KONSER PISS 30 KOTA

Inilah gebrakan A Mild Live – Slank Konser Piss 30 Kota. Hujan deras menyambut seluruh rombongan yang berjumlah 87 itu waktu memasuki kota pertama, Palangkaraya (10/9). Kaka (vokal), Ridho (gitar), Abdee (gitar), Ivan (bas) dan Bimbim (drum) kali ini nggak bias lagi slengean mengahadapi cuaca yang kelihatannya ogah bersahabat.Mereka pasrah saja sama pengunduran jadwal pertunjukan. Pukul 17.00, hujan masih belum reda, pertunjukan sudah nggak bisa ditunda lagi.Tapi baru berlangsung satu jam, permainan terpaksa dihentikan. Bukan karena cuaca tambah buruk atau penonton ngamuk, tapi bedug maghrib sayup-sayup terdengar disusul suara adzan. Cuma ini barangkali yang sanggup menghentikans semangat tempur personel Slank. Tapi ? "Persoalan muncul waktu kami mau melanjutkan pertunjukans esudah bedug maghrib. Panitia nggak siap lighting, karena memang rencana awal pertunjukan adalah siang hari yang notabene tidak memerlukan lighting" kata Abdee Negara.

Johnny Boetje Tenda, koordinator produksi dari Deteksi Production terpaksa turun tangan ikut memasang empat lampu petromaks!. Nggak cukup terang, akhirnya ditemukan ide kreatif menyalakan lampu mobil yang diarahkan langsung ke panggung. Pertunjukan yang nggak maksimal juga berlangsung di kota keenam, Ujungpandang (19/7). Panitia terpaksa menghentikan acara ketika Slank baru beraksi pada lagu ke 20. Persoalannya, jumlah penonton yang menyemut di luar gedung Manunggaljauh lebih banyak ketimbang di dalam. Padahal sebagian dinding gedung ituterdiri dari kaca.

Rangkaian konser dari satu kota ke kota lain yang Cuma berselang satu hari, kadang bahkan saban hari, memang rawan masalah. Tapi itulah yang harus dijalani rombongan Slank. "Kalo nggak, ongkos produksi bias membengkak,: ungkap Harry Santoso dari Deteksi Production. Buat menekan tingkat kesulitan, bos Deteksi ini menyiapkan segala sesuatunya secermat mungkin. Mereka membawa riggs sendiri (12 ton) juga genset (8 ton). Konser Slank menggunakan kekuatan tata suara sebesar 15.000 watts untuk di dalam gedung (indoor) dan 40.000 watts untuk di lapangan (outdoor).Sedangkan tata cahaya berkekuatan 200.000 watts. Tentu dengan catatan, penggunaan kekuatan ini sering harus menyesuaikan dengan situasi yang ada. Terbukti di Palangkaraya itu, misalnya, penerangan justru pake petromaks.

Kecuali Slank yang membawa peralatan sendiri seberat 875 kg, dengan jumlah personel 12 orang, berat kargo untuk produksi yang dibawa panitia mencapai 35 ton dengan jumlah personel 71 orang. Semua diangkut menggunakan 8 truck Fuso, 2 bus, 2 mobil boks plus 2 kijang. Slank juga dibebaskan gonta-ganti repertoar, tapi dilaarng otak atik chanel list.Jadi setiap kali ngeset alat, kabel buat instrumen tinggal nyolok-nyolokin. Enak kan ? Kelak cara ini terbukti ampuh. Waktu rombongan bergerak meninggalkan Palangkaraya menuju Banjarmasin. Rombongan tertahan karena transportasi terputus. Perjalanan disambung menggunakan tangkalasa, sejenis angkutan umum sungai yang masih dikenal di kawasan tersebut. Selama 7 jam, rombongan terombang-ambing di atas sungai, persis kaya adegan film Indiana Jones.

