Refleksi 20 Tahun
Kebangkitan Tarbiyah di Indonesia
Katakanlah:"Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah
kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan".
(QS. 5:100)
Mengapa kita mengenang kembali bangkitnya
tarbiyah ?
Karena tarbiyah islamiyah sendiri mengajar kita bercermin
kepada sejarah. Sejarah adalah pelajaran yang tak akan usang, sumber
inspirasi dan semangat juang, penyambung risalah pergerakan, serta
sumber pengetahuan dan peradaban. Firman Allah,
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang beriman. (QS. 12:111)
Mengapa kita sebut bangkitnya tarbiyah
dan bukan bangkitnya gerakan tarbiyah ?
Karena tarbiyah sebenarnya telah ada semenjak sebelum turunnya
manusia di muka bumi (2:31), sejak para Rasul dan Nabi mendidik
ummatnya untuk berinteraksi dengan ajaran yang mereka bawa. Tarbiyah
bukan milik satu kelompok atau golongan. Tarbiyah adalah milik seluruh
ummat Islam. Inilah salah satu maksud firman Allah,
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan
penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah
kamu menjadi orang-orang Tuhanani, karena kamu selalu mengajarkan
Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (Q.
3:79)
Siapakah pelopor tarbiyah islamiyah
itu ?
Pelopor tarbiyah islamiyah adalah Rasul-rasul Allah alaihimus
salaam. Penghulu mereka adalah Nabi Muhammad shollallahu alaihi
wa sallam. Tak ada guru sehebat Nabi Muhammad shollallahu alaihi
wa sallam, dan tak ada murid sehebat para shahabat radhiallaahu
anhum. Ummat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang
telah membuat baik generasi pertamanya itu. Nabi sebagai guru terbaik
tidak berkata-kata, bersikap, dan bertindak kecuali dengan bimbingan
dari Allah subhaanahu wa taala. Sedangkan para shahabat mengisi
hari-harinya selama lebih 20 tahun dengan semua keteladanan gurunya
itu secara kreatif dan independen.
Bagaimanakah tarbiyah islamiyah setelah
Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya
?
Tarbiyah menjadi tradisi di tengah mayoritas kaum muslimin.
Mereka telah mengaplikasikannya secara baik. Maka setiap rumah muslim
merupakan sekolah. Ayah dan ibu setiap anak yang lahir dari kalangan
tabiin menjadi murobbi dan murobbiyah anak-anaknya. Selain itu masjid
menjadi tempat para ulama ummat mendidik masyarakat. Masjid adalah
sekolah kedua setelah rumah mereka masing-masing. Anak dan remaja
membuat lingkaran mengelilingi seorang ustadz yang ahli dalam masalah
tertentu. Bukan hanya menyangkut pedoman hidup, tetapi juga masalah
bahasa dan kesusasteraan, sejarah dan peradaban. Lama kelamaan masjid
tak lagi mampu menampung para murid karena bidang yang diajarkan
pun semakin banyak. Belum lagi anak perempuan dan remaja putri pun
ikut belajar di masjid sehingga dari segi waktu kegiatan tarbiyah
di masjid tidak lagi memadai untuk seluruh pelajaran. Maka terbentuklah
sekolah-sekolah di sekitar masjid itu untuk mereka yang belajar
ilmu pengetahuan baik itu untuk minhajul hayat atau pun wasailul
hayat.
Kaum muslimin yang semakin banyak dan menyebar di seluruh
dunia saat itu menyebarkan rahmat Allah, mereka menjadi guru bangsa-bangsa
lain di dalam akhlaq dan peradaban, dalam budaya dan ilmu pengetahuan.
Bukankah kaum muslimin mengalami
kemunduran di bidang politis setelah berakhirnya masa Khulafaur
Rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz. Bagaimanakah tarbiyah ini bisa
berkembang saat itu ?
Dari segi politis, secara kualitatif kaum muslimin memang
mengalami sedikit kemunduran namun mereka masih tetap berada dalam
naungan sistem dan syariat Islam. Secara kuantitatif ummat Islam
maju pesat, terjadi pengembangan wilayahyang sangat dahsyat ke seluruh
dunia sehingga nyaris 4/5 bagian dunia jatuh di bawah kekuasaan
kaum muslimin. Banyak negeri-negeri yang menerima Islam secara sukarela
meskipunada pula yang menerima secara terpaksa setelah mereka kalah
di dalam peperangan melawan kaum muslimin.
