai biangnya. "Ini jelas
permainan Kepala Dolog Aceh. Dan, ini sengaja dilakukan menjelang berakhirnya
masa tugas," kata H Umar Nafi, juru bicara ratusan pengusaha kilang
padi.
PT ASS selama
ini, menurut Umar, menyebabkan beberapa kilang padi dan pedagang beras di Pidie
membelikan beras untuk perusahaannya. Selama ini, yang menjadi kaki tangan PT
ASS dan Dolog Aceh, kata Umar, adalah kilang padi M Glumpang Minyek, Toko Atk,
dan toko Ar Beureunuen dan ikut terlibat juga dalam permainan harga
beras.
Setelah beras
dikumpulkan oleh tiga pedagang itu, tambah Umar, kemudian PT ASS memberikan
"Surat Pengantar" kepada pengangkutan yang membawa beras ke berbagai Dolog di
daerah lain. Seperti diberitakan sebelumnya, beras tersebut dipasok ke Aceh
Tengah, Aceh Timur, dan Blangpidie.
Sedangkan PT ASS, menurut Umar, berkedudukan
di Banda Aceh. Selama ini, perusahaan tersebut menjadi mitra kerja cukup baik
bagai Dolog Aceh. Karena itu, perusahaan itu mendapatkan kepercayaan lebih besar
untuk membeli beras di Kabupaten Pidie yang sedang menjalani masa
panen.
Jika permainan
beras terus berlanjut, tambah Umar, maka petanilah yang sangat disayangkan.
Selama ini, harga beras dibeli dengan harga Rp 1.800 per kg. Karena murahnya
harga beras maka dengan sendirinya harga gabah petani juga anjlok. Sekarang
mampu dibeli dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 1.050 per kg.
Bila Dolog membuka pengadaan di
Kabupaten Pidie, kata Umar, maka dengan sendirinya pemilik kilang padi dan
pedagang akan membeli gabah petani dengan harga lebih tinggi. Kalau berasnya
dibeli mahal, kemungkinan harga gabah petani akan terbeli dengan harga Rp 1.300
per kg.
Kepala Sub
Dolog Sigli, Ir T Khairil Anwar ketika dihubungi Serambi Senin (1/5) guna
menanyakan kenapa belum dibukanya pengadaan beras, ia sedang berada di Banda
Aceh bersama stafnya. Namun, beberapa pegawai yang ada mengaku pengadaan
kemungkinan akan dilakukan bulan ini.
Bila pengadaan beras segera terwujud, menurut
Umar, akan dapat membantu sebagain kecil petani yang masih memiliki gabah.
Diperkirakan sekitar 40 persen gabah di daerah tersebut belum terjual. Namun,
mereka khawatir pengadaan beras Dolog Sigli akan dilakukan setelah gabah petani
terjual habis.(tu)
To Indek:
Guru Bakti Dapat Tunjangan dari
Pemda
Serambi-Meulaboh
Pemda Aceh Barat akan memberi tunjangan kepada tenaga guru bakti yang
ikut membantu kelancaran proses belajar/mengajar terhadap sekolah yang
kekurangan tenaga pengajar di wilayah itu. Besar tunjangan yang mereka terima
setiap bulan yakni sesuai upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah
untuk propinsi Aceh.
Bupati Aceh Barat, Drs Nasruddin MSi kepada Serambi, Senin (1/5)
mengatakan tunjangan yang akan diberikan kepada tenaga guru bakti itu bersumber
dari APBD II tahun 2000 yang sekarang masih dalam tahap pembahasan panitia
anggaran DPRD setempat. "Berapa besar dana yang akan dialokasikan untuk membayar
tunjangan guru bakti itu masih kita tunggu hasil pembahasan dewan. Kita upayakan
mereka mendapat upah sesuai UMR 2000," katanya.
