|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |
oleh BHIKKHU PESALA ALIH BAHASA: Kaliyani Kumiayi, SE Dra. Sujata Lanny Anggawati Dra. Yasodhara Wena Cintiawati EDITOR: Bhikkhu Uttamo BIRO PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN SANGHA THERAVADA INDONESIA VIHARA SAMANGGI JAYA, JL Slamet Riyadi No. 21. Blitar - 66113, Telp./Fax.: 0342- 82616 KATA PENGANTAR
|
Milinda Panha merupakan buku kuno muktabar tentang Buddhisme yang benar-benar dianggap tinggi sehingga dimasukkan oleh orang Burma di dalam kitab suci Pali Canon. Di dalam buku Palinya dikatakan bahwa percakapan antara Raja Milinda dengan Nagasena terjadi 500 tahun setelah Sang Buddha parinibana. T.W. Rhys David, penerjemah yang terhebat untuk buku-buku Pali, menganggap buku ini sangat bagus. Beliau mengatakan, "Saya berani mengatakan bahwa 'Pertanyaan Milinda' ini jelas merupakan karya terbaik untuk prosa India; dan benar-benar buku terbaik di kelasnya dipandang dari sudut kesusastraan, yang telah diproduksi di negara manapun juga." Gaya Milinda Panha sangat mirip dengan dialog Platonik, dimana Nagasena memainkan peran sebagai Socrates dan menang berdebat dengan Raja Milinda dalam sudut pandang Buddhis, karena penalarannya yang sehat dan perumpamaannya yang pas. Si pengarang memang tidak dikenal, tetapi hampir dapat dipastikan dia dahulu hidup di India barat laut atau di Punjab, karena dia sama sekali tidak menyebutkan suatu tempat di India bagian selatan Sungai Gangga. Dan ini didukung oleh keterangan yang ada tentang raja Menander, raja orang-orang Bactria yang dikenal sebagai Milinda. Banyak yang diketahui tentang Raja Menander. Sejumlah besar mata uang koinnya telah ditemukan di daerah yang luas di bagjan India utara, sampai sejauh Kabul di sebelah Barat, Mathura di sebelah Timur serta Kashmir di sebelah Utara. Gambar di koinnya seringkali merupakan seorang laki-laki muda, atau kadang-kadang juga seorang laki-laki yang sangat tua. Plutarch mengatakan, "Menander adalah seorang raja yang terkenal karena keadilannya, dan sangat dekat dengan rakyanya. Sehingga pada waktu dia meninggal, yang terjadi, di suatu camp, berbagai kota berebut untuk memiliki abunya. Pertengkaran itu diselesaikan dengan kesepakatan semua wakil dari kota-kota itu untuk membagi reliknya, dan kemudian mereka mendirikan monumen-monumen untuk mengenang Sang Raja". Satu penemuan yang diterbitkan belakangan ini menulis tentang harta kekayaan Mir Zakah yang mengkonfirmasikan kepemimpinan Menander di Ghazni dan daerah-daerah sekitarnya di lembah Kabul sebelah utara (ada 521 mata uang Menander dalam harta peninggalan itu). Penemuan Attic Tetradrachm Menander akhirnya menyelesaikan spekulasi itu. Dia pasti telah memerintah di daerah Kabul. Di sebelah utara dia menduduki Hazara dan lembah Swat. Jadi Menander adalah satu dari raja-raja Yunani yang terus berada di Bactria melanjutkan kekuasaan Yunani yang didirikan oleh Alexander Agung, dan Menander adalah salah satu raja yang paling penting. Mungkin dia bertahta dari kira-kira 150 SM sampai 110 SM (jadi percakapan ini terjadi tidak lebih dari 400 tahun sesudah Sang Buddha parinibana). Strabo mengingatkan tentang kehebatan cara kerajaan Bactria mengembang keluar dari batas mulanya, dan dia secara kebetulan juga menyebutkan bahwa raja yang terutama bertanggung jawab untuk perluasan itu adalah Demetrius dan Menander .. Tetapi dibanding Demetrius, Menander memberikan tanda yang jauh lebih dalam pada tradisi India. Menander merebut Delta Indus, peninsula Surastra (Kathiavar), menduduki Mathura di Jumna, menyerbu Madyamika (Nagari dekat Chitor) dan Saketam di selatan Oudh, serta mengancam ibukotanya, Pataliputta. Tetapi penyerbuan itu dipukul mundur dan Menander dipaksa kembali ke negaranya sendiri. Karena rakyat Bactria kemudian menjadi Buddhis maka dapat dipastikan bahwa raja Menander benar-benar adalah King Milinda yang diacu di dalam buku itu. Namun ada juga kemungkinan bahwa percakapan itu merupakan alat sastra yang digunakan oleh pengarang untuk menambahkan daya tarik pada apa yang pada mulanya merupakan exposisi doktrin Buddhis, dan merupakan sangkalan terhadap pandangan salah yang selama