4
Februari 1967
Ngarto lahir di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu (waktu itu masih berupa
kecamatan), Kabupaten Malang. Nama yang tertera di surat keterangan lahir dari
kelurahan setempat adalah Ngarto Pebruono. Karena kesalahan gurunya dalam
menuliskan nama di ijazah sekolah dasar, nama tersebut menjadi Ngarto Februana,
yang dipakai hingga sekarang. Di ijazah itu juga tertera tanggal lahir yang
keliru, yakni 9 Februari 1967. Karena itu, di dokumen resmi ia menggunakan
tanggal lahir 9 Februari 1967.
20
Mei 1980
Ngarto menamatkan belajar di SD Negeri Pesanggrahan I Batu.
28
Mei 1983
Ngarto menyelesaikan studi di SMP Negeri I Batu, Malang.
14-15
November 1983
Menjalani Tes Psikologi di SMA Negeri Batu, Malang, dengan hasil klasifikasi
BAIK, yakni IQ = 110-121; skor = 48.
10
Desember 1984
Memenangi Juara II Lomba Kaligrafi dalam rangka OSIS CUP SMA N Batu.
1
November 1985
Memenangi Juara Harapan III Lomba Cipta Puisi I Tingkat SMTA se-Malang. Lomba
diadakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Malang.
23
April 1986
Ngarto menamatkan studi di Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, SMA Negeri
Batu, Malang.
1986
Ngarto melanjutkan studi di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra UGM.
Mei
1987
Menjadi panitia Seminar Sastra Mahasiswa Sastra Indonesia se-DIY dan Jawa
Tengah.
15
Mei 1987
Artikel berjudul "Menciptakan Kesejawatan Mahasiswa Melalui Antologi
Puisi" dimuat harian Masa Kini, Yogyakarta.
18
– 22 Februari 1987
Peserta pada Latihan Dasar Manajemen Mahasiswa Fakultas Sastra UGM.
5
September 1987
Artikel berjudul "Sastra dan Inovasi Sastra" dimuat harian Berita
Nasional, Yogyakarta.
13
September 1987
Cerpennya, "Rumah Kontrakan", dimuat di harian Berita Nasional,
Yogyakarta. Ini merupakan cerpen pertama yang dimuat media massa. Kebetulan hari
itu Minggu Pon, wetonnya.
27
September 1987
Cerpennya, "Porkas", dimuat harian Berita Nasional.
18
Oktober 1987
Cerpennya, "Pak Sarmin Sinting", dimuat di Suara Pembaruan;
honornya Rp 34.000.
4
Oktober 1987
Cerpennya, "Rumah Bersejarah", dimuat harian Berita Nasional.
22
November 1987
Cerpen berjudul "Jembatan Tua" dimuat Berita Nasional.
November
1987
Menjadi panitia pada Seminar Sehari “Sosok Teori Sastra Khas Indonesia” di
UGM.
4
Desember 1987
Dua judul puisinya dimuat harian Masa Kini, Yogyakarta.
24
Januari 1988
Cerpennya dimuat di Suara Pembaruan; honornya Rp 34.000, dikirim pada 3
Februari 1988.
10
April 1988
Cerpennya berjudul .... dimuat di Suara Pembaruan; honornya Rp 34.000.
Oktober
1988
Penanggung Jawab Panitia Peringatan Bulan Bahasa 1988.
Oktober
1988
Menjadi pembahas pada Seminar Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
JPBS-FKIP Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
Desember
1988
Puisi-puisinya dimuat di majalah Idola, edisi No. 45, 16-31 Desember
1988.
September
1990
Pemandu Redaksi pada Pendidikan dan Latihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat
Lanjut, yang diadakan oleh Badan Penerbit Pers Mahasiswa UGM.
27
– 29 Oktober 1990
Mengikuti Temu Aktivis Pers Mahasiswa se-Indonesia di Fakultas Sastra
Universitas Sebelas Maret.
1991
Majalah mahasiswa Fakultas Sastra UGM (Dian Budaya), yang dipimpin
Ngarto, edisi 03 1991, memuat pidato Fidel Castro berjudul "Krisis dalam
Sosialisme. Karena artikel itu, juga artikel lain di majalah itu, Ngarto
dipanggil Pembantu Dekan III, Ramli Leman Soemowidagdo. Ia cuma dinasehati untuk
lebih berhati-hati memuat tulisan-tulisan kritis.