Contoh lain ketika kemacetan lalu lintas mengahadang dari Palembang menuju Jambi. Peralatan baru sampai ke lokasi pertunjukan, GOR Kota Baru pukul 17.00. Padahal waktu pertunjukan tinggal dua jam. Tapi karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan, mereka Cuma butuh waktu dua jam sebelum Slank genjreng tepat pukul 19.00. Toh persiapan yang cermat itu nggak urung berantakan juga karena faktor manusianya. Seorang kru mendadak sakit saat rombongan tiba di stadion Kridosono Yogyakarta. Ia terpaksa digantikan orang lain.. Krena kurang paham, ia keliru memasukkan jek kabel untuk gitar Abdee. Akibatnya, sound gitar Abdee kedengarannya kayak gitar dangdut. "Sialan, penontonnya udah banyak gue nggak bisa tampil maksimal," ujar gitaris berambut jabrik ala Ron Wood, gitaris Rolling Stones itu.

Kalo Yogyakarta membuat personel Slank tergetar karena jumlah penontonnya membludak, lain lagi dengan Surabaya. Di ibukota Jawa Timur ini, jantung Bimbim dan kawan-kawan sempat mpot-mpotan karena tahu betul kota ini dikenal sebagai basis musik rock. Salah salah mereka bisa dilemparin. Kecemasan serupa terjadi waktu tiba giliran medan. Mereka sadar, inilah kampung halaman Pay, mantan gitaris Slank yang posisinya digantikan oleh Ridho dan Andee.Nggak heran kalo perasaan was-was bakal dikerjai kerabat Pay tanpa sadar mencekam Ridho dan Abdee. "Nggak lucu kan kalo kepala gue di dor dari jauh," canda Abdee. Untunglah ketakutan mereka di dua kota tadi nggak terjadi.

Di Tegal, giliran Ridho ketiban sial. Waktu mengakhiri lagu Anjing, Ridho membanting gitar merk Prince sebagai atraksi. Apa lacur, indtrumen berdawai enam itu mental kembali dan jatuh menimpa gitar lain yang nongkrong nggak jauh dari situ. Walhasil, gitar merk Godin yang kini berharga Rp 11 juta itu babak belur. Cowok kalem itu terkesiap. Sampai di hotel, manyunlah ia. Makanya lain kali kalo mau ngamuk mbok liat kanan kiri dulu. Banyak memang peristiwa yang bikin rombongan sport jantung. Sejumlah media massa di Jakarta, misalnya, sempat ngeributin puluhan remaja yang terlibat tawuran, waktu berlangsung konser Slank di Stadion Bekasi (19/8). Padahal keributan terjadi di luar stadion, sementara di dalam aman-aman saja. Pihak panitia bahkan meminkamkan sebagian ambulan yang disiapkan untuk penonton yang pingsan dan sebagainya.

Yang bikin sedih, beberapa pertanyaan yang bernada menggugat mampir ke telinga mereka. Antara lain, mengapa dalam kondisi (prihatin) kayak sekarang kok malah ngadain pertunjukan ? "Mental kami sempat turun setelah mendengar omongan seperti itu. Tapi niat kami baik, kok. Percaya sama Tuhan. Mau diterusin oke, mau berhenti ya nggak apa-apa.Semua kami serahkan ke promotor," papar Bimbim tentang tur terpanjang yang pernah dilakukan Slank. Toh perjalanan yang melelahkan ini akhirnya terhibur juga dengan berbagai peristiwa lucu seperti kesasar setiap memasuki kota pertunjukan. Atau waktu di Palangkaraya, Kaka terserang diare dan dilarikan ke dokter terdekat.Pak dokter lantas memberinya oralit. Tapi obat tersebut ketinggalan Cuma karena dia sibuk mengagumi pelangi di atas sungai Kapuas. Selama tur, Slank selalu menyempatkan diri bertemu langsung dengan para slankers. Beberapa diantaranya bahkan meresmikan Slankers Club. Suasana biasanya berlangsung santai dan akrab, tapi nggak begitu dengan Manado. Di kampung halaman Ridho ini, mereka harus meresmikan slankers club barengan dengan acara pernikahan. Ruapanya untuk acara peresmian tersebut, si slanker tadi nebeng di pesta pernikahan kakaknya yang juga slanker.

