SUIT-SUIT HE…HE

Kejenuhan kadang memiliki sisi positif. Paling nggak, opini inilah yang ajdi momentum lahirnya Slank, grup rock dari Jalan Potlot III/14 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Begini ceritanya. Dulu awal tahun 80-an, ada grup bernama Cikini Stones Complex (CSC) yang kerjaanya hanya mainin lagu Rolling Stones. Biar kata ada nama lain lagi berkibar, nggak urusan. Pokoknya Rolling Stones abis! Pernah ada upaya melebarkan warna musik dengan membawakan lagu-lagu dari grup lain. Tapi sebagian besar personel CSC sudah kaya orang pake kacamata kuda. Nggak mau nengok kiri kanan. Walhasil, menjelang akhir 1983, grup ini dibubarin. "Gue jenuh, ini band kok nggak maju-maju," keluh Bimo Setiawan, salah seorang alumni CSC, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Bimbim.

Jenuh sama CSC bukan berarti semangat bermusik ikut padam. Bahkan sebaliknya, makin berkobar. Bareng dua sodaranya, Denny dan Erwan, dia lantas merancang bendera baru Red Evil alias Setan Merah.Lewat grup ini mereka mulai merencakana bawain lagu sendiri, meski persentasinya lebih banyak lagu barat. Mereka kini bebas membawakan lagu apa saja. Cuma, lagu-lagu Van Halen mendapat porsi paling banyak. Apalagi karakter vokal Erwan mirip banget sama David Lee Roth. "Karena nggak puas pake satu gitaris, gue lantas ngajak Bongky," kenang Bimbim. Uniknya, Bongky (siswa SMU 34)adalah gitaris Reseh Band yang sebenarnya justru saingan berat Red Evil. Eh, gitaris yang didampingi Bongky malah ngundurin diri. Red Evil pun berubah nama jadi Slank, Desember 1983. Nama ini diambil begitu saja dari cemoohan yang selalu dilontarkan orang-orang pada mereka sebagai cowok slenge’an. Jadi formasi Slank pertama adalah Erwan (vokal), Bongky (gitar), Kiki (keyboard-sodara kandung Kaka, kelak jadi vokalis slank) dan Bimbim (drum).

Lepas dari baying-bayang Rolling Stones nggak membuat permainan merka jadi rapi. Di panggung tetap nggak pernah bisa kompak. Sekarang malah ditambah dengan kebiasaan baru, yaitu membawa supporter. "Biasanya gua mengerahkan anak-anak Percik (Perguruan Cikini)," kata Bimbim, yang sering minta bantuan ceweknya buat ngajakin teman-temannya ikut nonton. Honornya paling banter sebotol minuman. Dengan semangat membawakan lagu-lagu cipatan sendiri, Slank tampil untuk pertama kalinya di Universitas Nasional (1983). Hasilnya:kacau! Mereka kalah pamor sama Makara yang saat itu bermain jauh lebih bagus. Buat yang masih bingung dengan nama ini, Makara adalah grup dimana Adi Adrian mengawali karir sebagai pemain keyboard. Sekarang tu orang jadi pentolan Kla Project. Tapi biar penampilannya amburadul, slank datang dengan kawalans seorang manajer, yaitu Erry-kakaknya Erwan. "Yah, manajer-manajeran. Jaman itu kan semua harus punya manajer," kenang Bimbim.

Tahun 1983 Slank nekad ikut festival band KMSS di istora Senayan, Jakarta. Saingannya antara lain Ita Purnamasari dan Grass Rock.Kalo Grass Rock tampil njelimet lewat lagu-lagu Yes, Slank malah membawa gamelan Jawa ke atas panggung. Erwan sendiri yang memainkan, tentu saja heboh. Yang pasti, sejak berdiri grup itu memang cenderung nyeleneh dari yang alain. Gamelan Jawa mereka pilih bukan Cuma buat antik-antikan, tetapi karena Slank memandang irama gending sebagai bluesnya Indonesia. Menang ? Ternyata kalah. Salah satu piala yang berderet diatas panggung KMSS dibawa pulang Grass Rock. Gru asal Surabaya ini memang langganan ajang festival.

Mungkin karena Slank nggak mampu memberi harapan, Erwan lantas cabut ke Bali untuk kuliah pada 1985. Tempatnya digantikan Welly, masih punya hubungan sodara dengan Bimbim. Slank tekenal sering gonta-ganti personel, Adrie, sodara tua Bimbimsempat memperkuat Slank untuk beberapa periode. Bahkan ada sebuah formasi yang dibentuk Cuma main di pesta perkawinan, 1984. Slank juga pernah memasang Nita Tilana sebagai penyanyi latar. "Itu formasi Slank paling genit," kenang Bimbim. Soalnya dengan kehadiran Nita Tilana yang sodara kandung Armand Maulana itu, musik Slank cenderung manis. Slank tampaknya terus mencari bentuk.