19
April 1991
Artikelnya berjudul "Bank Islam Tuntutan Umat atau Rekayasa
Konglomerat" dimuat Yogya Post. Ia menulis bersama Muniev Laredo.
20
Juni 1991
Artikelnya dimuat di Media Indonesia, honor Rp 115.625.
Agustus
1991
Cerpennya, "Catatan Parangtritis", dimuat Ceria Remaja.
Honornya Rp 40.000.
September
1991
Menjabat sebagai Ketua III pada Panitia Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik
Mahasiswa, Badan Penerbit Pers Mahasiswa UGM. Pelatihan diadakan pada 9 – 14
September 1991.
September
1991
Cerpennya, "Rahasia Malam Minggu", dimuat Ceria Remaja. Honor Rp 60
ribu.
Oktober
1992
Cerpennya, "Perselisihan", dimuat Ceria Remaja.
Desember
1992
Cerpennya, "Oknum", dimuat Ceria Remaja. Honornya Rp 40 ribu.
Februari
1993
Cerpennya, "Jurus Ampuh", dimuat di Ceria Remaja. Honor Rp 50
ribu.
21
Februari 1993
Cerpennya, "Teka-Teki", dimuat di harian Bernas.
18
April 1993
Cerpennya "Malam Terakhir" dimuat di Harian Bernas. Honornya Rp 50
ribu.
Mei
1993
Cerpennya, "Jungkir Balik", dimuat majalah Ceria Remaja. Honor Rp 50
ribu.
Juni
- Agustus 1993
Mengikuti kuliah kerja nyata UGM di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan. Ngarto menjadi koordinator Unit A yang meliputi
tiga desa: Halunuk, Panggungan, Kandihin.
12
Juli 1993
Puisi-puisinya dimuat Banjarmasin Post.
25
Juli 1993
Cerpennya, "Ancaman", dimuat di Bernas.
28
Juli 1993
Mewakili mahasiswa kuliah kerja nyata UGM bidang sosial budaya di Kalimantan
Selatan, Ngarto menyampaikan laporan pelaksanaan program bidang sosial budaya
KKN UGM tahun 1992/1993 di Kecamatan Loksado. Seminar evaluasi dilaksanakan di
kantor kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kandangan, Kalsel.
Agustus
1993
Cerpennya, "Astaga Kok Mesra" dimuat di Ceria Remaja.
Oktober
1993
Cerpen "Putar Haluan" dimuat di Ceria Remaja.
31
Oktober 1993
Cerpennya, "Imam Agung", dimuat Bernas.
November
1993
Cerpennya, "Sekedar Inspirasi", dimuat majalah Ceria Remaja.
Honor Rp 70 ribu.
5
April 1994
Cerpen sadurannya, "Trauma", dimuat di majalah Hai edisi 5
April 1994. Judul asli "The Grave", karya Katherine Anne Porter.
Honornya Rp 100 ribu.
Juni
1994
Cerpennya, "Antara Yogya dan Manila", dimuat Ceria Remaja,
edisi 6-20 Juni 1994.
11
September 1994
Cerpennya berjudul "Lelaki Asing" dimuat di harian Bernas.
November
1994
Ngarto lulus dari ujian skripsi, di hadapan penguji yang terdiri dari Faruk,
Imran T Abdullah, dengan skripsi analisis novel Nyali karya Putu Wijaya, dari
tinjauan sosiologi sastra.
1995
Cerpennya, "Persaingan Asmara", dimuat Ceria Remaja edisi
01/1995.
5
Maret 1995
Cerpenya, "Lewat Tengah Malam", dimuat di Harian Bernas,
honor Rp 50 ribu.
Maret
1995
Cerpen "Melepas Kembang Layu" dimuat majalah Aneka Ria, No. 6 18-31
Maret 1995.
16
Mei 1995
Ngarto diwisuda sebagai sarjana sastra; Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Juni
1995
Cerpennya, "Di Rumah Kosong", dimuat di majalah Ceria Remaja,
edisi 22 Mei - 5 Juni 1995.