Meski melakukan perluasan ke berbagai penjuru dunia, keutuhan
pola tarbiyah tetap terpelihara sebab ummat Islam saat itu menyadari
firman Allah,
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya. (QS. 9:122)
Selain itu, kaum muslimin mengajak manusia yang ditemuinya
di mana saja untuk mengikuti jalan Allah yang penuh berkah ini.
Bagaimanakah dengan tarbiyah Islamiyah di
Indonesia saat itu ?
Setelah berakhirnya masa Khulafaur rasyidin sampai masa
runtuhnya Khilafah Utsmaniyah telah terbentuk pula kerajaan-kerajaan
Islam yang tersebar di seluruh pelosok. Kekhilafahan pusat berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain menaungi kerajaan-kerajaan
Islam yang tersebar di seluruh dunia. Negara bagi ummat Islam tidak
lain hanyalah alat untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Maka dakwah
Islam menjadi sebab utama munculnya berbagai kerajaan Islam di seluruh
dunia termasuk di kepulauan Nusantara. Berkat kerja keras dakwah
dan tarbiyah para pembawa ajaran Islam tersebut maka tegaklah kerajaan
Perlak, Samudra Pasai, Pagaruyung, Palembang (Sumatra), Demak, Mataram
(Pulau Jawa), Pontianak, Pangkalan Bun, Banjar, Kutai (Kalimantan),
Kesultanan Makassar dan Bone (Sulawesi), Kesultanan Ternate dan
Tidore (Maluku), dan lain-lain. Kesemuanya adalah hasil dakwah dan
tarbiyah dari para mujahid dakwah. Para wali yang menyebarkan Islam
di berbagai kepulauan Nusantara tidak hanya mengajarkan akidah,
fikih, dan akhlak tetapi juga membangun masyarakat dan bangsa. Mereka
disebut wali jamaknya awliya karena mereka adalah pemimpin-pemimpin
negara yang menyampikan dakwah Islam keseluruh pelosok Nusantara.
Gelar mereka pun Sunan yang lebih tinggi derajatnya dari Sultan.
Mereka adalah para pendidik bangsa ini dari kejahiliyahan
berbagai bentuk ajaran nenek moyang sehingga mereka mengenal ilmu
peradaban Islam. Karena Islamlah maka bangsa ini terbangun. Para
da'i inilah yang mendidik orang-orang Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Maluku, sampai ke Ternate dan Tidore mengenal budaya.
Bagaimanakah kondisi tarbiyah islamiyah di
masa penjajahan ?
Karena bentuknya yang kecil-kecil dan jauhnya hubungan kerajaan-kerajaan
tersebut denga pusat khilafah semakin lemah sehingga satu persatu
dapat ditaklukkan oleh Penjajah. Pada saat-saat seperti itu terjadilah
kemorosatan yang sangat dahsyat pada kondisi politik Ummat. Selain
itu kemerosotan ini juga disebabkan kondisi pusat-pusat peradaban
Islam yang semakin jauh dari nilai-nilai ruhiyah sehingga muncullah
berbagai macam aliran kelompok-kelompok sufi yang menyebar sampai
ke Nusantara.
Di tengah kemerosotan politik ini mengakibatkan kerajaan-kerajaan
Islam yang terletak di pedalaman semakin jauh dari nilai-nilai keislaman.
Saat itu tarbiyah islamiyah berlangsung dengan menjadikan pesantren-pesantren
sebagai tempat untuk mendidik anak. Pesantren ini banyak kita jumpai
di pesisir pantai Jawa. Pesantren adalah paduan dari berbagai unsur.
Unsur asli adalah sekolah uzlah sebagaimana yang dilakukan para
sufi menjauhi dunia. Pesantren sangat dipengaruhi budaya sekolah
hindu, keyakinan masyarakat Indonesia sebelumnya. Karena itu istilah-istilah
berbau kejawen masih ada.
Apabila kerajaan Islam yang berbasis pertanian itu takluk
kepada penjajah maka kaum muslimim yang taat bertahan di pesantren-pesantren
yang juga menjadi basis terakhir perlawanan terhadap penjajah. Penjajah
tidak bisa sama mengubah agama rakyat secara masal. Mereka hanya
memonopoli perdagangan, menjadikan penguasa sebagai boneka, dan
mulai membuat kristenisasi kecil-kecil tetapi nampak dengan
jelas upaya-upaya yang terancang untuk membentuk kekuatan Nasrani.
Ini tampak dengan muculnya kota-kota baru yang sekuler dengan gerejanya.
Misalnya, dekat dengan Sunda Kelapa (sekarang Jakarta) muncul Jatinegara,
Depok, dan Bogor dekat dengan Kerajaan Cirebon muncul Lembang dan
Bandung, dekat Demak dan Kudus muncul Semarang dan Salatiga, dekat
Kerajaan Gowa muncullah kota Makassar dan seterusnya.
