Saturday, 27 August 2005, Opini Publik: Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta


Surat Terbuka Kepada Wakil Rakyat

oleh Laine Berman

 


DENGAN adanya berbagai diskusi di media tentang pencemaran lingkungan dan mobil kuno, saya mau menambahkan sebuah perspektif yang lain. Sebagai warga Yogyakarta, saya makin cemas dengan berbagai isu yang dilempar kepada masyarakat. Dengan isu mobil kuno masyarakat bisa menjadi sangat yakin bahwa para ‘wakil’ kita hanya mencari kambing hitam untuk menutupi kelalaian para ‘wakil’ kita sendiri!

Pencemaran udara itu jelas sekali merupakan isu yang penting apa lagi untuk mereka yang mempunyai anak kecil, karena pencemaran macam itu mengganggu pertumbuhan kesehatan otak si cilik itu. Sudah terbukti dari laporan WHO (World Healt Organization) dan USAID bahwa di dalam darah hampir 50% anak Indonesia keracunan timah yang masuk ke dalam tubuh melalui asap bahan bakar dari kendaraan bermotor. Di 90% negara dunia ini termasuk tetangga kita yang jauh lebih miskin daripada Indonesia (Misalnya Vietnam), sudah diberlakukan peraturan bahwa yang boleh beredar hanya bensin yang tidak memakai timah (lead-free fuel). 

Mengapa di Indonesia sendiri ‘wakil’ kita tidak perduli kalau anak-anak kita teracuni? Mengapa hanya di Indonesia saja bisnis (yang menolak produksi lead-free fuel) lebih kuat daripada hati nurani? Mengapa hanya di Indonesia angkutan umum masih memakai solar yang lebih beracun lagi? Dengan mencari kambing hitam mobil kuno, ‘wakil’ kita mengabaikan tanggungjawabnya sendiri untuk menghilangkan zat beracun ini dari bensin dan udara kita.

Daripada mengurangi pencemaran semacam ini dari lingkungan kita, ‘wakil’ kita malah mengutamakan kendaraan bermotor yang merupakan pencemar paling unggul. Sepeda dan becak semakin langka dari jalan semrawut kita, yang menjadi makin semrawut justru karena terlalu banyak kendaraan bermotor - bukan karena keberadaan becak. Supaya menambah kendaraan bermotor seperti itu, jalan-jalan kita dilebarkan dan pohon-pohon kiri-kanannya, yang justru membersihkan udara kita dan melindungi kita dari terik matahari, di tebangi habis! Dengan menjamurnya perumahan dan mal di mana-mana, anak kita kehilangkan tempat yang aman dan bersih untuk bermain dan tumbuh. Ternyata yang diutamakan di Yogya ini hanya materialisme, tanda-tanda kekayaan, dan persaingan ekonomi - asal sok modern. Keamanan anak kita dari keracunan yang disebabkan asap knalpot jelas tidak dipersoalkan oleh pemerintah Yogya.

Modern tidak berarti hanya penampilan yang menunjukkan kemodernan itu, tetapi yang tidak langsung kelihatan juga seperti udara dan lingkungan yang bersih! Selain asap knalpot tsb, yang juga meracuni udara kita, sekaligus menampilkan wajah kota Yogya yang sangat tidak modern, adalah asap pembakaran sampah. Karena pemerintah kita tidak mampu mengurus sampah yang membludak di mana-mana, pagi maupun sore langit kita mengabut dengan asap pembakaran sampah dan ladang. Yang sedang menjadi masalah nasional adalah pembakaran ladang dan hutan yang meracuni kita (dan tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura) dan menyebabkan penyakit paru-paru, jantung, mata, dll. Orang biasa membakar sampah di sembarang tempat dan waktu. Bahkan banyak juga orang membakar sampah di bawah dan menempel pohon yang jelas akan mematikan pohon tersebut. Persoalan asap sampah yang dibakar di pinggir jalan berbahaya juga bagi pengendara motor dan mobil yang terhalang pandangannya karena asap itu. Juga di lingkungan kampung, orang masih saja membakar sampah tanpa peduli kalau asap masuk ke dalam rumah dan mencemari udara dengan alasan untuk mengusir nyamuk.

Kalau para ‘wakil’ kita betul-betul memperdulikan masyarakat Yogyakarta ini, kita semua sudah mengolah sampah seperti yang terjadi di beberapa kampung seperti desa Sukunan, misalnya. Semestinya tidak ada yang membakar sampahnya dan jelas semestinya tidak ada yang membuang sampah sembarangan. Kapan waktunya slogan-slogan kota Yogya, yang semuanya menyentuh soal kebersihan, akan dihayati dan bukan hanya menjadi pajangan?

Kalau ‘wakil’ kita memberi contoh yang baik dan benar, dan kalau kita bekerjasama dengan tetangga kampung kita secara baik dan benar, segala macam masalah pencemaran lingkungan (lingkungan hidup maupun lingkungan sosial) bisa diatasi dengan relatif mudah. Perlu dimulai dengan ‘wakil’ yang kita pilih untuk memimpin dan membantu kita hidup dengan aman dan baik.

Kita tidak perlu para ‘wakil’ yang hanya mengkambing hitamkan kita dan selalu melemparkan setiap persoalan kembali kepada kita. Kita perlu ‘wakil’ yang betul-betul mewakili kita dengan tulus dan siap menghadapi isu-isu seperti di atas. Kapan masyarakat Yogya mau mulai menuntut para ‘wakil’ untuk mengatasi masalah-masalah kota yang semakin semrawut ini daripada hanya mengkambing-hitamkan kita?
q - g

*) Prof.Dr. Laine Berman, PhD, MPH, Pemilik mobil kuno dan Aktivis Sosial yang sudah belasan tahun tinggal di Yogyakarta.