HOME

Arsip: Milis Diskusi e-BinaGuru <gabung: subscribe-i-kan-binaguru@xc.org>

Subject: FAQ MI 4 (lihat juga: FAQ MI 1 / FAQ MI 2 / FAQ MI 3 / FAQ MI 5 / dst)

Tanggal: 23 Oktober 2005

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

FAQ 4:
Bagaimana menabur F.T bagi anak sekolah minggu yang tuna rungu ...? Perlukah dicampur dengan temans sekolah minggu yang lain ...? Bisakah metode MI ini diterapkan bagi anak tuna rungu ini? Bagaimana caranya ?

Tanggapan:
Saya awali dengan sebuah sharing kisah nyata di sebuah SM.

Ada seorang anak, sebutlah Ricky (bukan nama sebenarnya) yang selama ini dicap oleh Guru SM dan oleh teman-teman sebayanya sbg anak yang "nakal" dan "bodoh". Memang Ricky cenderung untuk main sendiri dan kurang bisa bergaul dg teman-temannya, bahkan pernah tinggal kelas. Saat Guru SM nya praktek mengajar menerapkan MI (saya mengamati) ... saya melihat memang anak ini lebih suka asyik sendiri, dan memiliki minat di bidang visual spasial - terlihat dari pilihan mainan dan hasil gambarnya. Di lain kesempatan, si Guru SM dengan antusiasi bercerita pada saya bahwa ternyata kemampuan logis Ricky ternyata baik (nah tuh ... abis dapet MI biasanya para Guru mulai ganti kacamata kan? ... he he hee, kalo dulu ngeliat anak dibilang nakal dan bodoh, tapi setelah ngerti MI, ngeliatnya nih anak sebenarnya pinter apa ... karena kacamata yang dipake POSITIF ... jadilah kita bisa melihat hal-hal yang tidak terlihat). Mengapa dibilang kemampuan logisnya baik? Karena anak ini ternyata bisa main kartu memori dg hasil yang lebih baik dibanding teman-temannya sebaya. Sekali lagi, ini menunjukkan dugaan awal saya bahwa kemampuan spasial anak ini lumayan bagus.

Selang beberapa bulan ... kembali si Guru SM memberi laporan yang positif ttg Ricky, karena ternyata Ricky cukup sering membawa teman baru ke SM, bahkan salah satu temannya adalah anak TUNA RUNGU - nah lo .... Bila dulu Ricky dibilang ga bisa bergaul, aneh juga ... karena ternyata dia bisa bawa teman tuh ke SM :-) Herannya juga, meski Ricky belum pernah belajar bahasa isyarat untuk anak tuna rungu, dia bisa tuh berkomunikasi dg temannya yang tuna rungu tsb. Bahkan sejak kehadiran teman yang tuna rungu ini, Ricky mulai tumbuh PeDe nya karena dia berfungsi sbg "penerjemah" :-)

Saran saya, libatkan anak tuna rungu bersama anak-anak normal (secara fisik) lainnya. Mereka akan bisa berinteraksi satu sama lain - jangan kuatir :-) Justru dg kehadirannya, anak-anak yang lain pun akan belajar dan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Bila perlu, libatkan si anak untuk mengajarkan pada teman-teamannya ttg bahasa isyarat. SEMUA diuntungkan, baik si anak tuna rungu, teman-teman, maupun gurunya.

Bila dipisahkan, kasihan nanti ... dia akan selalu merasa terisolasi. Tapi mungkin perlu juga ada tatap muka yang khusus antara Guru dan si anak ini supaya kita bisa membantunya dengan lebih baik ttg pengenalan akan Firman Tuhan. Ajak anak-anak sekelasnya untuk juga bersama-sama membantunya belajar Firman Tuhan. Misal: membuat ayat hafalan dalam bahasa isyarat (kinestetik) kan asyik tuh :-)

MI tetap bisa digunakan untuk mengajar anak tunarungu. Karena yang tidak bisa dilakukan oleh tunarungu hanyalah "mendengar" suara bukan? Berarti aktivitas MI yang BUKAN melibatkan pendengaran masih bisa digunakan.

Selamat melayani dan Tuhan memberkati.
Moderator (meilania).