PERKEMBANGAN TASAWWUF
DI INDONESIA.
Oleh : Hammad
I. MUQODDIMAH.
Segala puji bagi Allah Robb Semesta Alam. Sholawat dan salam
kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sholallahu
'alaihi wa sallam, keluarganya dan shahabat-shahabatnya serta
para pengikutnya yang istiqomah sampai hari qiamat.
Indonesia adalah negara yang di kenal dunia dengan jumlah penduduknya
yang manyoritas beragama muslim. Namun dibalik jumlah yang menakjubkan
ini banyak yang merasa terpana dengan rialita kehidupan masyarakatnya.
Mulai dari gaya berpakaiannya, akhlaqnya, cara berbicaranya
dan cara beribadah yang sekian ragam bentuknya.
Kebanyakan ajaran-ajaran yang berkembang di Indonesia sekarang
bukanlah sebagaimana ajaran yang di bawa Rosulullah ketika itu,
sudah banyak penyelewengan yang terjadi, salah satunya adalah
berkembangnya ajaran tasawwuf yang cukup menjamur di semua kalangan.
Mulai dari kalangan elit, selebritis, sarjana, sampai kepada
buruh. Artinya ajaran ini memang sangat pesat perkembangannya.
Bannyak komentar dan alasan mereka "saya resah, saya menemukan
problem, saya setres, saya banyak masalah, hati saya kotor maka
saya belajar tasawwuf agar memperoleh ketenangan" dengan
segudang alasan itulah mereka berbondong-bondong mengikuti kajian-kajian
tasawwuf, hingga perkumpulan tasawwuf atau tarekat tidak kekurangan
jamaah sehingga mereka tinggal memilih yang cocok dengan selera
mereka. Namun kita perlu mengingat-ingat kembali perkataan seorang
ulama' Muhammad bin Idris as Syafi'I, beliau berkata : "Tidaklah
seorang yang berakal itu masuk ke dalam ajaran tasawwuf pada
permulaan siang kecuali ia telah gila ketika masuk waktu sholat
asar" ( al Jihad wal Ijtihad:216).
Artinya begitu bahanya ajaran ini terhadap keyakinan manusia
sehinga di gambarkan bahwa orang yang masuk mengikuti ajaran
tasawwuf di pagi hari di sore hari ia telah manjadi gila.
Kali ini kami berusaha menampilkan sebuah makalah yang berjudul
"Perkembangan Tasawwuf di Indenesia".
II.
SEKILAS ANTARA TAREKAT DAN TASAWWUF
Tarekat
berasal dari lafadz arab thariqah artinya jalan. Kemudian mereka
maksudkan sebagai jalan menuju Tuhan, ilmu batin, tasawwuf.
Perkataan tarekat (jalan bertasawwuf yang bersifat praktis)
lebih dikenal ketimbang tasawwuf, khususnya dalam kalangan para
pengikut awam yang merupakan bagian terbesar.
Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawwuf, tetepi merupakan
amalan (tasawwuf) atau prakarsanya. Pengamalan tarekat merupakan
suatu kepatuhan secara ketat kepada peraturan-peraturan syariat
islam dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat
ritual maupun sosial, yaitu dengan menjalankan praktek-praktek
dan mengerjakan amalan yang bersifat sunnah, baik sebelum maupun
sesudah sholat wajib, dan mempraktekkan riyadhoh. Para kiai
menganggap dirinya sebagai ahli tarekat. (Tasawwuf Belitan Iblis
: 119)
III.
MACAM-MACAM TAREKAT.
1.
Tarekat Hadadiyah.
Tarekat yang didirikan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad
yang wafat thn 1095 M di Yaman. Banyak orang yang takut ikut
tarekatnya berhubung ratibnya yang terkenal, Ratib al hadad,
dipercayai sebagai doa selamat yang bermantra. Pengaruhnya tak
hanya di Aceh, tapi hampir di seluruh negara Indonesia.
2.
Tarekat Khalwatiyah.
Tarekat yang di propagandakan dalam abad -18 oleh Syaikh Musthofa
al Bakri di Mesir dan Suriah. Salah seorang tokoh tarekat ini
ialah Ahmad At Tijani yang berasal dari Aljazair.
3.
Tarekat Mu'tabaroh Nahdliyin.
Para kiai pada tanggal 10 Oktober 1957 M mendirikan suatu badan
federal bernama Pucuk Pimpinan Jam'iyah Ahli Tarekah Mu'tabaroh,
sebagai tindak lanjut keputusan Muktamar NU 1957 di Magelang.
Belakangan dalam muktamar NU 1979 di Semarang ditambahkan kata
Nahdliyin, untuk menegaskan bahwa badan ini tetap berafiliasi
kepada NU. Dalam anggaran dasarnya dinyatakan bahwa badan ini
bertujuan :
a. meningkatkan pengamalan syareat islam di kalangan masyarakat.
b. Mempertebal kesetian masyarakat kepada ajaran-ajaran dari
salah satu madzhab yang empat.
c. Menganjurkan para anggota agar meningkatkan amalan-amalan
ibadan dan mu'amalah, sesuai dengan yang dicontohkan ulama'
sholihin.
Alasan ulama' mendirikan badan federasi ini adalah :
1. untuk membimbing organisasi-organisasi tarekat yang dinilai
belum mengajarkan amalan-amalan yang sesuai dengan Al Qur'an
dan hadist.
2. Untuk mengawasi organisasi-organisasi tarekat agar tidak
menyalahgunakan pengaruhnya untuk kepentingan yang tidak di
benarkan oleh ajaran-ajaran agama.
