Pengakuan Iman Athanasius
Pengakuan iman ini diperkirakan ditulis pada akhir abad ke lima atau permulaan abad ke enam. Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis pengakuan iman ini. Diberi nama Athanasius sangat mungkin karena isi pengakuan iman ini mencerminkan ajaran seorang bapak Gereja bernama Athanasius (296-373), yaitu Bishop di Alexandria, yang sangat menekankan pada Ketritunggalan Allah dan Keilahian Yesus Kristus. Dalam konsili di Nicea (325), Athanasius merupakan lawan yang mematahkan argumentasi Arius (lihat pengakuan iman Nicea). Itulah sebabnya jikalau kita amati isi pengakuan iman Athanasius, secara garis besar terbagi ke dalam dua garis besar, yaitu bagian pertama yang merupakan kesimpulan mendasar tentang doktrin Tritunggal, dan bagian kedua tentang dua sifat Yesus Kristus. Barangkali ini adalah pengakuan iman yang paling keras karena dalam pernyataan terakhirnya dikatakan bahwa orang yang tidak memiliki iman seperti yang tertuang dalam pengakuan iman Athanasius, sama saja dengan tidak diselamatkan!
Berikut isi Pengakuan Iman Athanasius:
1. Barangsiapa hendak diselamatkan, maka ia harus memiliki iman yang
am; 2. Yaitu iman yang jikakalau tidak dijaga kemurniaannya, pastilah orang tersebut
binasa.
3. Dan iman yang am itu adalah ini: bahwa kita menyembah Allah yang Esa di dalam Ketigaan,
dan Ketigaan di dalam Keesaan; 4. Tanpa percampuran pribadi maupun pemisahan substansi. 5.
Karena hanya ada satu pribadi Bapa, satu Anak, dan satu Roh Kudus. 6. Tetapi Keilahian
Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah esa, demikian pula kemuliaan dan keagungannya. 7.
Sebagaimana Bapa, demikian pula Anak, dan demikian pula Roh Kudus. 8. Bapa tidak dicipta,
Anak tidak dicipta, dan Roh Kudus tidak dicipta. 9. Bapa tak dapat dipahami, Anak tak
dapat dipahami, dan Roh Kudus tak dapat dipahami. 10. Bapa kekal, Anak kekal, dan Roh
Kudus kekal. 11. Akan tetapi bukan tiga yang kekal, melainkan yang kekal itu esa. 12.
Demikian pula bukan tiga yang tak diciptakan atau tak dapat dipahami, melainkan esa yang
tak diciptakan dan esa pula yang tak dapat dipahami. 13. Karena itu, demikian pula Bapa
Mahakuasa, Anak Mahakuasa, dan Roh Kudus Mahakuasa. 14. Akan tetapi bukan tiga yang
Mahakuasa, melainkan esa. 15. Juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus
adalah Allah; 16. Namun bukan tiga Allah, melainkan Allah yang Esa. Bapa adalah Tuhan,
Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan; 18. Namun bukan tiga Tuhan, melainkan Tuhan
yang esa. 19. Karena itu sebagaimana kita diwajibkan untuk mengakui ketiga Pribadi pada
diri-Nya sendiri sebagai Allah dan Tuhan; 20. Demikian pula kita dilarang untuk mengatakan
bahwa ada tiga Allah atau tiga Tuhan. 21. Allah Bapa tidak dibuat, tidak diciptakan, dan
tidak dilahirkan. 22. Allah Anak adalah dari Allah Bapa saja; tidak dibuat, tidak
diciptakan, tetapi dilahirkan. 23. Allah Roh Kudus adalah dari Bapa dan Anak; tidak
dibuat, tidak diciptakan, tidak dilahirkan, melainkan "keluar dari." 24. Maka
hanya ada satu Bapa, bukan tiga Bapa; satu Anak, bukan tiga Anak; satu Roh Kudus, bukan
tiga Roh Kudus. 25. Dan di dalam Ketigaan tersebut, tidak ada yang lebih dulu atau sebelum
. 26. Melainkan ketiga Pribadi itu sama kekal dan sama esensinya. 27. Sebab itu di dalam
segala sesuatu, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Keesaan dalam ketigaan dan
Ketigaan dalam Keesaan harus disembah. 28. Karena itu setiap orang yang mau diselamatkan
harus mempercayai Tritunggal.
29. Lebih lanjut, penting bagi keselamatan adalah iman kepada inkarnasi Tuhan kita Yesus
Kristus. 30. Iman yang benar berarti kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan kita Yesus
Kristus, Anak Allah, adalah Allah dan manusia; 31. Dalam Keallahan-Nya sehakekat dengan
Bapa, dilahirkan dalam kekekalan; dan dalam kemanusiaan-Nya sama dengan semua orang di
dunia; 32. Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya, baik jiwa maupun tubuh. 33. Sejajar
dengan Bapa dalam Keilahian-Nya, dan lebih rendah daripada Bapa di dalam kemanusiaan-Nya;
34. Yang walaupun Ia adalah Allah dan manusia, namun Ia bukan dua, melainkan satu Kristus;
35. Satu, bukan karena berubah dari Allah menjadi bersifat daging, melainkan karena
mengenakan rupa manusia pada Keilahian-Nya; 36. Satu secara bersama-sama, bukan oleh
percampuran substansi, melainkan kesatuan dalam pribadi. 37. Karena sebagaimana satu tubuh
dan jiwa adalah satu orang, demikian pula Allah dan manusia adalah satu Kristus; 38. Yang
telah menderita untuk keselamatan kita, turun ke dalam kerajaan maut, bangkit pula pada
hari ketiga dari kematian; 39. Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang
Mahakuasa; 40. Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. 41.
Yang mana pada saat kedatangan-Nya yang kedua, semua orang akan hidup dengan tubuh yang
baru; 42. Dan semua orang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. 43. Dan mereka yang
telah melakukan kehendak-Nya akan memperoleh hidup yang kekal, sedangkan mereka yang
melakukan kejahatan akan masuk ke dalam api yang kekal.
44. Inilah iman yang am; tanpa orang memiliki iman ini dengan setia, ia tidak akan dapat
diselamatkan.
URL:
http://www.oocities.org/thisisreformed/artikel/athana.html