Apakah ada upaya-upaya tajdid (pembaharuan)
terhadap pada saat tersebut ?
Dari kalangan tradisional para habaib dari Yaman masuk pada abad
ke 19. Mereka melakukan perbaikan-perbaikan dalam pendidikan Islam.
Sayyid Salim Al Jufrie sebagai contoh, datang ke Indonesia dan langsung
mendirikan Al Khairaat. Beliau sangat terharu dengan merosotnya
pendidikan Islam sehingga berkeliling ke daerah Indonesia Timur
untuk mendirikan pesantren-pesantren yang baru pada daerah yang
dilaluinya dia mendirikan sekolah dan mengajar beberapa tahun kemudian
merantau lagi sehingga muncullah sekolah-sekolah Islam tradisional
yang berkualitas saat itu.
Tajdid terhadap tarbiyah islamiyah sesungguhnya terjadi
dengan masuknya pemikiran Imam Ahmad Hambal, Ibnu Taymiyah dan Muhammad
bin Abdul Wahhab ke Indonesia pada abad 19 dan awal abad 20. Perubahan
ini sebagai akibat kedatangan kembali para da'ie Arab seperti Syekh
Ahmad Syurkati yang di negerinya sendiri telah berlangsung perubahan
dan pulangnya para pemuda Islam yang belajar pada Syekh Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha di Mesir. Mencapai puncaknya dengan munculnya
berbagai organisasi Islam modern seperti Muhammadiyyah, Al Irsyad,
Persis dengan tokohnya yang terkenal Ahmad Hasan. Secara politis
pemikiran inilah yang mengilhami bangkitnya kaum muslimin melawan
penjajah. Pergerakan-pergerakan Islam jelas mempunyai andil besar
dalam memberikan kesadaran bagi pentingnya kemerdekaan. Sebagai
contoh munculnya Syarikat Islam (1911) yang bergerak di bidang politik
dipelopori oleh HOS Cokroaminoto. Sebelumhya telah muncul Syarikat
Dagang Islam (1905) di bidang ekonomi dan sesudahnya Muhammadiyyah
(1912) di bidang sosial pendidikan. Yang termasuk aktif mengadakan
pembaharuan adalah Persis yang melakukan pembaharuan radikal.
Namun saat itu sebagai reaksi terhadap munculnya pembaharuan
tersebut kaum tradisional dipelopori oleh para pemimpin Habaib memunculkan
pula organisasi Nahdlatul Oelama (1926) yang direstui oleh Gubernur
Hindia Belanda.
Di tengah pergolakan tradisional dengan nmodernis yang
terjadi pada ummat Islam di nusantara ini paham nasionalisme tumbuh
subur. Soekarno yang menjadi pelopornya adalah murid dari HOS Cokroaminoto
dan belajar debat kepada Ahmad Hasan.
Pada saat itu tarbiyah islamiyah berkembang terus di pesantren-pesantren
dan sekolah-sekolah yang didirikan oleh para pembaharu tersebut.
Ketika kemerdekaan yang merupakan karunia Allah diperoleh, bangsa
yang baru ini mengalami euforia nasionalisme yang juga melanda kaum
muslimin. Sebagai contoh pergerakan kemerdekaan milik umat Islam
Hizbullah dan Hizbul Wathon sebagian bergabung ke BKR yang menjadi
cikal bakal TNI dan Panglima Besar Soedirman adalah peletak dasar-dasar
kemiliteran di Indonesia.
Bagaimanakah keadaan tarbiyah islamiyah
pada saat presiden pertama RI ?
Periode Soekarno tarbiyah islamiyah mengalami kemerosotan
yang tajam kembali karena kemenangan politis kaum nasionalis sangat
mempengaruhi ummat Islam. Tokoh-tokoh politik Islam seperti Natsir,
Muhammad Roem, Kasman Singodimejo, Haji Agus Salim, pun bergabung
dengan mereka untuk membentuk suatu nation yang kuat. Hal ini membuat
munculnya gerakan Darul Islam yang dipelopori oleh Marijan Kartosuwiryo
yang oleh Soekarno dan kaum nasionalis dianggap sebagai pemberontak.
Sementara di kalangan modernis dan tradisionalis terjadi pertentangan
meskipun hanya menimbulkan perpecahan politis saja. Berbagai kejadian
politis pada periode ini sangat buruk pengaruhnya bagi perkembangan
dakwah dan tarbiyah sehingga banyak ummat Islam di masa itu yang
berubah menjadi nasionalis dan sekuler. Ummat Islam baru sadar ketika
Soekarno memunculkan sinkretisme agama, nasionalis dan komunis.
