Into The Heart of U2


sejarah  1990-1994   index

1976-1980

 

Sejarah dimulai di tahun 1976. Laurence Mullen (31 Oktober 1962 Dublin), murid Mount Temple Comprehensive School, sekolah publik pertama di Irlandia yang menerima murid dari semua agama (Katholik dan Kristen). Sebelum bersekolah di sini, ia belajar di Scoil Naomh Colmchille, sekolah yang pengajarannya memakai bahasa Gaelic (bahasa Irlandia).

Larry sangat tertarik pada musik. Ia belajar piano di Dublin College of Music,  Chatham Row. Namun, saat  berumur 9 tahun, ia tertarik pada drum. Guru pianonya langsung memberitahu orang tua Larry ketika mengetahui ketertarikannya . Larry Snr. dan istrinya, Maureen, sangat mendukung anak mereka. Bahkan mereka meminta Joe Bonnie, drummer session (drummer lepas) terbaik di negara itu, untuk mengajarkan anak mereka. Larry Snr. juga memberi hadiah sebuah 1 set drum sebagai hadiah ulang tahunnya. Ia sangat serius dalam berlatih. Ia mengambil tehnik drum yang diajarkan Joe, dan mengikuti gaya permainan drum yang ia lihat di acara musik terkenal, “Top Of The Pops”. Ayahnya menganjurkan untuk bergabung dengan marching band di daerah tempat tinggalnya, Artane Boys Band. Tetapi, ia tidak mau datang ke latihan marching band itu lagi setelah diberi tahu kalau rambut blonde panjangnya harus dipotong. Ia pun memilih untuk bergabung dengan Post Office Worker’s Band selama 2 tahun. Ia juga mulai mencari uang sendiri lewat band Drifting Cowboys yang memainkan lagu-lagu western dan country.

Di tahun 1973, Larry dan kakaknya, Cecelia harus kehilangan adik mereka, Mary yang berumur 9 tahun.

Ia mulai bosan bermain dengan band orang lain saat ia berumur 14 tahun. Larry ingin membuat band sendiri. Kebetulan pada saat itu ia bertemu Adam Clayton (13 Maret 1960, Chinnor, Oxfordshire), murid baru Mount Temple School yang kabarnya seorang bassist. Larry langsung meminta Adam yang berpenampilan eksentrik ini (meski begitu, Larry menganggapnya murid paling cool) untuk ikut band-nya dan Adam setuju.

Ayah Adam, Brian Clayton adalah pilot, sedangkan ibunya, Jo seorang pramugari. Sebelumnya, Brian bekerja di perusahaan penerbangan Inggris, Royal Air. Namun semenjak ia bekerja di Aer Lingus (perusahaan penerbangan Irlandia), mereka pindah ke Malahide, Dublin. Keluarga Inggris ini memiliki 3 orang anak, Sarah Jane, Adam dan Sebastian.

Sebelum belajar di Mount Temple, Adam yang sempat tinggal di Kenya ini sempat belajar di sekolah swasta Castle Park dan St. Columba College di Rathfarham. Di Castle Park, ia dijuluki “Chatterbox”. Dan saat di St. Columba College, ia mendapat masalah karena ketahuan tidak memakai seragam sekolah.

Saat masih di asrama, diam-diam ia menyimpan obsesi untuk menguasai gitar dan membeli gitar seharga 12£. Salah satu temannya mengetahui hal itu dan menawari Adam untuk belajar bass. Adam meminta orang tuanya untuk membelikan sebuah bass. Brian-Jo bingung dengan permintaan anaknya itu, namun mereka mengabulkan permintaan Adam dengan membelikannya bass bagus seharga 52£. “Aku akan main sampai aku lebih besar dari The Beatles”, kata Adam kepada orang tuanya. Ia juga sempat bergabung di band bernama Max Quad, tapi ia dikeluarkan gara-gara nggak bisa main bass dengan baik.

Di Mount Temple School, Adam menemukan kalau sekolah barunya ini sangat “open  minded” dan peraturannya tidak seketat asrama. Ia mulai sering ke bar untuk sekedar nonton band, minum bir, ngejar-ngejar cewek sampai memakai morfin dan obat bius.

Selain merekrut Adam, Larry memasang iklan di papan perhatian sekolahnya untuk mencari gitaris. Larry juga meminta guru musiknya, Albert Bradshaw untuk membantunya mencarikan anak-anak yang bisa diajak nge-band.

