HOME

Arsip: Milis Diskusi e-BinaGuru <gabung: subscribe-i-kan-binaguru@xc.org>

Tanggal: 14 Oktober 2005

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

At 10:19 11/10/05 +0700, Esther Novalina wrote:

Bu Mei,
Tanya lagi dunk ....

Waktu iseng jalan ke Gramedia ada buku dengan sampul menarik
Yang ngarang Eileen Rahman (agak familiar, kalo ndak salah sering ngisi kolom di Femina ya ...??)

Judulnya "mengoptimalkan Kecerdasan Anak dengan Mengasah IQ dan EQ"
Nah ini apalagi ...??? Hubungannya dengan MI gimana ..... ???
 

Meilania:
Dear Esther,
Thanks untuk pertanyaannya. Saya jadi dipaksa makin banyak belajar dan baca buku nih :-) Berikut tanggapan saya, silakan teman-teman menambahkan ya.

Pertama, saat ini ada banyak pakar bicara tentang KECERDASAN - tentu dengan versinya masing-masing alias dari beragam sudut pandang yang berbeda.

EQ dicetuskan oleh Daniel Goleman. Bukunya yang berjudul Emotional Intelligences disebut-sebut sbg Buku Menggemparkan yang Mendefinisikan Ulang Apa Arti Cerdas. Intinya, Goleman hendak meyakinkan kita bahwa faktor EMOSI (EI / EQ) ternyata lebih berperan dalam kesuksesan hidup seseorang. Nah, "temuan" ini secara langsung meng-counter pandangan masyarakat umum selama ini bahwa IQ lah yang dipercaya sbg faktor penentu keberhasilan hidup seseorang.

Buat yang tertarik dengan EQ, boleh coba baca buku2 berikut:
- Emotional Intelligence (Daniel Golemann)
- Mengajarkan Emotional Intelligence padda Anak (Lawrence E. Saphiro, Ph.D.)
- Executive EQ (Kecerdasan Emosional dallam Kepemimpinan dan Organisasi)
Karangan: Robert K. Cooper, PH.D., Ayman Sawaf
Buku ini dilengkapi dg Kuesioner EQ Map
u/ "memetakan kecerdasan emosional" Anda :-)

Setelah EQ booming ... muncul berbagai jenis kecerdasan lain, misalnya:

SQ - Spiritual Quotient / SI - Spritual Intelligence
dipopulerkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall
AQ - Adversity Quotient
dicetuskan oleh Paul G. Stoltz, Ph. D.

Nah tuh ... kalo ngikutin sejarahnya emang rame juga kan :-)
IQ, trus EQ, trus SQ, eeeh ... ada lagi AQ.

Kedua, sebenarnya ada PESAN yang sama yang hendak disampaikan, yaitu:
- Kecerdasan itu TIDAK tunggal melainkann majemuk
- IQ yang selama ini mendapat perhatian utama, sekarang mulai "dikoreksi"
posisi dan relevansi kontribusinya dalam kesuksesan hidup seseorang

Tapi, pandangan IQ - EQ - SQ - AQ cenderung linear.
Dalam bahasa awam kira-kira maksudnya begini, waktu EQ dicetuskan, EQ diposisikan "lebih penting" dari IQ.
Waktu SQ dicetuskan, SQ juga diposisikan "lebih tinggi"dari EQ dan IQ.
Waktu AQ diperkenalkan, sekali lagi AQ juga diposisikan "lebih berperan" dibanding IQ, EQ, dan SQ. Entah setelah ini muncul ?Q apa lagi, he he he ....

Ketiga, ada para pakar yang melihat jenis kecerdasan sebagai hal yang SETARA dan merupakan RAMUAN yang bila dikombinasikan secara TEPAT, akan menghasilkan orang yang sukses - begitu kira-kira intinya.

Para pakar ini antara lain:
- Robert J. Sternberg dengan "Succeesfull Intelligence"nya yang terdiri dari 3 ramuan
Analytical Intelligence + Creative Intelligence + Practical Intelligence
- Howard Gardner dengan 9 jenis kecerdassannya (Linguistic, Logic-Mathematic,
Body, Music, Intrapersonal, Interpersonal, Visual-Spatial, Nature, Existence).