Bagaimanakah kondisi tarbiyah islamiyah
di era Soeharto ?
Pada awal pemerintahannya, bangsa Indonesia sangat terpuruk
karena di akhir kekuasaan Soekarno ekonomi bangsa morat-marit. Soeharto
berorientasi kepada ekonomi dan stabilitas. Maka saat itu pendidikan
Islam benar-benar dikuasai oleh negara. Kurikulum pesantren-pesantren
dan sekolah-sekolah Islam dimasuki oleh pemikiran-pemikiran kaum
nasionalis sekuler sehingga akhlak para santri merosot tajam, tindakan-tindakan
refresif yang berlangsung terhadap dakwah membuat ummat Islam hampir
tak berkutik. Di bidang politik Soeharto berhasil secara sistematis
dan tekanan yang halus membuat ummat Islam bergabung dengan satu
partai yang dirancang untuk kalah. Sementara itu pada periode 70
sampai 80 kristenisasi mulai merajalela karena diberi ruang dan
kesempatan oleh Soeharto, maka tarbiyah islamiyah saat itu benar-benar
mengalami keterpurukan yang luar biasa. Pada saat itu tidak kita
temui seorang wanita berjilbab di jalan-jalan. Sampai Majlis Ulama
pun dikuasai orang-orang pro Soeharto setelah Buya Hamka diganti
dan kemudian wafat.
Bagaimanakah bangkitnya tarbiyah
islamiyah dalam kondisi ini. Darimanakah gerakan tarbiyah itu muncul
?
Berbagai pendekatan represif terhadap masyarakat menjadikan berbagai
ormas menjadi mandul. Namun anehnya, mereka mendukung Soeharto yang
sangat pandai mengambil hati para tokohnya. Sekolah-sekolah keislaman
menjadi mandul karena dicekoki dengan program-program pembangunan.
Sementara itu kalangan DM (Dewan Mahasiswa) yang menjelang jatuhnya
Soekarno sangat kuat dibubarkan. Sementara itu organisasi kemahasiswaan
baik intra maupun ekstra mengalami kemandulan ketika diberlakukannya
NKK dan BKK sehingga para mahasiswa praktis hanya belajar di sekolah.
Namun kesadaran beragama mereka tumbuh dan berkembang. Saat itu
ramai berlangsung kegiatan-kegiatan training keislaman di kampus-kampus
sekuler tersebut, di Jakarta muncul training ala NDI yang dipelopori
oleh DDI, di Bandung muncul LMD Masjid Salman. Sayangnya training-training
tersebut hanya bersifat sentuhan dasar saja. Para mahasiswa yang
ditraining itu sngat haus buku bacaan sehingga buku keislaman apa
saja akan mereka baca. Revolusi Iran tahun 1979 memberi dorongan
semangat militansi kepada para mahasiswa dan pelajar Islam saat
itu. Berbagai tekanan terhadap umat Islam juga berpengaruh mendalam
bagi kebangkitan mereka. Mereka menjadikan mesjid-mesjid Kampus
sebagai pusat kegiatan.
Gerakan tarbiyah mulai berlangsung tahun 1980-an. Gerakan
ini berorientasi pada Tarbiyatur Rijal atau Tajnid Nukhbawi. Semula
dilakukan upaya perbaikan pada ormas-ormas pemuda Islam tetapi hasilnya
sangat kecil. Gerakan tarbiyah ini mulai berkembang pada tahun 83
dan 84 ketika pembinaan terhadap para mahasiswa di kampus-kampus
s ekolah umum mulai dilakukan. Maka munculah istilah halaqoh, liqo,
ikhwan dan akhwat pada para aktivis masjid di kampus. Buku-buku
Sayyid Qutb, Abdul Qadir Audah, Abul A'la Al Maududi diterjemahkan
dan pengaruhnya sangat besar. Para mahasiswa itu mempelajari buku
Risalah Ta'lim yang ditulis Imam Syahid Hasan Albana. Penerbit Salman
sangat berjasa dalam menyebarluaskan pemikiran gerakan dakwah Al
Ikhwanul Muslimun yang digandrungi para pelajar dan mahasiswa itu.
