HOME

Arsip: Hasil RISET (Feb-Mar 2005)

Perbandingan Efektivitas Model Mengajar Kecerdasan Majemuk dengan Model Mengajar Konvensional (oleh: Soejanto Sandjaja & Meilania <meilania@telkom.net>)

 

Sebuah Studi Kasus terhadap siswa/i Kelas 4 SD Katolik Christus Rex (Marsudirini Gedangan) SEMARANG.

Tujuan Penelitian:

1. Membandingkan perbedaan efektivitas model mengajar Kecerdasan Majemuk dengan model mengajar Konvensional terhadap prestasi belajar kognitif

2. Membedakan efektivitas model mengajar Kecerdasan Majemuk bentuk sudut kecerdasan dengan bentuk seragam bertahap terhadap prestasi belajar kognitif

Kelas Eksperimen:

Kelas 4A Kelas 4B Kelas 4C
Kelas Kecerdasan Majemuk "seragam bertahap" Kelas Konvensional Kelas Kecerdasan Majemuk "sudut kecerdasan"

Desain Rancangan Materi Pelajaran

Hasil RISET

Analisa Kualitatif 4Avs4C    Analisa Kualitatif 4Bvs4C    Analisa Kualitatif 4B    Pialang Penilaian

 

Pialang Penilaian

 

Bentuk TES (ujian) untuk menilai prestasi siswa, menurut Howard Gardner, harus didesain sedemikian rupa hingga memungkinkan siswa menunjukkan kekuatannya dan berpestasi secara optimal. Sayangnya, hingga saat ini bentuk tes / ujian yang umunnya dikerjakan oleh siswa seringkali digunakan sebaliknya, yaitu untuk menunjukkan kelemahan ketimbang untuk mengungkapkan kekuatan siswa.

 

Seringkali ide bentuk tes seperti yang diusulkan Howard Gardner ini mendapat hambatan dari pihak Sekolah karena guru-guru umumnya tidak sanggup untuk membuat maupun menilai soal-soal yang non-konvensional tersebut. Thomas Armstrong, dalam bukunya yang berjudul “Sekolah Para Juara” mencoba menjembatani idealisme Gardner dan kesulitan di lapangan yang dihadapi oleh Guru dengan mengusulkan hadirnya Pialang Penilaian untuk sekolah yang menerapkan Teori Kecerdasan Majemuk dalam proses belajar-mengajarnya.

 

Berikut adalah beberapa tugas dari Pialang Penilaian:

-         bersama dengan Guru mendokumentasikan berbagai pengalaman / proses belajar mengajar di Sekolah dengan berbagai cara

-         menginterpretasikan portofolio siswa (hasil karya siswa yang telah didokumentasikan oleh Guru secara berkesinambungan) tentang kekuatan, keterbatasan, serta minat siswa terhadap beragam jenis kecerdasan

 

Kelas 4C yang menjalankan proses pengajaran Kecerdasan Majemuk “sudut bertahap”, yang memberi kesempatan pada siswa untuk memilih sendiri jenis kegiatan / tugas yang diminatinya memiliki cukup banyak dokumentasi hasil prestasi siswa dalam beragam bentuk. Berikut adalah salah satu contoh hasil penilaian portofolio siswa oleh Pialang Penilaian.

 

Nama siswa      : REMA (no. 30)

Hasil post-test  : 5,6

 

Meskipun nilai ujian Rema tidak terlalu baik, namun Rema memiliki catatan prestasi yang sangat bagus dibanding teman-teman sekelasnya BILA dilihat dari catatan portofilionya.

 

Post test           : materi IPS

Catatan            : Rema mampu mendeskripsikan tentang Lawang Sewu dengan cukup

  lengkap dan akurat, bahkan mencantumkan data-data dan informasi

 

Tema                : Johar

Catatan            : - Bersama Rio mampu membahas kasus dengan sangat baik

                          - Menulis puisi dengan sangat baik

 

Tema                : Rob

Catatan            : - Menjelaskan tentang cara membuat “kereta api” dari botol infus secara   

     gamblang dan jelas (step by step) bahkan disertai dengan gambar.

  -  Mampu menggambar tentang banjir dengan sangat imajinatif

                          -  Mengerjakan TTS bersama teman-teman, juga dengan hasil sempurna

 

Tema                :  Klenteng

Catatan            : Berani menulis surat untuk Presiden serta membuat doa yang baik

 

Di bawah ini adalah analisa Pialang Penilaian terhadap beberapa hasil karya Rema (gambar, surat, dan puisi):

Rema adalah tipe anak yang sangat perasa, namun agak sulit mengungkapkan isi hati dan kemauannya. Rema punya jiwa sosial yang sangat tinggi, kadang kurang mampu menempatkan diri sesuai dengan situasi / kondisi, namun bisa melihat keadaan sekitar dengan sangat tepat dan akurat. Rema adalah seorang anak yang “attractive” / menarik.

 

Dari sudut pandang Kecerdasan Majemuk, kekuatan dan kelemahan Rema dapat dijelaskan sbb.

 

Rema adalah siswa yang memiliki keunggulan terutama dalam hal Linguistik dan Logis Matematis. Hal ini terlihat dari kemampuannya mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan yang jelas, gamblang, dan disertai data / fakta. Bahkan saat membuat doa pun Rema menyertakan data / fakta:

 

“Dan lindungilah perayaan Sam Poo Tay Dji yang ke 500 th”

 

Dalam gambarnya tentang “Banjir” Rema juga menyertakan beberapa tulisan, seperti: “Tolong oooo” (untuk seorang perempuan) dan “prak” (untuk bunyi petir).

 

Saat membuat petunjuk pembuatan “kereta api” dari botol infus, Rema melakukannya dengan membuat tahap-tahapan pembuatan yang disertai dengan gambar pada masing-masing tahap tersebut. Kemampuannya untuk mengungkapkan ide sangat baik dan sistematis. Selain Logis Matematis dan Linguistik, Rema juga memiliki kekuatan di bidang Visual Spasial.

 

Kemampuannya untuk mengekspresikan diri dengan sangat bebas dan imajinatif, menunjukkan bahwa Rema memiliki kekuatan dalam kecerdasan Intra-personal dan Inter-personal. Hal ini juga diperkuat dengan hasil kerja kelompok Rema bersama teman-temannya yang juga memberikan hasil yang selalu baik (meski dengan teman sekelompok yang tidak selalu sama).

 

Kelemahan Rema adalah terutama dalam mata pelajaran matematika – namun demikian, hal ini belum tentu menunjukkan bahwa Rema lemah dalam hal matematis. Hal ini bisa juga disebabkan oleh kurangnya latihan, atau teknik pengajaran yang kurang sesuai dengan minat siswa. (karena terbukti dalam beberapa hal Rema memiliki kemampuan Logis yang baik).

 

Dari evaluasi proses dan hasil pembelajaran, diduga Rema akan lebih berhasil dalam studinya bila diberi kesempatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri jenis aktivitas yang sedang ingin dilakukannya. Minatnya akan sesuatu hal akan ditekuninya hingga menghasilkan hasil karya yang sangat memuaskan. Sebaliknya Rema akan terlihat kurang berprestasi bila harus menghadapi ujian konvensional, terutama dengan soal-soal yang tidak melibatkan “imajinasi” serta “kreativitas”.