4.
Tarekat Maulawiyah.
Tarekat yang didirikan oleh Maulawi Jalaluddin Ar Rumi, meninggal
dunia di Anatolia, Turki. Dzikirnya disertai tarian mistik dengan
cara keadaan tak sadar, agar dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut-penganutnya
bersifat pengasih dan tidak mengharapkan kepentingan diri sendiri,
serta hidup sederhana menjadi teladan bagi orang lain.
5.
Tarekat Naqsabandiyah.
Tarekat ini mula-mula didirikan di Turkistan oleh Bahiruddin
Naqsyabandy (sumber lain menyebutkan, Muhammad bin Muhammad
Baharuddin Al Bukhori 1317-1389 M, bukan imam Al Bukhori perowi
hadits), dan di Indonesia tarekat yang paling berpengaruh. Pimpinannya
Ulaiman Effendi, mempunyai markas besar yang terletak di kaki
gunung Abu Qubbais di pinggiran kota Makkah. Pengikut-pengikutnya
kebanyakan dari Turki, dan wilayah-wilayah Hindia Belanda dulu,
serta dibekas jajahan Inggris di daerah Melayu.
Pada umumnya tarekat ini paling banyak pengikutnya di Jawa sejak
abad ke-19 sampai saat ini. Terekat ini adalah tarekat terbesar
di dunia, juga di Indonesia,dan di anggap paling terawat baik.
Ada seleksi untuk jadi pengikutnya. Markasnya di Jawa ada di
Jombang, Semarang dan Sukabumi serta Labuhan Haji (Aceh) di
Pesantren Syaikh Waly, Khalidi.
6.
Tarekat Qadariyah.
Asal mulanya di Baghdad, dan dipandang paling tua. Pendirinya
ialah Syaikh Abdul Qadir al Jailani (1077-1166 M). Mula-mula
ia seorang ahli bahasa dan fiqih dari Madzhab Hambali.
Pelajaran tarekat Qadariyah tidak jauh berbeda dari pelajaran
islam pada umumnya. Hanya saja tarekat ini mementingkan kasih
sayang terhadap semua makhluq, rendah hati dan menjahui fanatisme
dalam keagamaan maupun politik. Keistemewaan tarekat ini ialah
dzikir dengan menyebut-nyebut nama Tuhan. Kaum Qadariyah terlalu
menyamakan Tuhan dengan manusia. Paham Qadariyah pada hakikatnya
adalah sebagian dari paham Mu'tazilah, karena imam-imamnya dari
Mu'tazilah.
Ada anggapan bahwa membaca Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani
pada tanggal 10 malam tiap bulan bisa melepaskan kemiskinan.
Karena itu manaqibnya popular baik di Jawa maupun di Sumatra.
Kadangkala tarekat ini digabung dengan Naqsabandiyah menjadi
terekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Seperti halnya di Suryalaya
(Tasikmalaya Jawa Barat, dipimpin Abah Anom yang sering dikunjungi
Harun Nasutiaon, Dan Jombang (Jawa Timur).
7.
Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah.
Gabungan ajaran dua terekat, yaitu tarekat Qadariyah dan tarekat
Naqsabandiyah, pendirinya Syaikh Khotib Sambas. Tarekat ini
merupan sarana yang sangat penting bagi penyebaran agama islam
di Indonesia dan Malaya dari pusatnya di Makkah antara pertengahan
abad ke-19 sampai dengan perempatan pertama abad ke-20.
8.
Tarekat Rifaiyah.
Didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Ali Abul Abas (wafat 578 H/1183
M). Syaikh Ahmad yang konon guru Syaikh Abdul Qadir jailani,
begitu asyik berdzikir hingga tubuhnya terangkat keatas angkasa.
Tangannya menepuk-nepuk dadanya. Kemudian Allah memerintahkan
kepada bidadari-bidadari untuk memberinya rebana di dadanya,
daripada menepuk-nepuk dada.
Tapi syaikh Ahmad tidak ingat apa-apa, begitu khusuknya, sehingga
ia tidak mendengar suara rebananya yang nyaring itu. Padahal
seluruh dunia mendengar suara rebana itu.
Terakat
ini agak fanatik dan anggotanya dapat melakukan hal-hal yang
ajaib, misalnya makan pecahan kaca, berjalan di atas api, dan
sebagainya. Rifaiyah, yang memang merinci tarekatnya dengan
rebana, di Acah dulu pernah berkembang besar dan disebut Rapa'I
sudah sulit mencarinya yang asli, yang masih berpegang teguh
pada ajaran.
9.
Tarekat Samaniyah.
Tarekat yang dikenal di Jawa Barat dan Aceh, didirikan oleh
Syaikh Muhammad Saman dari Madinah, Arab Saudi yang wafat tahun
1702 M. Manaqib (riwayah hidup) Syaikh Saman banyak di baca
orang yang mengharap berkah. Manakib itu ditulis oleh Syaikh
Siddiq al madani, murid beliau.
Disitu
tertulis "barang siapa berziyarah kemakam Rosulullah tanpa
meminta izin kepada Syaikh Saman ziarahnya sia-sia. Juga disebutkan
"siapa yang menyeru nama Syaikh tiga kali, hilang kesedihannya.
Siapa yang makan makanannya masuk surga. Siapa yang berziarah
kemakamnya serta membaca doa-doa untuknya, diampuni dosanya.
Tarekat Saman sekarang menjadi tari Seudati di Aceh. Dzikir
Saman mulanya hampir sama dengan dzikir-dzikir yang lain. Namun
kemudian berkembang menjadi dzikir yang ekstrim.
