`Evolusi’
Pedimen
Salah satu ciri
wajah dari ke-klasik-an ada-lah wajah bangunan yang menampilkan pedimen, yakni
sosok bentukan di bagian atap/atas bangunan dengan geometri yang berbangun
segitiga. Lazim-nya pedimen ini ditopang oleh sederetan tiang. Ar-sitektur
Yunani harus diakui sebagai titik asal dari gubahan pedimen ini.
Bagaimanakah “perjalanan” atau
evolusi dari pedimen itu, adalah bahan jelajah yang akan ditangani berikut ini,
ditelusuri dari masa Renai-sans hingga masa Purna Modern (dengan contoh pedimen
dari purna modern yang termasuk dalam alur tradisionalisme fundamentalis di
atas sebagai hasil `perja-lanan’ pedimen hingga saat sekarang ini).
RENAISANS
Sosok
pedimen yang disertai oleh pilar-pilar penopangnya, sebenarnya sudah ada sejak ja-man
arsitektur Yunani.
Dalam jaman Renaisans ini pada pedimen tersebut
masih memertahankan hadirnya hias-an berupa ukir-ukiran. Pilar-pilar atau
kolom-kolom yang dibawahnya juga masih memper-lihatkan ukiran yang serupa
dengan kolom-kolom dorik atau ionik pada jaman romawi.
Dalam
contoh ini masih dapat dilihat entabla-tur,
yaitu penebalan pada bagian bawah dari pedimen. Masih terdapat juga pedestal, yaitu kaki tiang yang terdapat
pada dasar tiang, meski di sini lebih hadir berupa penebalan.
BAROK
Pada jaman ini juga masih terlihat komposisi
yang lengkap yaitu antara pedimen, tiang-tiang, pedestal dan entablatur. Namun
pada jaman ini bentuk segitiga/pedimen tersebut tidak berfungsi langsung
sebagai bentuk segitiga atap, namun hanya sebagai tempelan yang juga berfungsi
sebagai pintu utama atau pintu masuk utama suatu bangunan.
Perkembangan bentuk pedimen pada jaman ini, di
dalam segitiga tersebut ornamen-ornamen yang hanya bersifat hiasan sudah
berkurang, namun pada bagian tepinya masih terlihat sekali. Sedangkan untuk
bagian tiang-tiangnya masih terlihat tidak mengalami banyak perubahan, masih
banyak ukiran juga.
ROMANTISME
Pada
jaman ini juga bisa dilihat bahwa bentuk-bentuk dari pedimen, tiang, pedestal
dan entablatur juga masih lengkap. Namun dalam jaman ini ornamen-ornamen yang
biasanya terdapat pada bentuk pedimen ini sudah mulai hilang, hanya ornamen
pada garis-garis terluar pedimen masih terlihat jelas. Sedangkan pada
tiang-tiang sudah mulai terlihat adanya perubahan, juga dalam hal banyaknya
tiang. Tiang-tiang yang biasanya terdapat empat buah dibawah sebuah pedimen,
pada jaman ini ada yang menggunakan lebih dari empat buah pada sebuah pedimen.
Fungsi dari bentuk pedimen ini masih terlihat jelas, yaitu sebagai petunjuk
akan tempat pintu masuk utama.
Pada
jaman neoklasik ini masih dapat ter-lihat dengan jelas adanya pedimen, tiang,
pedestal dan juga entablatur pada bebera-pa bangunan, namun ada juga yang sudah
mulai menghilangkan bagian tiang, pedes-tal dan entablatur. Namun demikian
ben-tuk dari tiang-tiang tersebut masih dapat terlihat meskipun tidak secara
langsung, misalkan pada tembok yang terdapat jen-dela-jendela kaca yang
memisahkannya dan membentuk sosok tiang tersebut. Di dalam pedimen sudah tidak
terlihat ada-nya ornamen-ornamen lagi, juga tiang-ti-ang yang sudah terlihat
polos atau disajikan dalam bentuk-bentuk yang baru. Di sini sudah mulai
terlihat bahwa arsitektur tersebut sudah mulai ingin menghilangkan
bentuk-bentuk yang meng-ulang masa lalu.
