HOME

Arsip: Pelatihan Guru SD kelas 1-2 untuk mempersiapkan Kelas MI (21 April 2005)

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

ADHD dan anak-anak yang "superaktif"

(lihat juga: Bagaimana menyiasati anak-anak dengan kebutuhan khusus / Tes Standar vs Tes Autentik)

 

  1. Sebenarnya hanya sebagian kecil anak menderita ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), yaitu kira-kira hanya sekitar 3%, dan kebanyakan dialami oleh anak laki-laki. Mengingat kasus ADHD memang membutuhkan terapi dan penanganan tenaga profesional (seperti dokter, psikolog, maupun psikiater), maka disarankan agar pihak Sekolah bekerjasama dengan orang tua untuk mengkonsultasikan anak yang diduga menderita ADHD pada tenaga profesional di atas.
  2. Anak yang hiperaktif berbeda dari anak yang superaktif. Anak yang superaktif biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi, hanya saja kecerdasan kinestetiknya sangat tinggi sehingga anak yang superaktif ini “tidak bisa diam” atau “tidak bisa menganggur”. Anak yang superaktif harus senantiasa diarahkan untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas menarik yang bermanfaat sehingga keaktifannya tidak akan menganggu proses belajar mengajar di kelas.

 

Diskusi dan tanya jawab kasus-kasus dari Guru

 

  1. Bagaimana menangani anak yang waktu istirahat beraktivitas berlebihan sehingga pada saat masuk kelas bajunya basah oleh keringat.

 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

-         Bila si anak diijinkan masuk maka akan mengganggu kenyamanan suasana belajar (karena bau keringat)

-         Bila si anak tidak diijinkan masuk hanya karena baju yang basah oleh keringat maka anak tsb akan dirugikan secara akademik

 

Solusi yang disarankan untuk kasus di atas adalah:

-         Guru dapat membuat peraturan yang menyatakan bahwa baju yang basah harus dijemur di luar kelas

-         Guru juga perlu menambahkan peraturan bahwa setiap anak diwajibkan membawa minimal 1 pakaian ganti di dalam tas sekolahnya (dan pakaian ganti inilah yang dipakai oleh anak sementara menunggu seragamnya yang basah dijemur di luar kelas hingga kering)

 

Kesimpulan

-         Guru tidak boleh membatasi kebutuhan anak (terutama anak-anak tertentu yang hiperaktif maupun superaktif) untuk beraktivitas secara fisik. Sejauh aktivitas fisik yang dilakukan anak tidak mengganggu teman-temannya dan tidak berbahaya, maka sebaiknya anak diijinkan untuk beraktivitas secara bebas.

-         Dalam membuat peraturan, Guru sebaiknya mengingat 2 hal penting, yaitu: Bagaimana supaya hak individu tiap anak terpenuhi sekaligus menjaga ketertiban serta kenyamanan dalam hidup bersama.

 

  1. Bagaimana bila ada anak yang bicara terus tanpa henti (hiperaktif atau superaktif dalam hal verbal), baik di dalam maupun di luar kelas?

 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

-         Apakah dengan bicara tanpa henti tsb si anak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik?

-         Apakah hal tsb mengganggu kinerja teman-teman di sekitarnya?

 

Bila si anak ternyata dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik (meski sambil bicara tanpa henti) DAN teman-teman di sekitarnya tidak merasa terganggu, maka sebenarnya tidak ada hal yang patut dipermasalahkan. Hanya mungkin, si Guru yang merasa terganggu dengan suara-suara yang dikeluarkan oleh si anak tsb.

 

Bila si anak ternyata tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik atau teman-teman di sekitarnya merasa terganggu, maka disarankan untuk melakukan hal-hal berikut:

-         Berikan kebebasan pada anak untuk bicara, tapi dengan suara yang cukup pelan sehingga tidak mengganggu teman-teman di sekitarnya. Bila si anak tidak dapat memenuhi hal tsb konsekuensinya adalah si anak akan didudukkan secara terpisah dari teman-temannya (konsekuensi ini sudah harus dibicarakan dengan si anak sebelum akhirnya Guru bertindak untuk memindah si anak tsb)

-         Berikan kebebasan pada anak untuk bicara (baik bicara sendiri atau bicara dengan temannya) tapi dengan syarat bahwa tugasnya harus selesai dengan baik. Bila tidak, Guru berhak memberikan konsekuensi atas ketidakberesan tugasnya tsb.

-         Selain menangani si anak yang “bermasalah” itu, Guru juga harus memberi pengertian kepada seluruh siswa bahwa setiap anak unik dan masing-masing harus belajar menghargai temannya dengan menerima perbedaan tanpa perlu merendahkan sikap-sikap tertentu yang mungkin dinilai aneh atau kurang bisa diterima dalam kelompok.

 

Kesimpulan

-         Baik Guru maupun siswa harus belajar menghargai perbedaan orang lain, karena setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik

-         Di dalam sikap toleransi tersebut tetap dibutuhkan aturan-aturan yang jelas dan adil sehingga kelangsungan proses belajar mengajar di kelas tetap berada dalam jalur yang benar dan dilaksanakan dalam suasana yang tertib dan menyenangkan

 

  1. Bagaimana mengatasi anak-anak yang bila ditanya Guru menjawab dengan suara lirih (sangat pelan dan tidak jelas) padahal kalau bicara dengan temannya bisa dengan suara yang keras dan malah terkesan banyak bicara.

 

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

-         Mengapa anak-anak cenderung menjawab dengan suara pelan bila ditanya oleh Guru?

-         Mungkinkah ini karena anak-anak takut “menjawab salah” atau takut “dinilai” atau malah “dihakimi” baik oleh Guru maupun oleh teman-temannya sendiri?

 

Solusi yang disarankan untuk kasus di atas adalah:

-         Guru harus berupaya menciptakan suasana yang MENYENANGKAN dan AMAN dalam diri siswa-siswanya sehingga mereka tidak takut menjawab bila ditanya.

-         Guru juga harus mulai mengubah bentuk komunikasinya dengan para siswa. Bila selama ini bentuk komunikasi Guru kebanyakan berupa pertanyaan yang sifatnya MENGUJI (atau menjebak) siswa, yaitu dengan 2 kemungkinan jawaban: Benar atau Salah, maka selamanya siswa akan merasa tidak aman untuk menjawab pertanyaan Guru.

-         Guru dapat mengubah jenis pertanyaan yang sifatnya menguji atau menjebak tsb dengan jenis pertanyaan yang terbuka, yang memungkinkan beragam jawaban dan tidak ada jawaban yang salah. Misalnya: meminta siswa untuk menceritakan pengalaman pribadi, mengutarakan pendapat pribadi, mengungkapkan perasaan, menyampaikan khayalan, dan sebagainya.

 

Kesimpulan:

-         Siswa akan menyerap pelajaran dengan sangat baik bila suasana belajarnya MENYENANGKAN dan AMAN. Oleh sebab itu, Guru harus berupaya untuk menciptakan 2 kondisi ini di dalam kelasnya.

 

Catatan tambahan:

-         Ada kemungkinan siswa menjawab dengan suara pelan karena tidak berani bicara di depan banyak orang. Ada baiknya bila Guru melatih keberanian siswa dengan memberi mereka tugas bicara secara berpasangan (berdua), kemudian berempat, berenam, berdelapan, dan seterusnya hingga siswa berani bicara dalam kelompok besar.