5
November 1995
Cerpennya, "Gerombolan Misterius", dimuat Bernas.
12
Juli 1996
Cerpennya, "Sumirah", dimuat Yogya Post.
Agustus
1996
Naskah novel “Tanah Terasing” (yang kelak terbit dengan judul Menolak
Panggilan Pulang) dikembalikan oleh Kompas, karena tim penilai
berpendapat belum dapat dimuat. Alasannya: setting cerita ini menarik tetapi
jalan ceritanya kurang baik dan terkesan mudah diatur oleh pengarangnya.
September
1996
Cerpennya, "Di Pergantian Musim", dimuat di majalah Ceria Remaja,
edisi 16 September - 1 Oktober 1996.
Februari
1997
Naskah novel “Lorong Tanpa Cahaya” diterima oleh PT Gramedia Pustaka Utama
untuk dipertimbangkan kemungkinan penerbitannya. Naskah ini akhirnya
dikembalikan.
1
April 1997
Hari pertama bekerja sebagai redaktur bahasa di majalah D&R, waktu itu
kantornya di Jalan Cikini II Jakarta Pusat. Untuk tiga bulan, statusnya masa
percobaan.
1
Juli 1997
Masa percobaan sebagai redaktur bahasa di majalah D&R berakhir dan sejak 1
Juli 1997, Ngarto menjalani masa kontrak selama satu tahun sampai 30 Juni 1998,
dengan gaji pokok Rp 550.000 per bulan.
Agustus
1997
Cerpennya berjudul "Pemerasan" dimuat di Bisnis Indonesia,
Minggu V, Agustus 1997.
26
Oktober 1997
Menikah dengan Windarsih, di Pakem, Sleman, DIY.
1
Juli 1998
Ngarto diangkat sebagai Karyawan Tetap di majalah D&R, jabatan staf redaktur
bahasa, golongan VI, dengan gaji pokok 625.000 per bulan.
September
1998
Terpilih sebagai Wakil Ketua Serikat Karyawan Majalah D&R. Jabatan ini
diemban sampai Oktober 1999.
September
1998
Wakil Ketua Yayasan D&R. Jabatan ini diemban sambil Februari 2000 ketika
majalah D&R berhenti terbit.
7
Desember 1998
Anak pertama lahir di RS Panti Nugroho, Pakem, Sleman. Bayi perempuan itu diberi
nama Retami Aliffiani.
5
Januari 1999
Menandatangani kontrak pembuatan situs Indonesian Corruption Watch (ICW), dengan
honor Rp 1.500.000.
27
Januari 1999
Untuk membantu biaya penerbitan novel Lorong Tanpa Cahaya, Ngarto mentransfer
uang sebesar Rp 1.000.000 kepada penerbit Media Pressindo. Transfer melalui Bank
Bali Capem Iskandarsyah ke BNI Cabang UGM Yogyakarta a.n. Indra Ismawan. Uang
tersebut sebagai pinjaman.
Juni
1999
Novel pertamanya, Lorong Tanpa Cahaya, diterbitkan oleh Media Pressindo,
Yogyakarta.
18
November 1999
Menjadi pembicara pada
Pendidikan dan Pelatihan Pers Mahasiswa di kampus ISTN, Jakarta, dengan materi
"Bahasa Jurnalistik dan Editing".
2
Februari 2000
Operasional/usaha tempat Ngarto bekerja (PT Analisa Kita, penerbit majalah
D&R) dihentikan/ditutup, terhitung sejak tanggal ini karyawan dirumahkan.
26
Februari 2000
Karena majalah D&R tutup, karyawan diminta untuk menandatangani surat
pengunduran diri dengan sukarela. Tanggal ini Ngarto menandatangani surat
pengunduran diri, dengan mendapat pesangon (uang kebijaksanaan) dan gaji
terakhir total sebesar Rp 4.518.000.
1
Mei 2000
Ngarto memulai bekerja sebagai editor di tabloid Semanggi, yang satu grup
dengan Bintang Milenia; berkantor di Jalan Fatmawati Cipete Jakarta Selatan.
Juli
2000
Novel kedua, Menolak Panggilan Pulang, diterbitkan oleh Media Pressindo,
Yogyakarta.