ARSITEKTUR
MODERN
Pada
jaman arsitektur modern ini bentuk-bentuk pedimen sudah tidak dipakai lagi. Hal
ini disebabkan karena paham arsitektur modern yang ingin mengubah sepenuh-nya
bentuk-bentuk dari arsitektur kuno atau klasik. Bukan hanya itu tapi
paham-paham arsitektur modern juga bertentangan dengan paham-paham arsitektur
klasik, antara lain adalah:
1. lebih
mementingkan bentuk-bentuk yang fungsional dan rasional
2. ornamen-ormanen
sudah tidak ada sama sekali, unsur-unsur estetika/ornamen yang ada hanya berupa
garis-garis atau bentuk-bentuk geometris saja
3. arsitektur
hanya berbicara tentang suatu produk yang akan digunakan oleh manusia bukan
lagi suatu seni.
PURNA
MODERN
Pada
bangunan ini dapat dilihat bahwa bentuk dari pedimen terlihat jelas, dengan
perubahan berupa penyerdahanaan menjadi sepenuhnya bentuk-bentuk geometrik. Di
sini terlihat juga oranamen yang biasanya terdapat di dalam pedimen arsitektur
Klasik dan NeoKlasik, pada bangunan ini terlihat berubah dengan bentuk sebuah
lingkaran. Untuk tiang-tiangnya, masih terlihat dengan jelas kesesuaian-nya
dengan yang Klasik dan NeoKlasik, namun bahan dan bentuk tiangnya sudah berubah
total, cenderung lebih polos. Bentuk pedestal sudah tidak terlihat di sini,
namun entablatur masih terlihat, meskipun sudah bersatu dengan bentuk pedimen.
Akhirnya, fungsi dari bentukan ini masih tidak meninggalkan arsitektur klasik,
yaitu sebagai petunjuk untuk jalan masuk utama ataupun ruangan yang utama dan
lebih ditonjolkan dari pada ruang yang lain.
Bangunan di samping
ini adalah karya dari Michael Graves di masa awal kariernya. Di sini dapat
dilihat bahwa Graves ingin menampilkan kembali bentuk dari pedimen, namun
bentuk pedimen ini disembunyikan atau tidak ditampilkan secara langsung dan
penggunaan material yang sudah sama sekali berbeda. Sedangkan fungsi dari
bentukan ini masih dapat ditangkap namun tidak disampaikan secara langsung.
Bentuk dari tiang-tiang sudah tidak ditampilkan lagi.
Bangunan
di samping ini adalah karya Robert Venturi. Sosok pedimen masih terlihat jelas
meski sudah diolah dengan melakukan pembelahan atas pedimen tersebut. Dengan
`pedimen’ baru yang telah dibuat menerus hingga ke tanah, tiang-tiang sudah
tidak ditampilkan lagi. Meski begitu, fungsi dari bentukan pedimen ini masih
terlihat dengan jelas yaitu sebagai petunjuk pintu masuk utama.
Dari
sini kita dapat menyimpulkan bahwa Arsitektur Purna Modern ini memang ingin
menampilkan kembali bentuk-bentuk yang ada pada arsitektur klasik/kuno, namun
menyajikan-nya dalam bentuk yang lain.
Bentukan
yang terjadi sebagian besar adalah berupa penyerdahanaan, hal ini sesuai dengan
arsitektur modern, mengingat bahwa arsitektur purna modern masih memakai
paham-paham dari arsitektur modern, namun ingin kembali menampilan segi
estetika, yang kemudian ditampilkan dengan mengadopsi bentuk-bentuk dari
arsitektur kuno/klasik.
Dalam
hal pedimen ini sebagian besar dari bangunan arsitektur purna modern ini masih
memakai fungsi yang sudah ada, yaitu sebagai petunjuk jalan/pintu masuk yang
utama.
[disadur dari pekerjaan: Handinata Soegiarto – 22499043]