Jadi begitu pak penghulu selesai ngasih wejangan, acara segera disambung peresmian slankers. Personel slank pun didaulat menyanyikan beberapa lagu. Mereka pun berdiri punggung-punggungan sama sang pengantin. "Waduh, caur banget tu anak," Abdee terkekeh. Lain lagi pengalaman waktu meresmikan slanker club Cirebon. Si penyelenggara, pernah bekerja di Pulau Biru Production memasang spanduk yang memberitakan kedatangan Bimbim dan kawan-kawan. Akibatnya, kelar acara, mereka harus main kucing-kucingan dengan paar slankers yang sudah bergerombol nungguin. Mereka berlarian di keremangan malam, mana banyak selokan, isinya tentu comberan. "Kami dikejar-kejar persis The Beatles dulu," kata Ridho geer. Keunikan lain adalah pada pementasan di hampir setiap kota, penonton selalu melempari personel Slank dengan berbagai macam suvenir. Mulai dari cincin, gelang, kacamata sampai duit. "Gue ngumpulin gelang dapat setumpuk," kata Abdee Negara. Sementara Adrie, kakak Bimbim yang bertindak sebagai jurkam alias juru rekam video malah ngumpulin duit. "Dikiranya kami ini srimulat, kali ya ?"

Nggak cukup histeris di lapangan. Seringkali para slankers itu menyerbu hotel tempat rombongan menginap. Awalnya sekedar duduk-duduk, lama-lama nekad menggedor pintu kamar. "Kadang lebih capek ngadepin fans daripada manggung.," keluh Bimbim. Toh tetap saja ia dan kawan-kawan melayani mereka dengan baik. Mungkin itu pula yang membuat para slankers umumnya setia sebagai penggemar. Segala sesuatu yang berbau Slank mereka kumpulin. Termasuk memborong segala merchandise yang disediakan sponsor. Sampai-sampai ada seorang Slanker yang berani membayar stopmap bergambar kartun personel Slank seharga Rp 50.000. "Banyak slankers yang sengaja jadi tukang parkir, ngamen, dan sebagainya hanya untuk bisa nonton konser Slank," papar Bunda, yang belakangan ini terpaksa merangkap manajer akrena kerja sama dengan Stevie hanya berjalan tiga bulan. Bukti pernyataan Bunda ini dapat dilihat dari banyaknya pembeli tiket yang membayar denga uang recehan.

Itu pula sebabnya ada semacam kesepakatan nggak tertulis antara promotor dengan sponsor bahwa masa publikasi harus sudah dimulai tiga minggu sebelumnya. "Saya percaya masyarakat kalangan menengah ke bawah punya kebiasaan menabung lewat tabanas atau taska," terang Koko yang mengaku dapat informasi tersebut dari sebuah majalah bisnis. Beralasan atau tidak, yang pasti, konser Slank di 30 kota ini berhasil mengumpulkan sedikitnya 100.000 penonton. Dengan tingkat fanatisme seperti itu, wajar kalo personel Slank kecewa berat ketika rencana pementasan di Lhokseumawe dan Banda Aceh dibatalkan pihak keamanan. Masih soal perijinan, rombongan sempat dibuat mpot-mpotan saat mau tampil di GOR Pancasila Suarabaya. Pasalnya lima jam sebelum konser, ijin masih belum turun. Pembicaraan antara promotor dengan Kapuskodal serta Kapoltabes pun berlangsung a lot. Dengan susah payah Koko meyakinkan aparat keamanan bahwa membatalkan rencana pertunjukan bakal jauh lebih merepotkan. Soalnya tiket sudah terjual banyak.

 

 

Suit-suit he...he
Naik-naik ke puncak gunung
Karir Slank diramal...
Pulau Biru
Profil personel Slank

created and designed by utomo

wijiutomo@usa.net