HOME

Arsip: Pelatihan Guru SD kelas 1-2 untuk mempersiapkan Kelas MI (19 April 2005)

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

Tes Standar vs Tes Autentik

(lihat juga: Bagaimana menyiasati anak-anak dengan kebutuhan khusus / ADHD dan anak-anak yang "superaktif")

 

Pokok-pokok pembicaraan:

  1. Tes Standar, meski mutlak dijalankan oleh sekolah, ternyata memiliki beberapa kekurangan serta kelemahan. Misalnya: Tes Standar umumnya hanya menguji siswa dengan menggunakan pendekatan linguistik dan logis-matematis, sehingga siswa yang “lemah” dalam kedua jenis kecerdasan di atas cenderung tidak berhasil dengan baik bila harus menjalani Tes Standar sebagai satu-satunya alat penilaian prestasi di sekolah.
  2. Tes Standar, meski diterapkan sebagai salah satu alat ukur penilaian prestasi siswa, perlu juga diimbangi dengan Tes Autentik, yang lebih menekankan pada PROSES belajar siswa ketimbang hanya memperhatikan hasil akhir.
  3. Tes Autentik dinilai lebih “adil” terhadap keragaman cara belajar siswa dan menawarkan suatu alat penilaian yang lebih “manusiawi” ketimbang Tes Standar.
  4. Untuk detail perbandingan tentang Tes Standar dan Tes Autentik, lihat Buku “Sekolah Para Juara” halaman 180-181 (tabel 10.1 Tes Standar versus Penilaian Autentik)

 

Diskusi dan tanya jawab kasus-kasus dari Guru

 

  1. Bagaimana penerapan Tes Autentik? Apakah ini berarti Guru harus menguji anak satu per satu secara individu?

 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

-         Sistem penilaian yang bersifat individu sepertinya memang belum tepat untuk diterapkan sepenuhnya saat ini, mengingat keterbatasan SDM maupun fasilitas dan waktu yang tersedia.

-         Tes Standar sebenarnya tidak perlu di”hilang”kan karena bagaimana pun Tes Standar juga memiliki keunggulannya sendiri, yaitu cepat, murah, dan relatif mudah pelaksanaannya. Namun, bila ingin mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasan siswa, maka Guru juga harus mulai menggunakan Tes Autentik dalam proses penilaian prestasi siswa.

 

 

Beberapa solusi yang ditawarkan:

-         Tes Standar tetap digunakan, namun selain nilai yang diperoleh siswa dari Tes Standar, Guru juga memiliki nilai-nilai lain dari hasil Tes Autentik. Dengan demikian, saat mengevaluasi hasil belajar siswa di akhir tahun, Guru memiliki beragam nilai dari beragam aktivitas / tes yang telah dilakukan oleh siswa.

-         Tes Autentik bisa juga digunakan saat siswa mengalami kesulitan dengan Tes Standar. Misal: ada siswa yang sebenarnya “berpretasi” menurut pengamatan Guru, namun nilai ujiannya (hasil Tes Standar) jelek. Maka Guru disarankan untuk menguji siswa dengan “cara yang lain”. Dalam beberapa kasus diungkapkan adanya anak yang “tidak mau menulis”, atau “sengaja berbuat kesalahan saat menulis” – jadi nilai akhir Tes Standar dari siswa dengan perilaku di atas tentu tidak mencerminkan prestasi yang sesungguhnya. Tes Autentik akan sangat membantu dalam kasus-kasus dimana siswa memiliki cara belajar yang non-linguistik maupun non-logis/matematis.

 

Kesimpulan:

-         Sebenarnya ada banyak cara untuk menilai prestasi belajar siswa, namun selama ini sistem pendidikan formal cenderung mengunggulkan Tes Standar sebagai satu-satunya alat uji yang dianggap paling tepat.

-         Tes Autentik lebih bersikap ADIL pada semua siswa karena menghargai keragaman dan perbedaan cara belajar siswa yang unik.

-         Tes Autentik juga memungkinkan Guru untuk memiliki beragam nilai ujian dari berbagai jenis tes / aktivitas, yang semuanya akan bermanfaat untuk mengenali prestasi siswa secara lebih utuh dan menyeluruh.