10.
Tarekat Sanusiah.
Tarekat yang didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Ali as Sanusi,
tahun 1837 M, di Aljazair, meninggal dunia tahun 1957 M. pusat
tarekat ini di Libia.
11.
Tarekat Siddiqiyah.
Asal usul tarekat ini tidak begitu jelas, dan tidak terdapat
di negara-negara lain. Muncul dan berkembang di Jombang, Jawa
Timur, dimulai oleh kegiatan Kiai Mul\khtar Mukti yang mendirikan
tarekat ini tahun 1953.
12.
Tarekat Syattariah.
Tarekat yang dibangun oleh Syaikh Abdullah Syattari di India.
Tarekat ini di Jawa masih ada, misalnya di sekitar Madiun. Di
Aceh dulu mengalami puncaknya di zaman Sultanah (ratu) Safiatuddin.
Tarekat ini dibawah oleh Syaikh Abdurrouf Singkil yang kemudian
menggelar Syiah Kuala.
13.
Tarekat Syaziliah.
Tarekat yang didirikan oleh Ali As Syazili, terdapat di Afrika
Utara, Arab dan Indonesia, walaupun tidak luas tersebarnya dan
pengaruhnya relative kecil.
14. Tarekat Tijaniyah.
Tarekat yang didirikan oleh Ahmad at Tijani. Tarekat ini dengan
cepat meluas di Afrika Barat dan dinegara-negara lain, diantaranya
Indonesia. Di Afrika tarekat ini telah banyak yang mengislamkan
orang-orang Negro.
15.
Tarekat Wahidiyah.
Tarekat yang ini didirikan oleh Kiai Majid Ma'ruf di Kedonglo,
Kediri Jawa Timur, 1963 M. Teoritis tarekat ini terbuka sifatnya,
karena orang tidak usah mengucapkan sumpah untuk menjadi anggota,
siapa saja yang mengamalkan Dzikir salawat Wahidiyah sudah dianggap
sebagai anggota. Motivasi mendirikan tarekat ini adalah meningkatkan
ketaatan orang islam kepada perintah-perintahagama. Pendirinya
menganggap masyarakat Jawa dewasa ini mengalami kekosongan agama
dan kejiwaan. Itulah sebabnya ia mengajak masyarakat islam agar
meningkatkan ketaqwaannya kepada Tuhan dengan setiap kali mengucapkan
dzikir, ( fafirruu ila llaha ) "marilah kita kembali kepada
Allah" (lihat Tasawwuf Belitan Iblis hal:119-127)
Namun perlu di ketahui bahwa macam-macam tarekat ini tidak semua
ada di Indonesia, hanya saja ada kesamaan-kesamaanya.
IV.
AWAL MUNCULNYA TASAWWUF DI INDONESIA
Menelusuri
mewabahnya aliran ini di Indonesia, maka hal ini tidak lepas
dari pada peran andil orang-orang yang melakukan study ( belajar
) ke negara Timur tengah. Lebih khusus lagi adalah Arab Saudi
yang pada waktu itu belum diwarnai dengan gerakan tajdid (pembaharuan)
yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ( Beliau
lahir pada tahun 1115 H / 1695 M dan meninggal pada tahun 1206
H / 1786 M ). Diantara para pelopor berkembangnya aliran tasawuf
di Indonesia, sebagaimana yang disebutkan dibeberapa literatur
diantaranya adalah : Nuruddin Ar Raniri ( wafat tahun 1658 M
),Abdur Rouf As Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al makkasary
( 1629-1699 M ).
Mereka ini belajar di kota Makkah dan melakukan kontak keilmuan
dengan para Syuyukh dari mancanegara yang bermukim di kota Makkah.
Diantara para syuyukh itu adalah Ahmad Al Quraisy, Ibrohim Al
Kuroni dan Muhammad Al barzanji.
Abdurrouf Assinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat
sebagai kholifah Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy.
Dirinya kembali ke Aceh setelah gurunya meninggal . Keberadaanya
di tanah Aceh cukup dipandang oleh para penduduk bahkan dijadikan
sebagai panutan dimasyarakat, bermodal kepercayaan yang telah
diberikan masyarakat kepadanya serta kegigihan murid-muridnya,
maka dengan mudahnya ia berhasil mengembangkan ajaran Thariqot
sufiyahnya dengan perkembangan yang sangat pesat hingga paham
itu tersebar sampai ke Minang kabau ( Sumatra Barat ). Salah
satu murid Abdur Rouf as Sinkili yang berhasil menyebarkan paham
ini adalah Burhanuddin.
Setelah meninggal kuburan Burhanuddin ini menjadai pusat ziarah
dimana para penziarah itu melakukan praktek peribadatan yang
aneh. Timbulnya aliran yang aneh ini menimbulkan pertentangan
yang tajam, terutama setelah beberapa orang yang datang dari
Arab Saudi yang pada waktu itu sudah terwarnai dengan aliran
pembaharuan ( Ahlusunnah wal jama'ah ) yang dibawa oleh Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab . Pertentangan ini berlanjut yang pada
akhirnya pecah perang PADRI . Demikianlah jejak pemahaman yang
ditinggalkan oleh As Sangkili yang berkembang pesat ditanah
Minang yang terkenal dengan religiusnya itu.. As Sankili meningggal
dan dikuburkan di Kuala, mulut sungai Kapuas. Tempat tersebut
kini menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi banyak orang.
Sedang Muhamad Yusuf Al Makasary setelah bertemu dengan gurunya
yakni Syaikh Abu Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al Kholwati
Al Khurosy As Syami Ad Dimasqy, kemudian diberi otoritas untuk
menjadi kholifah bagi aliran Thariqot Kholwatiyah dan diberi
gelar dengan Taj Al Kholwati ( Mahkota Kholwati ). Setelah kembali
ke Aceh ia pun mulai mengembangkan paham Kholwatiyah ditanah
Rencong ini.
Adapun Nuruddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Ar Raniri masuk
ketanah Aceh pada masa ke,kuasaan sultan Iskandar Muda. Pada
masa itu yang berperan sebagai mufti kerajaan adalah Syamsudi
As Sumatrani, putra kelahiran Aceh yang diberi gelar ulama'
dan berpemahaman Sufi Wujudiyah. Dikarenakan kedudukan yang
disandangnya cukup strategis, maka dengan mudah ia mengembangkan
paham yang dianutnya itu. Syamsudin ini bekerjasama dengan Hamzah
Fansuri, seorang ulama' yang banyak mengekspresikan pemahamannya
melalui keindahan kata ( prosa ).
Dan dari beberapa catatan literatur diperoleh informasi, bahwa
orang-orang Indonesia dan Melayu yang study di Timur Tengah,
kemudian pulang ke Nusantara dan menyebarkan ajaran tasawwuf
(tarekat) masih banyak lagi. Ada beberapa nama yang perlu di
sebutkan disini mengingat keterkaitannya dalam penyebaran tarekat
di Indonesia yang hingga sekarang ajarannya masih berujud. Mereka
adalah Abdus Shomad al Palimbani dan Muhammad Arsyad al Banjari
(1710,1812 M). Nama terakhir ini termasuk yang mamapu merombak
wajah Kerajaan Banja di Kalimantan Selatan. Bahkan karya bukunya
yang banyak dikaji di beberapa wilayah Indonesia dan Asia Tenggara,
Sabil Al Muhtadiin, kini diabadikan sebagai nama masjid besar
di Kota Banjar Masin.
Abdus Shomad al Palimbangi, Muhammad Arsyad al Banjary serta
dua rekan mereka, Abdul Wahab ( Sulsel ) dan Abdurrohman ( Jakarta
) merupakan orang-orang Tarekat yang berguru kepada Syaikh Muhammad
As Saman, selain itu tersebut pula nam-nama lainnya sepeti Nawawi
Al Bantani ( 1230 -1314 M ), Ahmad Khotib As Sambasi, Abdul
Karim Al Bantani , Ahmad Rifa'I Kalisasak, Junaid Al batawy,
Ahmad Nahrowi Al Banyumasi ( wafat 1928 M ), Muhammad Mahfudz
At Termasi ( 1842- 1929 M ), Hasan Musthofa Al Garuti ( 1852-1930
M )dan masih bannyak lagi yang lainnya. Sebagian besar dari
mereka pulang kembali dan menyebarkan ajarannya di Indonesia
.namun demikian, tidak semua orang yang belajar ditanah Arab
kembali dengan membawa ajaran baru atau terperangkap dalam pemahaman
tasawuf, Ahmad bin Khotib bin Abdul Latief Al Minangkabawi (
1816-1916 M ) adalah salah satu contohnya. Beliau inilah yang
mula-mula berani menyatakan pendiriannya membatalkan amalan-amalan
ahli tarekat, terutama sekali tarekat Naqsabandiyah yang selalu
menghadirkan Syaikhnya dalam ingatan saat ber "Tawwajjuh".
Syaikh Ahmad bin Khotib memfatwakan kepada ummat untuk kembali
kepada ajaran Islam yang benar menurut Al Qur'an dan As Sunnah
serta menghindarkan diri dari perbuatan syirik dan mengharamkan
penghadiran guru ketika beribadah sebagaimana yang telah banyak
dilakukan oleh para penganut tarekat Naqsabandiyah .
Pendapat yang berkembang dikalangan Ahlu Tarekat, dewasa ini
di Indonesia bekembang dua macam kelompok tarekat, yaitu tarekat
mu'tabarah dan ghairu mu'tabarah. Beberapa kelompok yang tergolong
mu'tabarah seperti; Qodariyah, Naqsyabandiyah, Tijaniyah, Syathariyah,
Syadzaliyah, Khalidiyah, Samaniyah dan Alawiyah. Dari sekian
banya Thariqot mu'tabarah (berdasarkan muktamar NU di pekalongan
tahun 1950, dinyatakan 30 macam Thariqot yang di nilai mu'tabarah
), Thariqot Naqsabandiyah - Qodariyah merupakan yang terbesar.
Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah cukup meluas perkembangannya.
Di Jawa Barat salah satu pusat penyebaran adalah di pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya, yang kini dipimpin Kiai Shahibul Wafa'
Tajul Arifin alias Abah Anom. Berdasar silsilah, keberadaan
Tarekat Qodariyah-Naqsabandiyah di Pesantren Suryalaya, berasal
dari Mursyid Ahmad Khatib As-Sambasi. Mursyid satu ini memiliki
tiga orang murid yang bernama Syaikh Abdul Karim Al-Bantani,
Syaikh Khalil Bangkalan dan Syaikh Thalhah dari kali sapu, Cirebon,
dari Syaikh Thalhah inilah Abah Sepuh ( ayah abah anom ) menerima
estapeta Tarekat Qodariyah-Naqsabandiyah dan dari Abah Sepuh
lantas di turunkan kepada putranya, Abah Anom hingg sekarang.
Selain ragam tarekat yang telah disebutkan dimuka, masih banyak
lagi bentuk-bentuk tarekat yang kini berkembang di indoanesia.