Juli
2000
Menerima kiriman 15 eksemplar buku Menolak Panggilan Pulang sebagai tanda
bukti, dan transfer uang sebesar Rp 900.000 sebagai pembayaran royati pertama.
29
September 2000
Menjadi pembicara pada Pendidikan dan Pelatihan Pers Mahasiswa di ISTN, Jakarta,
dengan materi Bahasa Jurnalistik dan Editing.
November
2000
Novel Lorong Tanpa Cahaya cetak ulang (cetakan II).
23
November 2000
Menjadi pembicara pada Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa PMII Kompfaktar Cabang
Ciputat, Jakarta.
30
November 2000
Tabloid Semanggi dinyatakan tutup dan Ngarto menandatangani surat
pemutusan hubungan kerja.
1 Desember 2000
Dipanggil untuk tes interview di majalah DeTAK.
4
Januari 2001
Mulai bekerja di tabloid DeTAK, di Jl Penjernihan I No. 50,
Pejompongan, Jakarta Pusat. DeTAK dipimpin oleh Eros Djarot. Ia bekerja
di DeTAK sampai tabloid pimpinan Eros Djarot itu tutup, pada 31 Agustus 2001.
Februari
2001
Menerima royalti buku Menolak Panggilan Pulang sebesar Rp 277.200 dari
Media Pressindo.
1
April 2001
Setelah menjalani masa percobaan selama tiga bulan di tabloid DeTAK, tanggal ini
ia dinyatakan lulus masa percobaan, dengan nilai: kinerja cukup bagus,
sosialisasi bagus.
28
Mei - Juni 2001
Mengikuti kursus Jurnalisme Kesastraan, yang diselenggarakan Institut Studi Arus
Informasi (ISAI), Jakarta, di Utan Kaya, Jakarta Timur. Bertindak sebagai
instruktur kepala Prof Janet E Steele dari George Washington University.
31
Agustus 2001
Hari terakhir Ngarto bekerja di DeTAK, karena tabloid tersebut
tutup. Pesangon dan gaji terakhir yang diterima sebesar Rp ......
1-7
Oktober 2001
Mengikuti Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara: Novel, di
Wisma Argamulya, Cisarua, Bogor.
13 November 2001
Bergabung dengan grup PT Tempo Inti Media, sebagai penulis di Pusat Data dan
Analisa TEMPO, dengan status karyawan kontrak selama satu tahun hingga 12
November 2002. Pada saat yang hampir bersamaan, ia juga ditawari untuk bekerja
di PT Toko Buku Gunung Agung, sebagai editor. Ngarto memilih bekerja di TEMPO,
walau tawaran dari Gunung Agung lebih menggiurkan.
April-Mei
2002
Novel ketiga, Tapol dimuat bersambung di harian Jawa Pos.
April
2002
Menulis profil artis Nurul Arifin di majalah Pantau, dengan judul “Secuil
Kisah Beragam Kiprah”.
27
April 2002
Menempati rumah kontrakan baru di Jl. Lentengagung Gg Upu No. 74, Jakarta
Selatan; rumah milik M. Yusuf. Harga sewa sebesar Rp 5 juta per tahun. Semula
rumah kontrakannya di Gg Upu No 113. Ia bersama anak dan istri pindah karena di
tempat yang lama sering dilanda banjir. Terakhir banjir akhir Januari 2002 awal
Februari 2002, yang meludeskan sebagian buku dan bendel tabloid dan majalah.
12
Mei – 16 Mei 2002
Istrinya, Windarsih, rawat inap di RS Tria Dipa, Jakarta Selatan, karena demam
berdarah. Ia dirawat di kamar 3092 Kelas II. Biaya perawatan sebesar Rp
1.235.343. Karena waktu itu tidak punya duit, Ngarto pinjam uang pada seorang
teman, Hikmat Budiman. Jawa Pos mentransfer separo dari honor total
cerita bersambung Tapol di Jawa Pos, untuk keperluan biaya pengobatan
itu.
10
Juli 2002
Menerima uang asuransi Jamsostek Rp 484.050.
September
2002
Novel Tapol terbit dalam bentuk buku, diterbitkan oleh CV
Media Pressindo, Yogyakarta. Royalti pertama, sebesar Rp 800.000 dipakai untuk
membayar utang kepada Media Pressindo.
4
– 8 Oktober 2002
Mendapat tugas wawancara dengan Sukanto Tanoto dan beberapa sumber lain di
Singapura.
30
Oktober 2002
Menjadi pembahas pada diskusi novel Lalu Ada Burung karya Alfred Birney
(Belanda), di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang.
12
November 2002
Masa kontraknya di PT Tempo Inti Media diperpanjang selama tiga bulan, mulai 12
November 2002 sampai 11 Februari 2003.
19
Desember 2002
Lamarannya menjadi calon dosen di Universitas Negeri Jakarta (Fakultas Bahasa
dan Seni) tidak diterima dengan alasan tidak memenuhi persyaratan umur, yakni
maksimal 35 tahun. “Berdasarkan data yang ada pada kami Sdr Ngarto Februana
pada tanggal 1 November 2002 usianya 35 tahun 9 bulan….”
13
Februari 2003
Diangkat sebagai karyawan tetap di PT Tempo Inti Media, untuk jabatan penulis
(staf redaksi) pada Divisi PDAT, golongan VIII.
Maret
– Mei 2003
Bersama BE Raisuli, Ngarto menulis skenario sinetron “Darlis” untuk PH Giz
Cipta Pratama bekerja sama dengan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Uang muka sebesar Rp 2 juta diberikan
pada pertengahan Mei 2003. (Sinetron ini ditayangkan di TVRI mulai 20 September
2003, setiap Sabtu pukul 21.30. Produser Dewi Yull, sutradara Boyke Roring,
dibintangi oleh Dewi Yull, Ray Sahetapy, Nurul Arifin, Viona Rosalina, Erzal
Syahreza, Meisya Najelina, serta Luthfi Dyah Susana). Honor penulisan skenario
dibayarkan sebelum Lebaran 2003.
28
April 2003
Menempati rumah kontrakan baru di Jl. Lentengagung Gg Upu No. 63, milik H.M.
Sholeh, dengan harga sewa Rp 4 juta setahun sampai 27 April 2004. Kondisi rumah
payah: atap bocor dari ujung ke ujung. Walau sudah beberapa kali ditambal tetap
bocor.
Mei
2003
Novel Tapol cetak ulang (cetakan II), tapi royaltinya belum
dibayar seluruhnya.
15
Mei 2003
Menjadi pembicara pada launching dan diskusi novel Tapol di
Universitas Merdeka Malang. Dari penerbit Media Pressindo yang mengundangnya,
Ngarto memperoleh honor Rp 400 ribu sebagai ganti ongkos transpor kereta api.
Akhir
Juni 2003
Coba-coba ikut bisnis Tianshi atas ajakan novelis Asma Nadia.
19
Juli 2003
Membeli komputer jinjing desknote merk ECS seharga Rp 4.700.000 dengan uang
pinjaman dari kantor.
2
Oktober 2003
Eva Streifeneder, assistant professor for indonesian studies dari Humboldt
University Berlin, Jerman, menemui Ngarto di kantor Koran TEMPO untuk wawancara
seputar penulisan novel Tapol. Eva sedang menulis disertai untuk S3, tentang
pelurusan sejarah G30S.
9
Oktober 2003
Pandu Putra Dananjaya, Produser Eksekutif RCTI, dan temannya Winnie, mengundang
makan siang di Kafe Tenda Semanggi, tepatnya di Dapur Sunda, untuk menawarkan
mengangkat novel Tapol ke film layar lebar. Pandu mengaku tertarik dengan
novel Tapol, dan ia sudah lama punya obsesi untuk membuat film tentang peristiwa
1965. Ia meminta izin untuk mengambil Time Story novel Tapol dan memadukannya
dengan sebuah novel karya seorang perempuan mantan tapol. Pembicaraan akan
dilanjutkan di lain waktu.
Akhir
Desember 2003-minggu pertama Januari 2004
Atas tawaran BE Raisuli, Ngarto menulis skenario untuk film layar lebar berjudul
"Salma". Sinopsis dibuat oleh BE Raisuli dan skenario ditulis Ngarto.
Skenario tersebut akan diproduksi oleh PT Giz Cipta Pratama bekerja sama dengan
Departemen Kesehatan.