Selain 2 tokoh di atas (yang "teori"nya paling sering dikutip dan diterapkan) masih ada tokoh2 lain yang juga mengemukakan jenis kecerdasan menurut versinya sendiri, misalnya:

- Tony Buzan (pencetus Mind Map) - dalamm bukunya yang berjudul Head First
Buzan menyebutkan ada 10 jenis kecerdasan (kreatif, pribadi, sosial, spiritual,
jasmani, indriawi, seksual, numerik, spasial, verbal)
- Bob Samples, dalam bukunya "Revollusi Belajar untuk Anak"juga mengemukakan
jenis2 kecerdasan yang mirip dg Gardner, yaitu: simbolis-abstrak, visual-spasial,
kinestetis, auditori, sinergis (personal dan alamiah)
- Robert T. Kiyosaki yang mem-populerkann Kecerdasan Finansial :-) kali ini
kecerdasan dilihat dari sisi / kacamata seorang pengusaha sukses
(Robert T. Kiyosaki adl pengarang buku laris "Rich Dad Poor Dad")

Nha, sekarang balik ke pertanyaan rekan Esther.
1. Hubungan MI dan ?Q ?Q ?Q yang lain itu apa?

Jawab:
- sama2 mengakui bahwa kecerdasan itu TIIDAK tunggal melainkan majemuk
- tetapi, dalam mengungkapkan ragam / jeenis kecerdasan masing-masing tokoh
punya versinya sendiri-sendiri (dan alasannya sendiri, tentunya)

Dugaan saya, pertanyaan ini bisa mengarah pada pertanyaan berikut:
2. Kalau begitu, mana Teori yang TERBAIK? dan yang PALING BENAR?

Jawab:
- sepanjang manusia masih hidup di muka bumi, akan terus menerus di"pusing"kan dengan berbagai temuan tentang misteri kehidupan di dunia ini :-) so ... teori yang kita anggap "paling benar"saat ini, bisa saja ternyata masih "kurang benar" bila ternyata di kemudian hari ditemukan "kebenaran" lain yang lebih benar.

- yang benar-benar BENAR adalah Firman TTuhan. Jadi, aplikasi praktisnya ... bila temuan tsb sejalan dengan Fiman Tuhan, ya mari kita terima dan terapkan. Bila tidak sesuai / sejalan dengan Fiman Tuhan, ya jangan kita adopsi.

Menurut pendapat saya, temuan ttg MI sejalan dengan Firman Tuhan.

Karena Tuhan menciptakan kita masing-masing secara UNIK dan BERBEDA satu dg yang lain ... implikasinya, kita harus saling menghargai gaya belajar masing-masing (dan sbg Guru tidak memaksakan satu gaya tertentu saat mengajar Firman Tuhan).

Dan buat setiap orang, saya suka sekali mengingatkan bahwa Tuhan SUDAH memperlengkapi kita masing-masing dengan beragam jenis kecerdasan yang kombinasinya sudah Tuhan atur :-) ... dimana bila kita mengembangkan potensi tsb, maka kita akan siap menjadi Alat Tuhan yang UNIK. Tidak perlu kita "mengukur"diri kita dengan orang lain.

Aplikasi sederhana untuk anak-anak kita ...

- JANGAN membandingkan setiap anak dg naada ber-kompetisi
melainkan, bandingkan setiap anak sesuai dg kecerdasan yang dimilikinya.
Misal: ... wah, Ibu/ Bapak senang, si A pandai menggambar, si B pandai
mengarang, si C pandai main bola, si D pandai bernyanyi, dst dst

- Mari kita TUNJUKkan pada anak bahwa Tuuhan memakai orang2 yang berbeda
untuk pekerjaanNYA di muka bumi ini, misalnya:
Petrus pandai berkotbah (linguistik), Paulus pandai ber-apologetik (logis),
Barnabas seorang yang penuh perhatian dan pendamai (interpersonal), dsb.

- Untuk menjadi seseorang yang dipakai TTuhan, TIDAK harus jadi pendeta
(yang biasanya dituntut harus pandai berkotbah / linguistik) ... bagaimana dg
anak yang "tidak pandai" bicara tapi punya hati buat Tuhan? Saya yakin
ada jutaan macam cara untuk menjadi seorang yang dipakai oleh Tuhan, selain
menjadi pendeta :-) Tanggung jawab kita adalah mengembangkan potensi diri
dan menyerahkannya di dalam Tangan TUHAN. Mau jadi apa kelak, itu terserah
Tuhan. Bagian kita adalah PEKA akan pimpinan Tuhan.

Dengan demikian, kita tidak lagi mengkotak-kotakkan jenis kecerdasan dengan profesi tertentu. Oh .. pinter nggambar ya jadi seniman, atau pinter logis-matematis ya jadi insinyur, pinter musik ya jadi musikus / penyanyi. Sama sekali TIDAK BENAR.

Si anak mau pinter apa aja semuanya bisa dipakai untuk kemuliaan nama TUHAN.
Ingat 1 Kor 10 : 31 :-)

Selamat "Mengembangkan Kecerdasan Anak":-)
Tuhan memberkati.

Moderator (meilania)