Di jawa barat berkembang Tarekat Idrisiyah, Qodaryah-Idrisiyah,
Syathariyah, Syathariyah-Muhammadiyah, Tarekat Lahir Bathin
dan Tarekat Tijaniyah. Nama Tarekat terakhir ini salah satu
pusat penyebarannya adalah di Cirebon adapun di Sumatera Selatan
berkembang Tarekat Shalawah. Di Jambi selain Naqsyabandiyah
juga berkembang Tarekat Mufaridiyah. Sedang di Kalimantan Selatan
berkembang Tarekat Qadariyah-Nadsabandiyah serta di sulsel Tarekat
Khalwatiyah Saman.
Demikian secara ringkas kita dapat mengetahui dan memahami penyebaran
dan perkembangan syiar tashawuf di negeri ini, dan beberapa
hari yang lalu kita juga telah kedatangan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah
Haqqani, Syaikh Nazim Adil Haqqani. Dia merupakan Mursyid ke-40
dalam mata rantai Tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Ia ditahbiskan
sebagai Mursyid pada tahun 1973 menggantikan Abdullah Faiz Ad
Daghestani.
(Koran Republika, 28 April 2001 M, nomor 110 thn ke-9, Lihat
Majalah As Sunnah, Edisi 170/ ThKe-2 )
V.
PERKEMBANGAN TASAWWUF MASA KINI
Dalam
dasawarsa terakhir ini, komunitas sufi mewarnai kehidupan perkotaan.
Tak sedikit dari kalangan eksekutif dan selebriti menjadi peserta
kursus atau terlibat dalam suatu kamunitas tarekat tertentu.
Alasan mereka mencebur kesana memang beraneka ragam. Misalnya,
mengejar ketenangan batin atau demi menyelaraskan kehidupan
yang gamang.
Secara antoprologis, sufisme kota di kenal sebagai trend baru
di Indonesia sepanjang dua dekade ini. Sebelumnya, sufisme lebih
dikenal sebagai gejala beragama di pedesaan. Sufisme kota, kata
Muslim Abdurrohman, bisa terjadi minimal karena dua hal: pertama
: hijrahnya para pengamal tasawwuf dari desa ke kota, lalu membentuk
jamaah atau kursus tasawwuf. Kedua : sejumlah orang kota bermasalah
tengah mencari ketenangan ke pusat-pusat tasawwuf di desa. Adapun
sufisme secara sederhana didifinisikan sebagi gejala minat masyarakat
pada tasawwuf. Sufisme adalah istilah yang popular dalam literatur
barat (Sufism), sedangkan dalam literatur arab dan indonesia
hingga 1980-an adalah tasawwuf.
Derektur Tazkia Sejati Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa
sufisme diminati masyarakat kota sebagai alternatif terhadap
bentuk-bentuk keagamaan yang kaku. Sufisme juga menjadi jalan
untuk pembebasan.
Azyumardi Azra, Rektor IAIN Jakarta, telah memetakan dua model
utama sufisme masyarakat kota dewasa ini. Pertama : sufisme
kontemporer (biasanya berciri longgar dan terbuka siapapun bisa
masuk) yang aktivitasnya tidak menjiplak model sufi sebelumnya.
Model ini dapat dilihat dalam kelompok-kelompok pengajian eksekutif,
seperti Paramadina, Tazkia Sejati, Grend Wijaya.dan IIMaN. Model
ini pula yang berkembang di kampus-kampus perguruan tinggi umum.
Kedua : Sufisme konvesionel. Yaitu gaya sufisme yang pernah
ada sebelumnya dan kini diminati kembali. Model ini adalah yang
berbentuk tarekat (Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, Syatariyah, syadzziliyah,
dan lain-lain), ada juga yang nontarekat (banyak di anut kalangan
Muhammadiyah yang merujuk tasawwuf Buya Hamka dan Syekh Khatib
al-Minangkabawi).
Asep Usman Ismail, kandidat doktor bidang tasawwuf dari IAIN
Jakarta, menilai bahwa tasawwuf model tarekat lebih di terima
di kalangan menengah kebawah. Sementara kalangan menengah keatas
cenderung memilih tasawwuf nontarekat".
"Tasawwuf yang diminati masyarakat kota jelas model tarekat"
kata Asep. Mereka tidak berorientasi pada tasawwuf klasik, seperti
model tarekat dengan segala riyadhonya (pelatian). Itu tidak
di minati kecuali tarekat yang bisa menyesuaikan dengan suasana
perkotaan", ia menambahkan.
Bentuknya tentu yang singkat, esensial, dan instant. Dunia tasawwuf
bagi masyarakat kota, semacam obat gigi "saya resah, saya
menemukan problem, saya setres, maka saya belajar tasawwuf agar
memperoleh ketenangan", ujar Asep, menirukan keluhan para
pengikut tarekat di kalangan perkotaan itu.
Asep juga menilai, dari lima komponen tarekat : mursyid, murid,
wirid, tata tertib, dan tempat, yang paling berat bagi masyarakat
kota adalah wirid dan tata tertib. Adapun tata tertib yang paling
tidak masuk dalam logika orang modern adalah baiat kesetiaannya
kepada guru. "Mereka ingin bebas tanpa baiat, dan tak mau
terjebak kultus", kata Asep. Orang-orang kota juga tidak
berminat pada zikir yang panjang-panjang, apalagi harus berpuasa.
( lihat Majalah Gatra, hal : 65-67, edisi 30 September 2000
M ).
VI.
KELOMPOK PENGAJIAN TASAWWUF
Banyak
orang percaya bahwa manusia itu bisa bermesraan dengan Tuhan.
Dalam terekat hubungan semacam ini di sebut dengan Fana. Berikut
ini beberapa contoh kelompok pengajian sufi :
a.
Yayasan Wakaf Paramadina
Paramadina berdiri 31 oktober 1966 M. lembaga ini lebih mirip
kelompok diskusi. Sasarannya masyarakat menengah atas di Jakarta.
Ini sesuai dengan letak kantornya, di kawasan elite pondok Indah
Plaza, Jakarta selatan. Nur Cholis Majid pendirinya, sejak awal
bermaksud mendirikan sebuah kelompok yang terbuka. Persisi dengan
karekter Nurcholis sendiri.
Untuk itu, Paramadina menawarkan paket kajian agama dengan lingkup
yang luas. Tapi, berdasar pengalaman, pelajaran tasawwuf lebih
mengikat anggota. Pesertanya rata-rata 40 orang. Namun kalau
pas lagi membicarakan tasawwuf, yang hadir sampai 120 orang.
Mereka adalah (menyetir istilah paramadina) "kelompok penentu
kecenderungan".
Mereka yang gandrung sufi bisa ikut Paket Study Islam. Pertemuan
berlangsung seminggu sekali, dosennya berganti-ganti. Yang dibahas
misalnya, pengantar study tasawwuf, konsep insan kamil, dimensi
mistik dan akhlak dalam islam. Namanya juga diskusi, antara
satu dosen dengan dosen yang lain sering berbeda. Misalanya,
ada yang pro tarekat, ada yang kontra. Lumrah.
Tasawwuf biasanya di ajarkan melalui tujuh pertemuan, perjumpaan
terakhir berisi pratikum, dipimpinAsep Usman Ismail. Semula,
praktikum itu berupa kunjungan kepondok Pesantren Suryalaya,
jawa barat. Berangkat sabtu pagi dan kembali ke Jakarta Minggu
sore. Belakangan, karena kesulitan teknis, guru-guru Suryalaya
lah yang diundang ke paramadina.
Nurcholis mewanti-wanti, pelajaran tasawwuf tidak boleh menjelma
menjadi tarekat tertentu, "itu sudah menyimpang dari gaya
paramadina yang terbuka dan independent" katanya.
b.
Majlis Taklim Hajjah Henny.
Meskipun jauh dari kota besar, H. Henny Uswatun Hasanah berpikiran
modern. Ia mendirikan kelompok sufi yang jauh dari kesan dekil.
Rumahnya lumayan bagus di desa Tegaltirto, Brebah, Sleman, Yogyakarta.
Tempat tingganya itu, selain buat pengajian, juga merangkap
tempat usaha border dan catering.
Jamaahnya mencapai 2.500 orang, dari semarang, Temanggung serta
Yogyakarta. Tiap sore, Henny selalau menerima tamu. Ada yang
khusus mengaji, tapi tak sedikit yang ingin berobat. Malam hari,
bersama jamaahnya Henny mengadakan salat tahajud. Setiap sabtu
pahing siadakan pengajian rutin. Khusus pada malam jum'at dilakukam
kegiatan istighfar, mulai pukul 22.00 WIB hingga subuh.
Kemampuan mengobati orang ini diperoleh Henny saat naik haji.
Ketika di Mekkah persisnya di dekat sumur Zam-zam, tiba-tiba
dirinya dirangkul seorang wanita. Wanita itu mengelus-elus kepala
Henny. Lalu kepala Henny di taruh dibawah ketiak wanita mestirius
tersebut.
Kisah ghaib lain adalah kala Henny berada di Masjid Nabawi,
seusai sholat isya', dia melihat dua bulatan sinar keluar dari
makam Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam. "sejak
itu, saya merasa bisa menolong sesama", kata ibu lima anak
itu. Dan terbukti kebenarannya, tentunya dengan seizing Allah.
c.
Tarekat Naqsabandy Khalidiyah.
Tarekat Naqsabandy sangat terkenal. Anggotanya puluhan ribu
orang dari Tulung agung, Blitar, Nganjuk, Surabaya, Malang,
Semarang,Jakarta, dan bahkan dari beberapa kota di Sumatra.
Yang berminat menekuni naqsabandy harus menghadap KH. Bastomi,
pemimpin tarekat atau yang disebut mursyid itu.
Setelah pendaftar terkumpul dua ratus orang, mereka wajib datang
sesuai dengan waktu yang di tentukan. Jamaah baru itu digembleng
selama dua puluh hari. Peserta wajib mondok. Pengajian dimulai
selasa pagi, diawalai dengan pembaitan. Jamaah duduk tawaruk
di sekeliling ruangan, sementara KH. Bastomi berada paling depan.
Satu persatu mereka bersumpah dengan bimbingan mursyid. Selesai
disumpah, jamaah harus mengikuti pengajian sufi setiap selasa
dan jum'at pagi.
Setelah tahu arti tarekat, jamaah membaca wirid Ismu Dzat menurut
tingkatan masing-masing. Ada tiga kelas, yang pemula membaca
5.000 kali sehari, sedangkan yang paling senior sampai 9.000
kali. Mereka membaca dzikir, tahlil, dan asmaul husna. Wirid
dilaksanakan usai sholat fardhu.
Selama mondok peserta harus mengurangi tidur, tak bicara di
luar keperluan, tidak makan sesuatu yang berbahan dasar ikan
atau binatang. Lebih dianjurkan jika berpuasa, namun ini tak
wajib. Nafsu sexsual harus di kekang selama mengikuti acar,
walaupun bercampur dengan istri sendiri. Setelah pemondokan
itu selesai, wirid wajib di baca di rumah masing-masing.