Sejak saat itu telah muncul fenomena jijlbab di sekolah-sekolah
dan kampus umum. Tentu saja ini mendapat reaksi keras dari masyarakat
dan pemerintah yang kemudian secara resmi melarang pemakaian jilban
di SMA. Para pelajar dan mahasiswa Islam beserta kaum muslimin melakukan
demo jilbab di Masjid Al Ahzar. Tetapi justru tekanan terhadap umat
islam semakin keras. Para da'ie yang vokal ditangkap dan dijebloskan
penjara, ummat Islam difitnah, dakwah islamiyah dicurigai debgai
sumber gerakan ekstrimis yang dihubungkan dengan gerakan DI. Pada
tahun 1984 terjadi peristiwa Priok yang sangat menyakitkan dan melukai
hati ummat Islam terjadi.
Karena itu gerakan tarbiyah bergerak terus berkembang secara
sirriyah. Mereka seakan-akan tidak perduli dengan kondisi politik
di tanah air dan khusyu dengan dakwah dan tarbiyahnya yang khas.
Namun kampus tetap menjadi basis mereka. Gerakan ini selanjutnya
menguasai masjid-masjid dan lembaga dakwah kampus dipelopori Ust.
Rahmat Abdullah. Gerakan tarbiyah ini mendapat kemajuan lagi setelah
pulangnya para pelajar dari Timur Tengah dari Arab mulai tahun 1988
ke atas seperti: ust Abd Hasib Hasan, Dr. Salim Al Jufri, Ust. Yusuf
Supendi, Dr. Hidayat Nurwahid, dan lain-lain. Dari Mesir seperti
Ust. Abd Roqib dan Ust. Musyaffa serta telah lulusnya mahasiswa
Makhad LIPIA. Para aktivis berkafaah syar'ie itu mendirikan mahad-mahad
islamiyah sebagai penunjang pendidikan formal para mahasiswa tersebut.
Akibatnya perkembangan pemahaman dan kegiatan Islam para
mahasiswa di kampus semakin meningkat sangat peray. Di berbagai
PT negeri gadis-gadis muslimah yang berjilbab semakin banyak. Demikian
juga di kalangan anak-anak SMU. Ini memberi pengaruh kepada sekolah-sekolah
Islam dan pesantren-pesantren sehingga muncullah kesadaran kembali
ke syariat Islam. Semarak dakwah pun muncul di kantor-kantor dan
di masjid-masjid meski harus hati-hati ketika berbicara politik.
Sejalan dengan itu sejak tahun 1987 itu juga mereka yang
telah lulus menyebar dan mengembangkan dakwah ke seluruh Indonesia.
Para ikhwah dari STAN misalnya, menyebar ke berbagai kota besar
dari Aceh sampai Irian Jaya. Mereka menjadi pelopor tarbiyah di
kota-kota tersebut. Pergerakan dakwah menata penyebaran itu dengan
pengiriman da'ie rutin ke berbagai daerah secara periodik.
Apakah hubungan Gerakan Tarbiyah
dengan gerakan KAMMI dan Partai Keadilan ?
Pada tahun 90 an Soeharto mulai melakukan pendekatan pada
Ummat Islam. Sikapnya mulai melunak dengan dimunculkannya ICMI tetapi
KKN-nya telah merajalela sehingga orang-orang yang tidak suka dengan
kepemimpinannya semakin banyak.
Menjelang kejatuhan Soeharto gerakan dakwah yang disebut
orang sebagai jamaah tarbiyah ini melahirkan KAMMI dan menjadi garda
terdepan dalam demo-demo mahasiswa untuk menggeser RI1. KAMMI sekarang
menjadi organisasi mahasiswa yang terkemuka yang independen sebagai
khidmat gerakan tarbiyah kepada perjuangan dakwah kaum muslimin
di Indonesia.
Pergerakan dakwah dengan basis tarbiyah ini kemudian memunculkan
Partai Keadilan setelah Soeharto lengser yaitu di masa Presiden
BJ Habibie. Orang-orang terkejut karena partai ini memiliki massa
yang solid dan tampil santun. Para pengurusnya mencerminkan akhlak
Islam. Jaringannya dengan mudah lahir di berbagai propinsi di Indonesia
bahkan mempunyai perwakilan-perwakilan luar negeri. Partai Keadilan
adalah partai dakwah yang menjadikan tarbiyah sebagai ruh pergerakannya.
Dia dibangun oleh tokoh dan para pelopor kebangkitan tarbiyah islamiyah
di Indonesia. Lahir untuk melanjutkan kesinambungan dakwah Islam
bersama kelompok ormas ataupun partai Islam lainnya di Indonesia.
Disampaikan oleh Aus Hidayat Nur, Ketua DPP Partai
Keadilan, salah seorang dari 53 orang pendiri Partai Keadilan.
(c) Copyright 2001 Abdur
Rahim
|