HOME

Kembali ke Materi Multiple Intelligences

PAPUA        dusun RANUPANI        anak-anak di daerah pinggiran kota

 

Di TIMIKA

 

 

Yeremia (kaos lengan merah) bersama Tim Khemane sedang mempersiapkan mainan untuk Sanggar Belajar.

 

 

 

Anak-anak di Timika tertawa riang bermain di atas pohon.

 

 

 

 

Suasana Sanggar Belajar hari pertama. Anak-anak bermain bebas. Mereka boleh memilih apa saja mainan yang disukainya. Setiap jenis mainan telah “dipilih” dg seksama, shg setiap jenis mainan mewakili satu atau beberapa jenis kecerdasan sesuai Teori Multiple Intelligences.

 

 

Guru tidak boleh “dominan” dalam proses bermain bebas ini. Yeremia (kaos biru) duduk bermain bersama anak. Hanya bila anak membutuhkan bantuan barulah Guru bertindak, atau bila ada hal-hal mendesak yang perlu campur tangan guru, misalnya anak berkelahi.

 

 

 

 

 

 

Setiap anak CERDAS, dan juga KREATIF. Lihat saja anak perempuan ini, dia sedang menemukan “cara baru” untuk bermain mobil-mobilan. Biarkan anak menemukan sendiri “cara bermain” dari mainan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian anak akan berkembang daya pikir serta kreativitasnya.

 

 

Masa balita adalah masa EKSPLORASI. Karena itu, kita perlu memberi kesempatan yang lebih pada anak balita untuk menentukan sendiri mainan yang ingin dimainkannya serta bagaimana cara memainkannya. Anak perempuan ini sedang mencoba harmonika.

 

 

 

 

Anak-anak juga punya kemampuan sosialisasi yang cukup baik, bila kita sebagai orang dewasa tidak campur tangan J Sejauh anak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya, kita tidak perlu “mencampuri” hubungan mereka. Lihatlah kedua anak ini yang bisa bermain bersama dengan akur.

 

 

 

\

 

Kemampuan menganalisa sesuatu berawal dari rasa ingin tahu yang besar dalam diri seorang anak. Daripada mengajarkan pada anak “cara main” yang benar, lebih baik kita biarkan anak menemukan “cara main yang benar” MENURUTNYA sendiri. Anak berkaos mereka ini sudah mampu mengembangkan kecerdasan spasialnya (ruang tiga dimensi) sedangkan anak berkaos biru masih belum.

 

 

 

 

 

Selesai acara Sanggar Belajar, Tim Khemane melakukan evaluasi bersama Yeremia (kaos biru).

Selamat melayani Tim Khemane!

Tuhan memberkati.

Meilania<meilania@telkom.net>

Untuk informasi lebih lanjut ttg Pelayanan Anak di Timika ini, silakan hubungi susanwungkana@yahoo.com

 

 Di sebuah Pulau Kecil

 

Tim Khemane bersama Yeremia dalam perjalanan menuju sebuah pulau terpencil dimana mayoritas penduduknya masih buta huruf

 

Inilah kondisi rumah penduduk di pulau tsb.

Bila air pasang, tak jarang rumah ikut “basah kuyup” J

 

Di pulau ini tidak ada air tawar, mereka hrs mendayung sampan ke pulau seberang untuk memperoleh air tawar. Bangunan rumah pun menggunakan bahan seadanya (kayu, seng, sisa papan, dll)

 

Anak-anak tidak memiliki fasilitas apa pun untuk bermain kecuali ALAM

 

Yeremia, Sarah, dan John dalam perjalanan menuju rumah kepala suku yang sedianya akan dijadikan tempat Sanggar Belajar untuk anak-anak.

Lihatlah wajah-wajah penuh harap dari anak-anak ini. Mereka menggerombol di depan rumah Sanggar Belajar.

 

 

Sementara, di dalam rumah, Tim Khemane beserta Yeremia gerak cepat “mendekor” ruang agar segera siap digunakan sebagai Sanggar Belajar.

Dengan dekorasi yang sederhana, ruang pun disulap jadi area yang cukup “memikat” sehingga suasana ruangan pun menjadi lebih CERIA

 

 

Anak-anak menikmati saat bermain dan belajar. Mereka belum pernah merasakan apa itu “sekolah”.

Meski mainan ini masih “asing” bagi mereka, Guru tidak boleh “mengajari anak cara bermain”. Karena yang lebih penting adalah bagaimana anak melakukan EKSPLORASI terhadap mainan, yang akan merangsang proses berpikir dan kreativitas mereka. Tidak ada aturan “harus begini atau begitu” cara mainnya J Anak-anak bebas ber-eksplorasi

 

 

Bila ditinjau dari usia, seharusnya anak-anak ini telah melewati fase “oral” (suka memasukkan benda ke dalam mulut, yg biasanya dialami anak usia 0-2 tahun), tapi khusus dg anak yang berbaju biru ini, barangkali fase itu masih belum terlewati.

Guru BERBAUR dengan anak, main bersama, dan hanya akan membantu bila diperlukan. Fungsi Guru adalah mengamati anak dan berusaha mengenali mereka satu per satu melalui proses belajar dan bermain bebas ini.

 

 

 

Bila anak-anak sudah puas “mencoba-coba”, tiba saatnya mereka SIAP belajar yang diARAHkan oleh Guru. Lihat betapa antusiasnya anak-anak ini belajar huruf dan angka.

 Akhirnya, tiba waktunya untuk berpisah. Selamat tinggal anak-anak, sampai jumpa lagi minggu depan di Sanggar Belajar. Tuhan memberkati.

Meilania<meilania@telkom.net

Untuk informasi lebih lanjut tentang Pelayanan Anak di Papua, silakan hubungi Susan Wungkana susanwungkana@yahoo.com