Kata KH Bastomi, wiridan merupakan cara mendekatkan diri kepada
Allah. Untuk itu peserta tarekat memenjarakan hawa nafsu duniawi
dan mengganti semua tujuan ibadahnya untuk mencapai ridho Allah.
Targetnya muroqobah, yaitu dekat dengan Allah hingga tercabut
hijab antara makhluq dan kholiq", ujarnya. Inilah derajat
tertinggi dari tarekat.
Pada tingkatan muroqobah itu, manusia merasa dirinya dekat dengan
Allah. Saking dekatnya, seolah roh Allah menyatu dalam diri
manusia. Inilah yang sering kali disebut al wihdatul wujud atau
manunggaling kawula gusti. Derajat tertinggi dari tarekat, terhubungnya
manusia dengan Tuhan saat berdzikir itu disebut fana.
Tarekat asuhan KH. Bastomi diikuti berbagai kalangan. Mulai
pedagang, pegawai, karyawan, para eksukutif, hingga pengusaha.
Jumlah jamaah perempuan tiga kali lebih besar ketimbang jamaah
laki-laki. Silsilah ajaran Naqsabandy tersambung sampai Rosulullah
malalui syeh Abdul Qadir Jailani. Tarekat model Abdul Qodir
jaelani ini sudah dikenal sejak 1.300 tahun lampau. (Majalah
Gatra. hal : 69-71, edisi 30 September 2000 M )
d.
Grand Wijaya
Berlokasi di daerah Melawi, Jakarta Selatan. Diasuh oleh Asep
Usman Ismail MA, dengan jumlah pesrta mencapai 30 orang dari
kalangan menengah keatas. Pendidikan mereka minimal sarjana,
bahkan ada beberapa yang lulusan S-2 atau S-3. Mereka bekerja
di sektor pemerintah atau usaha milik negara. Banyak juga pensiunan.
Ada mantan Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai, mantan Pejabat Eselon
II di depertemen Keuangan, dan mantan Pengacara. Ibu rumah tangga
juga tidak sedikit.
e.
Jamaah Majlis Tasbih.
Bertempat di Jalan Gaharu I nomor 9, Cipete, Jakarta Selatan,
tak kurang dari 100 jamaah berpakain putih (dilarang berpakaian
merah) setiap malam memadati rumah berlantai dua milik Haji
Bambang Widiarsono, 53 thn. Mereka adalah Jamaah Majlis Tasbih,
kelompok tasawwuf yang tiap malam melakikan dzikir sehabis sholat
isya'. Khusus untuk malam jum'at, jamaah mencapai 300 orang.
Selain berdzikir, mereka juga melakukan sholat tasbih dua rekaat.
Jamaah yang menjadi anggota majlis ini adalah mereka yang pernah
berkonsultasi untuk penyembuhan penyakit yang di deritanya.
Mereka mendapat terapi penyembuhan melalui dzikir sehabis sholat
isya'. Lamanya dzikir tergantung tingakat masalah yang dihadapi
pasien" Ujar Bambang. Kalau yang ringan , cukup mengikuti
dzikir selama seminggu, sedangkan yang berat bisa sampai 40
hari" Ujarnya. Selagi berdoa dan berdzikir, mereka dibimbing
seorang imam.
f.
Forum Kajian Tazkiyatun Nafs Universitas Indonesia (FKTN-UI)
Ini forum pengajian tersetruktur islam dengan pendekatan tasawwuf.
Tujuannya, memberi pemahaman pengetahuan bertaubat, pengertian
membersihkan hati dan jiwa, serta pengetahuan tentang jalan
menuju Allah. Setelah mengikuti kajian, peserta diharapkan menjadi
lebih sadar tentang dirinya dan tugasnya di dunia.
Forum ini tidak mengikat dan tidak mengarahkan peserta kedalam
jamaah apapun serta ordo tarekat manapun", kata Herry Mardiyono,
26 tahun, seorang pendiri FKTN-UI. Setelah materi pengajian
selesai, peserta di bebaskan berpencar mencari jalan masing-masing,
dengan harapan menjadi lebih tergugah untuk memperbaiki diri
dan memulai hidupnya dengan lebih islamy secara menyeluruh.
g.
Paramartha Internatiaonal Centre For Tashawwuf Studies (PICTS)
Bermarkas di Bandung, di Jalan Dago Pojok 37E/161B. PICTS adalah
satu divisi di bawah Yayasan Pendidikan Paramartha, yang khusus
bergerak dalam kajian tasawwuf. Kazanah tasawwuf bertebaran
di berbagai pelosok dunia islam bak mutiara terpendam. Kekayaan
ini diangkat, ditelaah, dan diintegrasikan satu sama lain agar
membentuk kalung mtiara, yang bisa dinikmati dan didudukkan
dalam konteks islam yang semestinya. Itulah obsesi PICTS.
Maka PICTS mencoba mengangkat khazanah tasawwuf Indonesia ketataran
internasional. Khazanah Bhagdadi (Timur Tengah) yang selama
ini mendominasi kajian tasawwuf, dirasa semakin lengkap bila
ditautkan padanya berbagai mutiara lain yang selama ini terpinggirkan,
seperti halnya tasawwuf di Indonesia.
h.
Serambi Suluk.