Sejak awal karir, anak-anak Slank sudah mangkal di Jalan Potlot, rumah pasangan rumah pasangan Sidharta dengan Bunda Iffet Veceha, yang nggak lain adalah ortu Bimbim. "Gua mengkudeta garasi buat tempat kumpul," kata Bimbim yang kemudian sering menjadi jubir Slank. Selain disitu, tempat latihan Slank adalah di Kebon Jeruk, nggak jauh dari Markas Besar Angkatan Darat. Itulah rumah ortu Denny. Peralatan pun masih sederhana banget. Bikin-bikin lagu masih pake tape kecil, sedang keyboard harus puas dengan produk merek Casio yang menggunakan baterai. Dengan peralatan yang ala kadarnya itu, Slank mulai ngumpulin demo buat ke perusahaan rekaman. Hasilnya, kaya kebanyakan grup baru, mereka selalu mendapat jawaban klise,nggak jarang nyakitin ati. Bayangin aja, ada perusahaan rekaman yang bersedia menerima, asalkan Slank bikin lagu mirip Godbless.

Karena belum punya album, tawaran manggung pun datangnya ogah-ogahan. Mau nggak mau mereka dipaksa kreatif. Salah satunya adalah bikin acara Rock Music Contest,1983,di Bulungan, Jakarta Selatan. Pesertanya lumayan membludak, diantaranya Imanez dan sebuah grup yang beranggotakan Parlin Burman, gitaris berdarah Batak. Penampilan Parlin, yang lebih ngetop dengan nama Pay, menarik perhatian Bimbim. Permainan gitaris otodidak ini ngerock total, pas dengan tongkrongannya yang tinggi besar.

Bimbimn,meski perangainya cenderung malas-malasan, ternyata punya prinsip yang nggak bisa ditawar : siapapun yang jadi personel Slank harus punya totalitas. Pilih musik atau sekolah ? Kalo ada yang mendua, siap-siap aja ditendang. Nah, Pay memenuhi persyaratan itu. Ia masuk menggantikan Imanes. Lantas gimana mereka bisa dapat duit kalo lagi nggak ada panggilan mentas ? Nggak kehilangan akal, Bimbim membuka persewaan studio latihan –yang alatnya masih pas-pasan itu. Siapa yang pengin punya duit, musti mau nungguin studio tersebut. Pay yang pengangguran sering bela-belain nungguin, sambil terkantuk-kantuk. Lumayan kan honornya buat beli makanan dan rokok. "Kadang tu anak suka ngentit juga. Sewa enam jam bilang empat jam.Wah payah," ujar Bimbim sambil tertawa.

Sebagai personel Slank merangkap penjaga studio latihan, Pay sering gantian dengan Kaka,yang sekolahnya sama-sama berantakan.Kaka dikeluarin ketika tinggal beberapa langkah menempuh ujian SMP. Ia sering bikin onar dengan serangkaian perkelahian baik didalam maupun diluar sekolah. Persewaan studio latihan itu ternyata cukup produktif. Ada aja grup band yang dtang ke Jalan Potlot.Salah satunya adalah grupnya Indra Chandra Setiadi. Cowok kerempeng ini pernah ikut kursus di Yamaha Msuik Indonesia, Farabi – milik Indra Lesmana, Marcia Musik Center. Permainannya yang ngejazz berat membuat Bimbim dan Pay terkagum-kagum. Perlahan-lahan penggemar Chick Corea itu "diracunin" Bimbim-Pay dengan mencecoki musik rock. Akhirnya blos, Indra pun masuk Slank pada 1989.

Sementara itu, karir Slank nggak kunjung membaik. Pemasukan tetap mereka, ya dari menyewakan studio tadi. Cuma karena nggak pake alat kedap suara, suara bising dari studio itu sering piknik kemana-mana. Apalagi kalo pas digunakan siang hari hari bolong, bisa bikin nyut-nyutan kepala. Walhasil, tetangga kiri-kanan semakin merasa terganggu dengan aktivitas di Jalan Potlot III/14 itu. Bukan sekali dua kali terjadi perkelahian. Pada saat seperti itu biasanya Bunda Iffet,nyokap Bimbim,yang tampil menenangkan. Dengan gayanya yang bijaksana, Bunda selalu berhasil menyelesaikan pertikaian. Para tetangga biasanya mau mengerti, tapi setelah itu ya bising lagi! (Hai Klip Slank,Okt ’98)

 

 

Naik-naik ke puncak gunung
Karir Slank diramal...
Pulau Biru
Konser Piss
Profil personel Slank

Created and designed by utomo

wijiutomo@usa.net