Pertengahan
Februari 2004
Mengedit tulisan mengenai penangkaran kupu-kupu, tungku hemat energi, listrik
mikrohidro, budidaya ikan hias, dan pertanian organik. Pekerjaan editing
tersebut pesanan dari LSM Bina Lingkungan Jakarta (kontak personnya Ruly
Bernaputra), dengan honor Rp 2.500.000, yang akan dibayarkan kemudian.
15
Maret 2004
Membayar booking fee KPR di Perumahan Permata Depok sebesar Rp
1.000.000,- dan menandatangani surat perjanjian jual beli rumah dengan pihak
developer. Rumah berada di Sektor Mirah, Blok L6/22, Tipe 36/72, harga Rp
81.000.000.
23
Maret 2004
Atas anjuran
Dokter Suka Hardjana, Ngarto melakukan tes laboratorium di Medika Depok, yang
meliputi pemeriksaan kimia darah, urine, dan rongten. Hasilnya: ada kristal
Amorf (+) dan sel darah merah positif (+). Hasil rongten: tidak tampak jelas
gambaran opak pada tr urinsrius. Menurut Dokter Suka, ginjal bagus, namun ada
batu ginjal kecil yang tidak tampak ketika dirongten. Karena itu, Dokter Suka
memberinya obat untuk menghancurkan batu ginjal.
5
April 2004
Setelah beberapa kali pemilu mimilih Golput, pada Pemilu 2004 ini, Ngarto
menggunakan hak politiknya. Ia dan istri mencoblos di TPS 070 Lenteng Agung,
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pertama kali nyoblos pada Pemilu 1987, ia mencoblos
PPP. Setelah itu ia menyatakan golput bahkan ikut demo mendukung golput. Pada
Pemilu 1999, ia tak terdaftar oleh panitia pendaftaran sehingga tak ikut
nyoblos. Pada Pemilu 2004 ini, ia mantap dengan pilihannya: Partai Keadilan
Sejahtera (PKS).
6
April 2004
Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ke Bank Niaga secara prinsip disetujui
pihak bank.
8
April 2004
Bank Niaga Cabang
Faletehan Jakarta Selatan mengirim surat persetujuan permohonan KPR via faks ke
nomor faks Koran TEMPO. Selain itu, Bank Niaga juga mengirim faks Surat
Permohonan Perlindungan Kredit untuk asuransi jiwa Cigna.
14
April 2004 (09.00 - 11.00)
Ngarto beserta istri
melakukan Akad Kredit KPR di kantor pemasaran Permata Depok, Jalan
Margonda Raya, Depok. Akad Kredit penandatanganan Akta Jual Beli di hadapan
notaris Jopie Santoso, dan penandatanganan Akad Kredit dengan pihak Bank Niaga
Cabang Faletehan, Jakarta Selatan. Hari itu merupakan hari bersejarah bagi
Ngarto dan keluarga. Setelah bertahun-tahun mengontrak rumah di kampung kumuh,
akhirnya Ngarto bisa punya rumah mungil tipe 36 walau pembelian secara kredit.
Alhamdullilah.
1
Mei 2004
Rumah di Permata
Depok Sektor Mirah L6/22 diserahterimakan oleh developer Permata kepada Ngarto
Februana. Hari itu kunci rumah dipegang oleh Ngarto.
2
Mei 2004
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional dan
Maulid Nabi, Ngarto sekeluarga menempati rumah baru di Sektor Mirah L6/22
Permata Depok. Pindahan dari Lenteng Agung ke Depok dibantu oleh beberapa
tetangga dan teman, antara lain Pak Jatmika (Kepala Keamanan RT 01/05), Inung
sekeluarga (tetangga samping rumah), Triono (tetangga depan), Muhlis dan Bastian
(teman), beserta ibu-ibu RT 01/05 yang juga turut mengantar sampai ke rumah
baru. Temannya, Mustafa Ismail dan istri juga turut mengantar. Ini merupakan
hari yang bersejarah bagi Ngarto. Setelah bertahun-tahun ngontrak di kampung
kumuh, sering kebanjiran, dan terakhir mengontrak rumahnya Haji Soleh yang
atapnya bocor dari ujung ke ujung, akhirnya Ngarto bisa menempati rumah sendiri
yang layak.
|