Di Makasar, Sulawesi Selatan, ada forum kajian Tasawwuf Makasar
dengan nama kajian "Serambi Suluk". Menurut Imam Suhadi,
mentor forum kajian itu, umumnya peserta yang memasuki forum
kajian ini merasakan bahwa ajaran agama yang mereka peroleh
terasa kering. "mereka merasa kering dengan ritualitas-ritualitas
keagamaan yang merekatak mengerti visi dan tahapannya",
kata Imam kepada Zaenal Dalle dari Gatra, jumlah anggotanya
sekitar 30 orang.
Karena itu kajian serambi suluk mempunyai beberapa tujuan, antara
lain membuka wawasan dalam memandang dien islam dalam perspektif
tasawwuf, dan menuntun para pencari jalan menuju Allah Ta'ala.
i.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN).
Bila ditilik dari jumlah pengikutnya, tarekat terbesar di Indonesia
adalah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Tarekat inilah yang
akhir-akhir ini kian menarik perhatian masyarakat Jakarta. Saat
ini, lokasi pembacaan manaqib (biografi Abdul Qadir Jaelani)
dan khataman TQN tak kurang dari 110 tempat di Jakarta.
Dalam semalam, minimal ada tiga tempat untuk manaqiban dan khataman.
Mereka dibimbing sekitar 30 mubaligh. Sesepuh TQN se-Jakarta
dan sekitarnya adalah KH Abdul Rasyid Effendy, 61 tahun. Jumlah
jamaah TQN se-Jakarta sekitar satu juta orang. Se Indonesia
sekitar tiga juta orang. Dalam tiap malam, manaqiban di Jakarta
kat Rosyidi kini diikuti 20-30 orang baru.
Pengikut TQN tidak hanya kelas atas, melainkan dari semua lapisan,
termasuk kelas bawah. Menurut ketua Wilayah TQN Jakarta Utara,
Maksum Saputra, ikhwan-ikhwan (anggota) TQN diwilayahnya banyak
dari kalangan nelayan dan penjual ikan. Di Ciputat, Jakarta
Selatan, antara lain diikuti pengusaha kerupuk dan kondektor
bus, disamping itu, banyak juga mantan mentri, artis, pengusaha,
dan pejabat tinggi negara yang bersidia di baiat menjadi jamaah
TQN.
Menurut Rosyid, yang sejak 1994 diangkat sebagai wakil talqin
(khalifah mursyidah) Abah Anom, masuk TQN tidak sulit, cukup
mengikuti acara manaqiban lalu diberi pengarahan sekitar setengah
jam, ditalqin dzikir sekitar 5 menit, dan di baiat. Baiat berisi
janji setia pada Tuhan untuk menjalani amalan dalam TQN, amalan
itu intinya berisi dzikir dhohir dan khofi.
j.
Pengajian Tarekat Akmaliyah.
Letaknya di Jawa Timur (Desa Wringin Anom, Kecamatan Tumpang,
Malang) . Tarekat ini melanjutkan ajaran syaikh Siti Jenar,
yang di populerkan Sultan Hadi Wijoyo (Joko Tingkir, Raja Pajang).
Tarekat Akmaliyah menganut paham teologi pembebasan, bahwa setiap
manusia berhak bertemu Tuhannya. Tarekat ini tak mengangkat
mursyid sebagaimana tarekat lainnya, hanya ada semacam koordinator,
(dalam hal ini Kiai Ahmad, seorang petani biasa adalah sebagai
koordinatornya), Lelakunya ringan, jumlah dzikirnya tak dibatasi
bilangan, disesuaikan dengan kemampuan dan waktu yang bebas.
Alumninya berjumlah ratusan, antara lain Drs. Agus Sunyoto,MPd,
41 thn. Dosen SekolahTinggi Agama Islam Negeri Malang ini bergabung
dengan tarekat Akmaliyah setahun lalu. Tarekat ini tak mengenal
pemondokan dan pembaiatan. Setelah berdiskusi dengan kiai Ahmad
untuk meluruskan persepsi, jamaah bisa wiridan sendiri di rumahnya.
"Tarekat ini cocok untuk orang sibuk" ujar Agus. Menurut
dia tarekat Akmaliyah mampu menghubungkan manusia kepada Roh
Allah, akibatnya hidup jadi lebih ringan. (lihat Majalah Gatra,
hal 66-67 Edisi 30 September 2000 M)
Inilah sekilas tentang bentuk pengajian tasawwuf atau tarekat
yang berkembang di Indonesia, yang sampai sekarang ini masih
terus berkembang di negara kita.
VII.
PENUTUP.
Al
hamdulillah, penulisan makalah yang berjudul "Perkembangan
tasawwuf di Indonesia" ini bisa tersusun, ini semua berkat
pertolongan Allah dan bantuan beberapa ikhwan yang ikut berusaha
dalam penyusunannya. Namun kami yakin bahwa makalah ini masih
sangat banyak kekurangannya, terutama dalam referensinya. Maka
saran dan kritik yang bisa meningkatkan mutu makalah ini kami
sangat harapkan dari para pembaca. Semoga menjadi amal yang
sholeh dan diridhoi Allah Ta'ala. Amin.
DAFATAR PUSTAKA
1. Al Qur'an al karim
2. Majalah Gatra, 30 September 2000 M.
3. Majalah As Sunnah ,Edisi 17/Th.ke-2
4. Hartono Ahmad Jaiz, Tasawwuf Belitan Iblis, Cet. Ke-3 1422
H/2001 M, Darul Falah.
5. Koran Republika, 28 April 2001 M, nomor 110 tahun ke-9.
6. Al Jihad wal Ijtihad, Umar bin Mahmud abu Umar, Cet Pertama
1419 H/1999 M, Darul Bayariq.
|