itu telah disebarluaskan oleh mereka yang memusuhi Buddhisme. Cerita pembukaan dalam Milinda panha yang berkenaan dengan masa muda Nagasena juga hampir identik dengan cerita tentang Mogaliputta Tissa muda yang diceritakan dalam Mahavamsa, Kronik Ceylon. Mogaliputta Tissa Thera hidup kira-kira 100 tahun sebelum Menander dan disebutkan dua kali di dalam teks (Miln. hal. 3,71) sehingga mungkin saja cerita inilah yang lebih tua. Tetapi, Mahavamsa ditulis jauh sesudahnya oleh Mahanama pada permulaan abad ke 4 M, sehingga cerita itu mungkin saja telah dipinjam oleh Mahanama dari buku Milinda Panha, yang pada waktu itu merupakan kitab suci yang diedit oleh Buddhaghosa. (Dalam Milinda Tika, uraian tentang Milinda Panha, dinyatakan bahwa beberapa syair dalam prolog dan epilog dalam Milinda Panha dikarang oleh Buddhaghosa). Dari percakapan yang dianggap terjadi antara Milinda dengan Purana Kassapa, Makkhali Gosala dan beberapa pertapa lain, jelas terlihat bahwa cerita perkenalan ini hanya karangan belaka, karena pertapa-pertapa ini sejaman dengan Sang Buddha. Cerita ini didasarkan pada Samanna Phala Sutta dari Digha Nikaya. Tetapi ada satu perbedaan yang patut dicatat. Di dalam Samannaphala Sutta, Pangeran Ajatasattu mengunjungi Sang Buddha tetapi tidak bisa mengenalinya; sementara dalam pendahuluan di Milinda Panha, Raja Milinda berkata tentang Nagasena, "Tidak perlu menunjukkan dia kepadaku". Jadi Raja Milinda tampak lebih tinggi daripada Pangeran Ajatasattu. |
Di dalam Mahaparinibbana Sutta, Sang Buddha meramalkan bahwa
|
Setelah Asoka mangkat pada tahun 227 SM, kekaisaran Maurya mulai terpecah-pecah. Pada tahun 250 SM meletus pemberontakan dari kekaisaran yang didirikan oleh Seleukos, di bawah pimpinan gubernumya, Diodutus I. Kekaisaran itu terus berkembang di bawah penggantinya, Diodotus II dan Euthymus. Pada permulaan abad 2 SM, para penguasa Yunani dari kerajaan Bactria baru menyeberangi Hindu Kush dan mulai menyerbu India dari barat laut. Di antara raja-raja Yunani yang berkuasa sampai di sebelah selatan Kush, kelihatannya Apollodotus-lah raja yang pertama. Dua kali dia disebutkan berhubungan dengan Menander. Kekuasaan mereka berkembang ke barat daya sampai Ariana (Afganistan selatan) dan ke selatan sampai lembah Indus. Seperti yang sudah disebutkan di atas, Menander pasti telah berkuasa di lembah Kabul dan Swat dan pada suatu saat dia juga mencaplok lembah Indus. Sagala, kota yang disebutkan dalam Milinda Panha sebagai tempat dimana percakapan itu terjadi adalah kota kuno orang-orang Madra yang sampai di daerah itu kira-kira pada abad 6 SM. Sekarang kota itu disebut Sialkot, yang terletak di antara sungai Chenab dan Ravi, dekat perbatasan Kashmir. Di buku Milinda Panha halaman 83, disebutkan bahwa Kashmir berjarak 12 Yojana (84 mil) dan bahwa tempat kelahiran Milinda adalah di pulau Alasanda, yang jaraknya 200 Yojana dari situ. Ada banyak kota yang didirikan oleh Alexander selama penaklukan itu, yang di antaranya mungkin merupakan tempat kelahiran Menander. A.K. Narain telah menyarankan kota yang didirikan di Charikar, tetapi jaraknya kurang dari 200 Yojana (1400 mil) dari perkiraan lainnya. Ataukah mungkin itu kota Alexandra yang terletak di Leninabad atau salah satu dari kota-kota Alexandra yang terletak lebih jauh lagi di barat? Bagaimanapun juga, dari bukti-bukti yang ada dapat kita perkirakan bahwa Menander lahir di Bactria tetapi dibesarkan di Ariana (lembah Kabul), dan bahwa tahun-tahun pertama pemerintahannya dia mengembangkan kerajaan ayahnya sampai ke lembah Indus dan lebih jauh lagi, untuk kemudian mungkin mendirikan ibu kota di Sagala. Tidak seperti Bactria yang banyak sekali dipengatuhi oleh kebudayaan Yunani, daerah-daerah baru ini sudah Buddhis. Pada waktu itu, Menander telah banyak dididik dalam tradisi Yunani tetapi juga telah mengenal Buddhisme. Tak pelak lagi Menander pasti sering menjumpai para bhikkhu yang hidup di kerajaannya. Walaupun demikian, kelihatannya agak tidak mungkin kalau pengetahuannya tentang doktrin Buddhisme cukup untuk dapat mengadakan dialog seperti yang ditulis dalam Milinda Panha. Di situ Milinda tampak memiliki pengetahuan yang luas tentang