 

  1. Bagaimana cara kita menilai Tes Autentik?

 

Studi Kasus: pengalaman siswa kelas 2 SD yang diasuh oleh Bu Susan saat bermain di Ruang KM dan mengerjakan tugas MENGARANG secara pribadi.

 

Ada beberapa hal yang perlu dicermati:

-         Saat bermain di Ruang KM, anak-anak merasa senang karena bebas bermain. Suasana hati yang senang ini ternyata memicu prestasi yang baik dalam diri anak. Dengan kata lain, anak dengan senang hati melakukan tugas mengarang – bukan lagi sebagai BEBAN tugas / ujian yang harus diselesaikan, melainkan sebagai bentuk ekspresi diri yang sehat tentang pengalaman dan perasaan yang ditimbulkan setelah mengalami “proses belajar” di Ruang KM.

-         Hasil karangan anak memiliki multi-fungsi bagi Guru. Yaitu: karangan anak bisa dianggap sebagai salah satu bentuk ujian / tes dimana Guru menilai karangan anak berdasarkan kriteria mata pelajaran Bahasa Indonesia (misalnya: memperhatikan penulisan huruf besar dan kecil, penyusunan kata dan kalimat secara benar, dan adanya isi / pesan yang hendak disampaikan secara jelas). Karangan bisa juga menjadi masukan bagi Guru untuk mengenali karakter anak (misalnya: ada anak yang perasa, ada anak yang ternyata pandai mengamati teman-temannya, dan mungkin ada juga anak yang pandai bercerita). Karangan yang sama ini juga bisa dimanfaatkan oleh Guru sebagai materi pelajaran (misalnya: beberapa karangan dibahas dalam pelajaran Bahasa Indonesia, atau mungkin dalam pelajaran Budi Pekerti / PPKn / Agama – misalnya: mengangkat kasus perselisihan anak saat bermain, dsb).

 

Kesimpulan:

-         Tes Autentik sebenarnya menguntungkan semua pihak. Pada saat mengerjakan Tes Autentik, siswa tidak lagi merasa “tegang” seperti layaknya mengerjakan Tes Standar (jadi dari sisi psikologis, siswa telah mendapat keuntungan). Demikian juga dengan Guru, karena hanya dari 1 kali Tes Autentik, Guru dapat mengevaluasi beragam aspek dalam diri siswa sekaligus memperoleh nilai untuk satu atau beberapa mata pelajaran.

-         Hasil Tes Autentik pun masih dapat digunakan untuk materi pembelajaran yang selanjutnya (yang berkelanjutan) sehingga siswa pun bisa mendapatkan umpan balik dari Tes Autentik tsb. Bandingkan dengan Tes Standar yang sifatnya hanya mengoreksi jawaban “benar” dan “salah” dari siswa.

 

  1. Apakah Guru tidak malah jadi “repot” dengan adanya Tes Autentik ini?

 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

-         Tes Autentik berangkat dari pemahaman bahwa setiap anak memiliki ragam kecerdasan yang berbeda dan oleh karenanya membutuhkan cara penilaian (evaluasi) yang beragam pula.

-         Tes Autentik hadir untuk melengkapi Tes Standar yang selama ini dinilai masih memiliki banyak kelemahan

-         Bila Tes Standar membatasi penilaian siswa dalam bentuk skor / nilai / ranking, maka Tes Autentik menawarkan pendekatan PORTOFOLIO atas prestasi dan hasil karya siswa selama periode pembelajaran yang lebih bisa dipertanggungjawabkan karena sudut pandang penilaian yang lebih menyeluruh sifatnya.

-         Hasil-hasil Tes Autentik juga bisa dimanfaatkan Guru sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menyusun laporan progresif / perkembangan siswa selama periode waktu tertentu, sekaligus dimanfaatkan sebagai sumber yang penting bila ada orang tua yang ingin berkonsultasi tentang prestasi anaknya selama di sekolah.

 

Kesimpulan:

-         Tes Autentik memiliki banyak keunggulan serta manfaat dalam proses penilaian siswa. Memang dibutuhkan waktu, kesabaran, dan keaktifan pihak Guru untuk melakukan proses ini, namun hasil serta manfaat yang didapat sangat berharga baik untuk siswa (dan orang tua) maupun pihak Sekolah.