Sementara itu, kakak kelas Larry, Paul David Hewson (10 Mei 1960, Dublin) adalah salah satu orang yang tertarik dengan iklan tersebut. Ia sadar kalau ia nggak begitu bisa main gitar, tapi ia pikir hal itu nggak penting.

Paul dibesarkan di keluarga yang memiliki 2 agama. Ayahnya, Bob Hewson, seorang Katholik, ibunya, Iris, seorang Protestan. Iris meninggal karena pendarahan otak di upacara pemakaman kakeknya saat ia masih berumur 14 tahun.

Setelah kepergian ibunya, ia dan kakaknya, Norman mulai sering bertengkar, bahkan sampai ke fisik. Ia frustasi karena rumah bukan lagi tempat yang nyaman untuknya.

Paul juga dihadapkan oleh keputusan berat, yaitu memilih agama yang akan diyakininya. Sifat ayahnya yang keras namun membingungkan membuatnya berontak. Lalu ia memilih Kristen dan ikut organisasi keagamaannya.

Karena tertekan dengan kedua masalah itu, anak yang digambarkan oleh Bob Hewson sebagai “anak yang sangat menyebalkan” ini mulai mencari sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiannya. Dan sesuatu itu adalah musik. Di saat anak-anak lain pulang ke rumah, ia sibuk ke toko kaset mencari kaset-kaset yang baru. Ia banyak mendengarkan lagu milik Sex Pistols, David Bowie, T-Rex, Velvet Underground sampai Patti Smith. Paul juga mengikuti paduan suara di sekolahnya.

Untuk pelariannya, Paul membuat perkumpulan bernama Lypton Village bersama teman-teman sebayanya. Teman-temannya mengubah nama Paul menjadi Bono Vox yang dalam bahasa latin berarti “Suara yang bagus”. Nama barunya ini diambil dari nama toko alat bantu dengar di O’Connell Street, Dublin.

Di sekolah, Bono adalah tipe orang yang senang menjadi sentral perhatian. Ia pernah memakai kostum ala punk Sex Pistols lengkap dengan celana ketat dan anting bohongan di hidungnya ke sekolah, dan itu hanya untuk joke. Sayangnya, warga sekolah nggak ada yang “terpesona”. “Bono sangat terkenal di kalangan teman-teman saya (adik kelas) karena segala tingkah lakunya yang buruk”, kata Larry.

Menjadi personil band adalah obsesi Bono. Ia memutuskan untuk datang ke rumah Larry di 60 Rosemount Avenue untuk audisi bersama peminat yang lain. “Hal pertama yang saya ingat tentang Larry yaitu pada saat kami pertama kali latihan di dapur rumahnya. Banyak cewek yang memanjat dinding rumahnya dan mengintipnya dari jendela. Larry meminta mereka pergi, tapi mereka nggak mau. Lalu, ia menyemprot cewek-cewek itu dengan selang air”, kata Bono terheran-heran. Larry yang tergolong keren itu memang sangat populer di kalangan cewek di lingkungannya.

Sementara itu, Albert Bradshaw mengusulkan nama David Evans (8 Agustus 1961, Barking, Essex) pada Larry. Mr. Bradshaw tahu benar  kalau anak ini memiliki insting yang tajam dalam musik. Meskipun pintar, David bukan murid populer, ia pendiam dan suka menyendiri. Ia merasa aneh menjadi welsh (Wales) di tengah-tengah Irish, dan beragama Kristen Protestan di tengah-tengah penganut Katholik. Orang tuanya, Garvin-Gwenda adalah orang Inggris (welsh) yang pindah ke Dublin saat ia masih bayi.

Dave yang dikenal “soft spoken” ini lebih betah bermain musik bersama adiknya, Dick aka Dik di rumah. Instrumen pertamanya adalah piano, kemudian ia tertarik pada gitar. Gitar pertamanya adalah gitar Spanyol. Ia dan Dik belajar gitar lewat lagu-lagu Beatles.

Suatu saat, Ibunya membelikan sebuah gitar dari toko kelontong. Dik mengutak-atik gitar itu untuk menjadi gitar listrik. Pada saat proyek itu selesai, mereka pergi ke rumah Larry, karena mereka juga tertarik untuk bergabung.

Terbentuklah band ini dengan personel : Bono, Dave (Bono mengganti nama Dave menjadi The Edge), Dik, Adam dan Larry. Dan di saat latihan pertama, mereka memutuskan untuk memberi nama band itu Feedback yang terinspirasi dari suara amp milik Adam.

Berkat dukungan guru mereka, Feedback diizinkan latihan seminggu 3 kali di gym milik sekolah.

Di tahun 1977, Larry kembali kehilangan anggota keluarganya. Ibunya, Maureen meninggal karena kecelakaan mobil. Larry sangat kehilangan dan hampir memutuskan untuk tidak meneruskan bandnya, untung ada Bono (yang kebetulan mengalami hal yang sama) di sampingnya yang selalu berusaha memberi semangat.

Saat band ini mulai berlatih, Bono sedang berusaha mendapatkan nilai terbaik untuk sertifikat belajarnya. Ia tertarik masuk ke UCD (University College Dublin) jurusan seni. Usahanya nggak  sia-sia, nilai di sertifikat belajarnya cukup memuaskan. Sayang, UCD tidak menerimanya karena nilai pelajaran bahasa gaelic-nya tidak memenuhi syarat. UCD meminta Bono untuk belajar bahasa gaelic selama setahun di sekolahnya dan UCD menjamin akan menerimanya tahun depan. Bono dan ayahnya kesal dengan keputusan ini. Sebenarnya hal ini sangat melegakan personil Feedback yang lain. Apabila Bono diterima tentu saja mereka akan kesulitan untuk latihan karena ia berada di college.

Beberapa bulan kemudian, Mount Temple School mengadakan talent contest. Tentu saja Feedback nggak mau ketinggalan. Namun mereka punya masalah, yaitu belum punya vokalis. Adam mengusulkan Bono sebagai vokalis sekaligus frontman. Larry dan Edge ragu akan usulan itu, tapi akhirnya mereka setuju, karena Bono bakalan nganggur kalau ia tidak mendapat posisi tersebut. Bono memang hampir dipecat karena nggak bisa main gitar, tapi ia tetap bersikeras untuk tetap gabung. Ia ditawari untuk me-manage band, namun ia tetap menolak karena ia nggak mau meninggalkan panggung. Ia berusaha menunjukkan kalau ia mampu menjadi vokalis sekaligus pemimpin.

Pada kontes itu, mereka membawakan lagu wajib kontes yaitu lagu milik Bay City Rollers dan lagu Peter Frampton. Feedback nggak masuk urutan pemenang, but that’s not a big problem.

Pada latihan berikutnya, nama band ini diganti menjadi The Hype. Dik keluar dan bergabung dengan teman-temannya di Lypton Village untuk membuat band bernama Virgin Prunes, anggotanya : Guggi, Dav.id, Dik dan Gavin Friday (nama terakhir dikenal sebagai sahabat Bono). Kadang-kadang, The Edge, Adam dan Larry ikut membantu mereka menjadi musisi tambahan. Virgin Prunes adalah saingan sekaligus sahabat mereka.

Pada masa itu, mereka masih sebuah band cover version. Lalu mereka mencoba membuat lagu sendiri.  Lagu pertama mereka adalah “Street Missions”. The Hype ingin melawan tradisi band-band di sekitar mereka yang hanya memainkan lagu-lagu orang lain.

Pada bulan Maret 1978, pihak sekolah memanggil Brian dan Jo Clayton untuk membicarakan tentang anak mereka. Adam nggak punya harapan untuk mendapat sertifikat belajar. Ia bisa dibilang nggak mengikuti pelajaran selama 18 bulan gara-gara sibuk mengurus bandnya. Ia juga sempat membuat ulah dengan meminum kopi memakai gelas kimia di saat pelajaran berlangsung dan mencorat-coret koridor sekolah bersama anak-anak lain. Pihak sekolah meminta Adam dipindahkan ke sekolah lain.

Adam sendiri malah girang dengan keputusan ini, karena ia bisa mengurusi bandnya tanpa memusingkan hal lain.

Berbeda dengan Adam dan Bono, Edge dan Larry nggak pernah memikirkan kalau mereka ingin menjadi band top, bikin album, ngadain tour, dsb. Yang ada di pikiran mereka cuma mengasah kemampuan musik. Larry sendiri mengaku kalau saat mendirikan band, ia nggak bertujuan mendirikan band rock. Tapi Adam selalu mendorong mereka. Ia selalu mencari kesempatan untuk bisa manggung di pub-pub kecil. Selain itu, ia sibuk mencari koneksi di industri musik. Seperti kata Edge, Adam adalah manajer manajer mereka yang pertama.

Adam mengurus band ini untuk mengikuti kontes di Limerick pada saat St. Patrick’s Day masih di bulan Maret 1978. Band yang menang kontes itu akan dihadiahkan uang sebesar £500 dan kesempatan untuk merekam demo di CBS Records.

Ada satu hal yang mengganggu Adam saat itu. Ia nggak yakin dengan nama bandnya. Lalu cowok berkacamata minus ini meminta bantuan Steve Averill (aka Steve Rapid), vokalis The Radiators From Space sekaligus desainer broadcast untuk mengusulkan nama bandnya. Steve mengusulkan nama U2 yang berarti pesawat mata-mata USA, marine atau simpel saja, “You Too”. Adam setuju dan ia langsung meminta panitia kontes tersebut untuk mengganti nama The Hype menjadi U2. Steve sendiri sampai sekarang menjadi desainer untuk album, merchandise, buku dan segala pernak-pernik U2.

Pada saat kontes, U2 memainkan 3 lagu termasuk 1 lagu Irish. Kerja keras mereka nggak sia-sia, mereka menang dalam kompetisi tersebut.

Saat merekam demo, pihak rekaman meminta mereka untuk memainkan 9-10 lagu. Sayangnya, kali ini pihak rekaman harus kecewa karena terhentinya kegiatan rekaman itu. Larry Snr. menjemput anaknya, karena besok hari sekolah.

Beberapa waktu kemudian, jurnalis dari Hot Press (satu-satunya majalah musik di Irlandia), Bill Graham memberi usul kepada U2 untuk mencari seorang manajer manajer yang bisa membawa mereka go international. Ia mengusulkan Paul McGuinness, temannya saat  belajar  di Trinity  College (Dublin). Paul sempat mengurus sebuah band folk bernama  Spud.  Adam  menghubungi  Paul  dan

Manggung di Dandellion Market, 1978. Nonton U2 dengan harga tiket murah.

 

memintanya datang ke salah satu acara untuk melihat bandnya. Sebenarnya Paul tidak mengerti dengan jenis musik yang Adam katakan padanya, tapi ia tetap datang melihat bertemu mereka. Ia terkesan dengan band ini terutama dengan cara Bono berkomunikasi dengan penonton. Sejak itu, Mr. McGuinness resmi menjadi manajer manajer U2.

Pada tahun 1979, U2 merilis EP di bawah label CBS Records bernama ‘U23’ dengan track : “Out Of Control”, “Boy/Girl” dan “Stories For Boys”. DJ RTE Radio memutar ketiga lagu tersebut dan meminta pendengar untuk memilih 1 di antara 3 lagu itu yang menjadi lagu favorit mereka. “Out Of Control” menjadi pilihan terbanyak. Lagu yang Bono tulis saat ia sedang memikirkan ibunya di malam ulang tahunnya ke-18 itu adalah salah satu lagu penting dalam sejarah U2. ‘U23’ hanya dirilis sebanyak 1000 keping di Irlandia. Sekarang, EP itu menjadi salah satu barang yang dikejar-kejar kolektor U2.

U2 mencoba untuk mengadakan konser di Inggris, tapi konser ini tidak mendapat sambutan berarti dan Bono agak frustasi.  “Kalau kamu datang dari Irlandia, Inggris adalah negara yang asing buat kamu.”, kata Adam. “Meski saya sendiri adalah orang Inggris…”, sambungnya.

Bono tidak bisa menangkap alasan CBS Inggris yang tetap tidak memperhatikan bandnya meski bandnya telah sukses di Irlandia. Bono bersama pacarnya, Ali, dan teman mereka, Andrew Whiteway nekat pergi ke Inggris membawa beberapa EP ‘U23’ mereka lalu mempromosikannya ke radio-radio dan perusahaan rekaman. Usaha mereka boleh juga. Salah satu pers Inggris memberi pendapat, “Another great undiscovered Irish band” setelah mendengar EP itu. Perusahaan-perusahaan rekaman seperti EMI, CBS, Stiff dan A&M langsung mengirim stafnya ke Dublin untuk melihat group ini.

Pada saat yang sama, orang tua Edge memberi peringatan pada band ini, “Kalau tidak ada perkembangan dalam band ini, maka Edge harus belajar engineering di Bolton Street Technical College”. Edge sendiri setuju dengan keputusan itu.

Lalu, mereka meluncurkan singel “Another Day” dan “Twilight” yang diproduksi oleh Chas De Whalley. Tapi, single ini gagal memasuki tangga lagu.