Membuat Roket Air
Kompetisi roket air yang semula untuk mahasiswa itu, kini diperuntukkan bagi pengenalan ilmu antariksa kepada siswa SMP. Sekelompok anak sibuk dengan dirinya masing-masing. Wajah-wajah mereka menunjukkan sorot mata tajam. Seakan mereka sedang memikirkan sesuatu di benak mereka. Anak-anak itu masih duduk di bangku SLTP, namun sudah berani berlaga dalam kompetisi roket. Tentu saja roket yang dipertandingkan adalah roket yang sifatnya tidak eksplosif seperti roket-roket berbahan bakar yang mampu menghasilkan percikan api.
Roket yang dipertandingkan kali ini merupakan roket air. Roket yang bahan utamanya berasal dari plastik bekas minuman kemasan dengan tenaga pendorong air bertekanan.
Sekitar 20 anak yang ikut kompetisi roket air tingkat nasional ini berasal dari sembilan SMP yang tersebar di lima kota, yaitu Malang, Surabaya, Denpasar, Semarang, dan Jakarta. Puluhan anak itu berhasil menyisihkan sekitar 150 siswa yang mendaftarkan diri mengikuti kompetisi ini.
Mereka merupakan pelajar SMP yang meggeluti hobi pada kegiatan ekstrakurikuler sains antariksa di sekolah masing-masing. Khusus untuk teknologi roket air ini memang dikenal siswa dari pelatihan yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PPiptek) dan Himpunan Mahasiswa Mesin Universitas Brawijaya (HMM-Unibraw) di lima kota tersebut.
Saat kompetisi dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada Sabtu (8/7) lalu, anak-anak tersebut terlihat bersemangat. Tidak henti-hentinya mereka meminta saran pada guru pendamping dari sekolah mereka. Bahkan, antusiasme para peserta kompetisi terlihat dari persiapan mereka dalam menyediakan bahan dasar roket.
Sejak pelatihan yang dilakukan selama sehari di kota masing-masing, pihak sekolah sudah bekerja sangat kooperatif dengan menyediakan sarana dan prasarana latihan. Pihak panitia pun merasa kaget, ternyata sekolah juga mendukung siswanya mengenal teknologi roket air ini.
Ketika para siswa mendapatkan giliran untuk meluncurkan roket air, mereka tidak boleh didampingi oleh guru mereka. Sebelum roket diluncurkan, mereka sudah diberi waktu selama dua jam untuk menyusun komposisi kandungan yang akan dimasukkan ke dalam badan roket.
Intinya mereka harus bisa menyusun komposisi air dan angin yang ada di dalam botol agar jarak luncur roket bisa mengenai sasaran yang telah ditentukan oleh panitia. Kombinasi antara air dan angin yang tepatlah yang paling menentukan jarak luncur roket air.
Dalam kompetisi ini, panitia menetapkan empat zona jatuh roket. Zona pertama, tepat di tengah sasaran dengan nilai 100. Zona kedua, agak jauh dari sasaran, nilai 80, zona ketiga lebih jauh dari sasaran, nilai 60 dan zona keempat yang merupakan zona terluar, dengan nilai 40.
Rancangan roket yang digunakan pada kompetisi kali ini memiliki volume 1.500 mililiter. Dengan volume air yang dipergunakan sekitar seperempat bagian atau 375 mililiter. Sedangkan sisanya dibiarkan terisi angin.
Saat akan diluncurkan, roket yang sebelumnya sudah diisi dengan air diberi tekanan angin dengan kompresor (pompa ban biasa) sampai tekanan mencapai 50 pounds per square inch (psi) atau setara dengan 3,4 atmosfer atau sebanding dengan tekanan ban mobil.
Ketika tekanan sudah mencapai 50 psi, para peserta sudah bersiap untuk melepaskan roket dengan melepaskan pengait yang mencengkeram pada bagian nosel (mulut) roket. Seketika itu juga, roket yang sudah dilepas dari pengaitnya melesat ke arah depan dari peluncur roket. Peluncur roket itu sendiri ditaruh pada posisi dengan kemiringan 45 derajat mengarah ke target.
Meskipun peluncur sudah diarahkan ke target, kenyataannya tidak semua roket air jatuh di sasaran yang telah ditentukan. Bahkan banyak yang jatuh di luar zona. Ternyata bentuk dan komposisi bahan pembuat roket juga berpengaruh pada stabilitas roket saat meluncur di udara.
Beberapa peserta yang menyadari roketnya keluar sasaran terlihat kecewa. Namun, mereka terus berusaha menyusun komposisi yang tepat agar roket-roket yang akan diluncurkan pada kesempatan berikut bisa mengenai sasaran. Para peserta diberi kesempatann untuk meluncurkan sebanyak lima roket.
Ilham, peserta dari Jakarta yang berhasil memenangi kompetisi dengan skor 360, mengatakan dirinya tidak melakukan persiapan banyak. ''Usai dilatih oleh panitia yang datang ke sekolah, saya langsung memberanikan diri ikut kompetisi,'' kata Ilham. Kemenangan ini membawa Ilham mewakili Indonesa di kompetisi roket air tingkat Asia Pasifik yang akan diselenggarakan pada November 2006 mendatang di Jakarta.
Upaya edukasi ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan LAPAN dalam rangka memasyarakatkan teknologi antariksa kepada anak-anak usia dini. ''Selama ini masih terlihat kecenderungan bahwa teknologi antariksa dipandang sebagai suatu hal yang susah, canggih, dan berbahaya,'' papar Dr Edy Sofyan, kepala Bidang Kendali Roket LAPAN.
Karena itulah, teknologi roket air ini dipandang sebagai sebuah media perantara untuk mengenalkan teknologi roket sebagai sesuatu yang mudah, berbahan sederhana, dan dalam bentuk mainan. Sehingga, penggunaan bahan yang murah diharap dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk menekuni salah satu ilmu antariksa ini.
Kompetisi roket air ini sudah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 2001. Namun pada awalnya kompetisi roket air ini diselenggarakan di tingkat mahasiswa. Tapi kali ini sudah mulai diperkenalkan ke siswa tingkat SMP.
Fakta Angka:
20
Jumlah siswa yang berhasil mengikuti kompetisi roket air setelah menyisihkan 150 siswa yan mendaftar.
Bahan Pembuatan Roket Air
1. Botol aqua bekas sebanyak 2 buah.
2. Pemberat bagian depan roket, bisa berupa mur, baut, atau bola.
3. Plastik mika atau karton untuk bagian sayap.
4. Nosel, yang bisa terbuat dari kayu atau pentil (katup) ban. Alat ini memiliki dua fungsi, yaitu untuk meluncurkan roket dan kedua untuk memberi tekanan pada botol dan melepaskan kaitan pada botol.
5. Alat peluncur roket.
Langkah-langkah Pembuatan Roket Air
1. Siapkan dua botol air mineral ukuran 1.500 mililiter, potong di tengah, setelah itu bagian potongan yang terdapat bagian mulut botol disatukan dengan potongan lain yang tidak mengandung mulut botol.
2. Setelah botol disatukan kemudian bagian badan bawah diberi sayap terbuat dari mika/karton.
3. Kemudian botol bersayap diberi nosel (lubang keluaran semburan gas) pada bagian dasar yang terdapat bagian mulut botol.
4. Persiapkan launcher atau alat peluncur yang terdiri atas tempat roket, rel roket, dan selang yang bagian ujungnya diberi alat pengukur tekanan udara.
Sumber: Panitia Kompetisi Roket Air |