text yang ada. Saya berpendapat bahwa pengarangnya paling-paling telah bertemu sebentar dengan Menander, dan mungkin sekali dia mendasarkan karyanya ini pada tradisi dialog lisan. Kemudian dia menggunakan pengetahuannya sendiri yang luas untuk mengembangkan dialog itu menjadi karya yang panjang, yang dapat kita nikmati sekarang ini. Mungkin dia menggunakan dialog sebagai alat untuk menambah daya tarik pada risalatnya. Dan untuk menyenangkan hati raja Yunani itu, dia membuat Raja sebagai salah satu tokoh utamanya. Hipotesis ini mendapat dukungan dari terjemahan bahasa China yang hanya terdiri dari 3 bagian pertama yang hampir identik dengan text Pali dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, tetapi berbeda dalam cerita pendahuluannya. Dalam hal ini, kedua-duanya tidak tampak otentik. |
Sebagaimana telah ditunjukkan oleh V. Trenchner ketika dia menyalin text Pali di tahun 1860-an, dapat kita pastikan bahwa Milinda Panha yang asli tertulis dalarn bahasa Sanskerta karena permulaannya adalah "Tam yatha nusuyam" (demikianlah yang telah diturunkan), dan bukannya "Evam me sutam" (demikianlah yang telah saya dengar). Dan hal ini dipastikan oleh adanya terjemahan text ke dalam bahasa China, yang menunjukkan beberapa perbedaan yang patut dicatat, walaupun jelas sumbernya sama. 1. Dalam tiga bagian pertama, versi China sama dengan versi Pali, dan ini menunjukkan bahwa empat bagian lain (Dilema, Pertanyaan yang Terjawab dengan Kesimpulan, Praktek Pertapa, dan Perumpamaan) merupakan tambahan kemudian. 2. Karya bahasa China, Nagasena-bhikkhusutra, mengambil nama sang bhikkhu; sementara karya bahasa Pali, Milinda Panha, mengambil nama sang raja. 3. Karya bahasa Pali mempunyai duabelas pertanyaan ekstra. 4. Cerita-cerita kehidupan lampau Nagasena dan Milinda tidak sama. 5. Versi China tidak menyebutkan Abhidhamma; sementara hal itu sering disebutkan dalam versi Pali. 6. Pada klasifikasi Bodhipakkhiya Dhammas yang sangat terkenal, penerjemah China melenceng dalam beberapa istilah, dan ini menunjukkan bahwa dia tidak terbiasa dengan text Pali. 7. Versi Pali mengatakan bahwa binatang mempunyai akal tetapi tidak mempunyai kebijaksanaan; versi China mengatakan bahwa binatang mempunyai kebijaksaan tetapi hatinya berbeda. Walaupun ada banyak perbedaan kecil di antara dua text itu, hubungan yang erat antara perumpamaan-perumpamaan yang digunakan untuk menerangkan istilah yang didefinisikan, serta urutan pertanyaannya, membuat kita yakin bahwa keduanya adalah terjemahan karya yang lebih tua (mungkin dalam bahasa Sanskerta). Tetapi kita harus hati-hati menyimpulkan: yang mana yang lebih otentik. Bhikkhu Thich Mihn Chau, dalam usahanya membuktikan keantikan karya asli yang mendasari terjemahan China menyatakan bahwa karya itu ditulis segera setelah Sang Buddha mangkat. Beliau menunjukkan tidak adanya klasifikasi text ke dalam Vinaya, Sutta, Abhidhamma dan Nikaya, yang didefinisikan dengan baik baru pada Konsili Ke Tiga, sementara Menander baru lahir lebih dari 100 tahun setelah konsili ini. Jadi, jelas bahwa yang asli tidak dibuat sebelum abad pertama SM. Jangka waktu yang panjang sebelum terjemahan-terjemahan itu muncul pada sekitar tahun 400 M, merupakan waktu yang cukup lama untuk melakukan berbagai penambahan dan amandemen, atau penghilangan dan pengosongan. Melihat alasan-alasan yang telah disebutkan di atas dan fakta bahwa percakapan dalam Milinda Panha dikatakan terjadi kira-kira 500 tahun setelah Sang Buddha mangkat, sementara Menander hidup paling tidak 100 tahun lebih awal, maka kemungkinan besar Milinda Panha dikarang beberapa waktu setelah kematian Menander. Mungkin saja karya itu berdasar pada tradisi lisan dari percakapan yang benar-benar terjadi antara Menander dengan satu atau beberapa bhikkhu. Penerus Menander, Ratu Agathocleia dan Strato I Soter, melanjutkan tahta kerajaan sampai setidak-tidaknya 40 tahun setelah kematian Menander. Tetapi kehidupan mereka menyaksikan munculnya dinasti baru di India barat, yaitu dinasti Saka (Scythia) dan Yueh-Chih dari Asia tengah. Lalu era Bactria Yunanipun berakhir. PENYUSUNAN BUKU PALI
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |