HOME

Arsip: Milis Diskusi e-BinaGuru <gabung: subscribe-i-kan-binaguru@xc.org>

Desember 2003

Subject: TNA-1  Pengaruh Keluarga: ada atau tidak?

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

Diskusi Buku “The Nurture Assumption” (lihat juga TNA-2 / TNA-3 / TNA-4)

TNA-1  Pengaruh Keluarga: ada atau tidak? 

 "Do parents have any important long-term effects on the development of their child's personality?" (Judith Rich Harris).

Sepertinya sudah bukan hal baru bila kita membaca sebuah buku yg menekankan PENTINGNYA peran orang tua dalam pembentukan kepribadian dan karakter seorang anak. Apalagi bila dilengkapi dg berbagai kisah nyata dan hasil-hasil penelitian para ahli. Namun bila ada buku yg mengatakan bahwa orang tua hampir tidak memiliki efek apa pun yg menetap dalam pembentukan karakter seorang anak, tentulah "temuan" ini bakal menggemparkan seantero dunia persilatan :-) Bukan hanya para orang tua, para pendidik dan pakar psikologi pun pasti akan mengerutkan kening dan bertanya siapa pengarang buku yg berani "menghina" para orang tua ini dan dg berani pula "mengobok-obok" teori perkembangan anak yg telah di"percaya" selama ini .... begitulah kira-kira yg terjadi saat buku "The Nurture Assumption" karangan Judith Rich Harris diluncurkan pertama kali.

Saya saat ini sedang membaca buku kontroversial tsb ... dan benar-benar menikmatinya :-)

Meski saya tidak sependapat dg ide utama Penulis buku di atas, ada banyak "kebenaran" yg diungkapkan yg sangat menarik untuk kita simak dan renungkan bersama. Benarkah orang tua punya "peran yg penting" dalam pembentukan kepribadian dan karakter seorang anak?

Mungkin pengamatan saya thd para tetangga dan kenalan di bawah ini bisa menjadi sedikit pengantar untuk diskusi kita ....

Tetangga di sebelah rumah saya terdiri dari ayah-ibu dg 2 orang anak dan 1 orang pembantu. Sejak bayi, anak-anak ini diasuh oleh si pembantu tsb. Ayah dan ibu pagi-pagi berangkat kerja (kadang sebelum anak-anak bangun) dan waktu mereka pulang sore harinya, maka sudah tiba waktunya bagi si anak sulung untuk berangkat les. Atau kalau tidak ada les, maka anak-anak tsb dg ditemani pembantu bermain-main dg para tetangga di luar rumah. Praktis ortu dan anak memiliki waktu yg sangat minim untuk bertemu dan berinteraksi.

Tetangga di depan rumah (yg sebelah kanan) juga mirip ... hanya saja masing-masing anak ditangani oleh 1 tenaga pengasuh.

Tetangga di depan rumah (kali ini yg sebelah kiri) beda gaya hidupnya. Anak pertama diasuh oleh nenek yg tinggal serumah dg mereka sementara si ibu bekerja. Namun anak kedua diasuh sendiri oleh si ibu (sejak ada anak kedua, si ibu tidak bekerja). Si ayah yg kebetulan bekerja di luar kota mungkin hanya punya waktu sebulan sekali untuk berjumpa dg anak-anaknya.

Tetangga dari blok seberang, ayah dan ibu dg 2 anak tanpa pembantu, kelihatan "akur" sekali dalam urusan perhatian sama anak. Pagi hari dimana biasanya para ibu yg mendorong bayinya dalam kereta, eh ... ini si ayah yg melakukan, dan si sulung bersepeda di sampingnya. Tidak hanya itu, si ayah juga terlibat dlm berbagai urusan mengasuh anak, mulai dari menyuapi hingga memandikan bayi.

Nah, dari beragam cara hidup keluarga-keluarga di atas, tanpa bermaksud "mendiskreditkan" salah satu tipe keluarga, mungkin dalam hati kita menimbang-nimbang, tipe keluarga mana yg lebih "baik" dibanding lainnya, dan mana yg memenuhi syarat menjadi orang tua yg "ideal" menurut buku-buku yg pernah kita baca selama ini. Dalam bayangan kita, orang tua yg memberikan perhatian dan cinta kasih pada anak-anaknya akan menghasilkan anak-anak yg "lebih baik" dibanding orang tua yg kurang (tidak) perhatian pada anak-anaknya.

Benarkah demikian?

Judith Rich Harris sama sekali tidak sependapat dg pandangan di atas.

Apakah seorang anak menghabiskan waktunya di tempat penitipan anak (Day Care), memiliki hanya 1 orang tua, atau bahkan lebih parah lagi yaitu bila kedua orangtuanya adalah sejenis (pasangan homo / lesbi), memiliki ortu yg bercerai, memiliki ayah atau ibu tiri, dan berbagai variasi keluarga non-konvensional lainnya ... hasil penelitian menunjukkan bahwa:

"The children are as bright, as healthy, and as well adjusted as children who live in more conventional families." (hal 51)

Bahkan dalam kasus-kasus khusus dimana orang tua dg "susah payah" berusaha memperoleh anak atau memperjuangkan hidup bayinya - tentu ortu jenis ini akan memberikan tenaga dan perhatian ekstra bagi anak-anaknya (dg kata lain, curahan kasih sayang dan perhatiannya sangatlah besar dibanding orang tua yg memiliki anak normal), ternyata penelitian sekali lagi membuktikan TIDAK ADA BEDANYA anak-anak yg diberi curahan kasih sayang dan perhatian spesial tsb dibanding mereka yg mendapat perhatian sewajarnya atau bahkan mereka yg di-"abai"-kan oleh orang tuanya.

Bagaimana menurut rekan-rekan?