Ditanyai kriteria calon guru bakti yang akan
mendapat tunjang dari Pemda, menurut bupati adalah mereka yang selama ini ikut
mengorbankan tenaganya dan waktu membantu kelancaran proses belajar dan mengajar
di sekolah-sekolah yang kekurangan guru negeri mulai dari tingkat SD sampai
SLTA. "Bantuan yang diberikan guru bakti itu sudah sepantasnya kita hargai
karena selama ini mereka mungkin hanya mendapat imbalan alakadarnya dan sangat
tidak sesuai dengan hasil kerjanya," tandasnya.
Menurutnya, teknis pembayaran tunjangan guru
bakti itu tergangtung kondisi. Artinya, bisa saja mereka menerima secara rutin
setiap bulan atau setiap triwulan. "Kita akan bahas lebih lanjut bagaimana cara
yang terbaik proses penyalurannya dengan pihak lembaga terkait," kata
bupati.
Agar
tunjangan yang akan diberikan itu tepat saran dan tidak salah alamat, tegas
bupati, pihaknya melalui instansi atau lembaga terkait melakukan pendataan
jumlah tenaga guru bakti yang benar-benar aktif ikut membantu proses belajar dan
mengajar sehingga angkanya benar-benar akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Ini perlu diklarifikasi agar jangan ada pihak yang mencari kesempatan dalam
kesempitan.
Artinya,
jelas Nasruddin, setelah mendengar akan mendapat tunjungan mereka yang
sebelumnya tidak pernah berbakti ramai-ramai mengurus surat membuktikan dirinya
pernah melaksanakan tugas di salah satu sekolah. "Cara-cara seperti ini adalah
perbuatan penipuan yang merugikan dan memalukan pribadi yang bersangkutan,"
tandas bupati.(zr)
To Indek:
JPS-BK Aceh Barat Tahap Pertama
Disalurkan
Serambi-Meulaboh
Dana jaring pengaman sosial bidang kesehatan (JPS-BK) Kabupaten Aceh
Barat, tahap pertama sebesar Rp 321 juta sudah disalurkan kepada masing-masing
Puskesmas kecamatan untuk membantu pengobatan warga miskin dan perbaikan gizi
balita serta revitalitasi posyandu.
Ketua tim sekretariat JPS-BK Dinkes Aceh
Barat, Afrizal kepada Serambi Senin (1/5) mengatakan kucuran dana tahap pertama
itu sangat membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang
tersebar di seluruh kecamatan yang sebelumnya sempat "jalan ditempat" akibat
dana yang sudah diplot pemerintah terlambat dicairkan.
Total dana JPS-BK yang dialokasikan
pemerintah untuk Kabupaten Aceh Barat 1999/2000 Rp 1,429,869,000. Dana tersebut
diarahkan untuk mendukung lima kegiatan yakni pelayanan kesehatan masyarakat,
perbaikan gizi baik, P2M, revitalisasi posyandu dan pelayanan kebidanan di
pedesaan. Sedangkan dananya disalurkan bertahap I-IV melalui rekening
masing-masing kepala Puskesmas kecamatan.
Setiap tahap dana yang disalurkan sebesar Rp
321,490,000 dan dibagikan kepada 26 Puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Barat.
Proses penyaluran dana tahap berikutnya, para kepala Puskesmas harus membuat
pertanggungjawaban penggunaan dana tahap sebelumnya. "Jika dana tahap pertama
sudah dipertanggungjawab, baru pihak Kantor Pos selaku penyalur bantuan JPS-BK
mengajukan pencairan dana tahap berikutnya ke pusat," kata
Afrizal.
Menurut
Afrizal, jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Barat yang mendapat bantuan
pengobatan gratis melalui program JPS-BK mencapai 29.207 KK yang tersebar di 14
kecamatan. "Kita terus melakukan pemantauan secara ketat melalui tim pengawas
terhadap penggunaan dana tahap pertama tepat sasan atau melenceng dari aturan
main," janjinya.(zr)
To Indek: